Potong Biaya, Pengusaha Kue di Karanganyar Mulai Bertelur - Solopos.com - WisataHits
Jawa Tengah

Potong Biaya, Pengusaha Kue di Karanganyar Mulai Bertelur – Solopos.com

SOLOPOS.COM – Harga telur terus naik karena beberapa faktor. (Ilustrasi/Antara/Aprilio Akbar)

Solopos.com, KARANGANYAR — Tingginya harga telur memaksa beberapa perusahaan makanan berbahan dasar telur mengembangkan taktik untuk menekan biaya produksi. Beberapa menghilangkan bahan telur dari produk mereka dan yang lain tetap menggunakan telur tetapi harus siap untuk memotong keuntungan mereka.

Sudrajat, salah satu pengusaha kue di Karanganyar, mengatakan, sudah sekitar sebulan ia mengeluarkan bahan telur dari salah satu makanannya, brownies. Hal itu dia lakukan untuk menekan harga produksi akibat kenaikan harga telur dan untuk menjaga harga jual ke pelanggan.

AksiJos! Petani dan peternak Klaten bisa menjadi pendukung kedaulatan pangan

“Brownis kami sudah sebulan tidak pakai telur karena harga” [telur] terus naik dari Rp 23.000 per kg menjadi Rp 28.000 dan Rp 29.000 per kg seperti hari ini,” katanya, Senin (29/822).

Untuk membuat adonan brownies dibutuhkan empat butir telur, yang dijualnya seharga Rp 15.000 per kotak. Jadi jika dia bersikeras menggunakan bahan telur dalam kue dan tidak menaikkan harga jual, dia pasti akan rugi.

Baca Juga: Harga Telur di Sukoharjo Capai Rp 30.000/Kg, Pengusaha Makanan Bingung

“Pelanggan tidak mau harga brownies naik. Mereka ingin yang murah, enak, banyak. Ya jangan asal pakai telur saja dan harga jualnya sudah fix. Sebagai pengganti telur, saya menggunakan bahan yang renyah, tapi tetap aman dikonsumsi,” kata Sudrajat.

Sementara itu, pedagang mie lumpia di kawasan Cangakan, Kota Karanganyar, Tri Wahyono mengaku harus mengorbankan sedikit demi sedikit keuntungan demi kelangsungan usahanya. Alasan jajanan anak harus pakai telur.

“Bahan utama makanan ini adalah telur. Jadi otomatis Anda harus tetap menggunakan telur, meski harganya naik. Ini sedikit memangkas keuntungan saya untuk menjaga harga jual naik sehingga pelanggan tetap bisa membeli,” katanya.

Menurut pernyataannya sendiri, dia bisa memahami kenaikan harga telur. Yang terpenting baginya adalah ketersediaan bahan baku tersebut. Ia juga meyakini bahwa kenaikan harga telur bersifat sementara dan akan turun lagi di masa mendatang.

Baca Juga: Protes Harga Tinggi, Petani Karanganyar Bagi Ayam dan Telur Gratis

“Sebenarnya harga telur naik, tidak apa-apa, yang penting barangnya ada. Dan itu akan menjadi harga [telur] akan turun lagi. Wajar kalau naik turun,” tambah Tri yang seharinya menggunakan 8-10 kg telur untuk membuat makanan siap saji.

Tri mengaku tidak terpengaruh kenaikan harga telur seperti konsumen telur lainnya. Pasalnya, ia mendapatkan harga yang murah karena mendapatkan telur langsung dari peternak Jumantono yang tinggal di daerah tersebut. “Saya ambil langsung dari petani, jadi harganya lebih murah dari harga eceran di warung atau pasar,” ujarnya.

Source: www.solopos.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button