Petualangan 11 Specta mahasiswa pecinta alam di Pulau Kalimantan - WisataHits
Jawa Tengah

Petualangan 11 Specta mahasiswa pecinta alam di Pulau Kalimantan

RADARSOLO.ID – Menyusuri sungai, menjelajah hutan dan mendaki gunung di Pulau Kalimantan, dilewati 11 mahasiswa pecinta alam dari Kota Bengawan. Anda mengalami petualangan selama 20 hari, dari 23 Oktober hingga 13 November. Mereka tidak hanya memiliki misi alam, tetapi juga misi sosial.

MANNISA ELFIRA, Tunggal, radar tunggal

Matahari bersinar cerah di langit pulau Kalimantan. Waktu menunjukkan pukul 11.00 WITA, 11 mahasiswa pecinta alam dari Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta telah selesai pembekalan. Kemudian mereka dibagi menjadi empat tim. Ini terdiri dari tim gunung hutan, tim arung jeram, panjat tebing dan caving. Mereka bertekad untuk menyelesaikan misi di setiap kotak yang mereka lewati.

Ini adalah tanda untuk mulai menjelajahi Pulau Seribu Sungai. Gunung Bukit Raya via Tumbang Habangoi adalah salah satu medan ekspedisi ini. Salah satu puncak tertinggi dan gunung tertinggi kedua di Indonesia ini pernah didaki oleh dua ekspedisi Specta. Yakni Luthfian Farhandika dan Pungky Ferdyan Nesta.

Untuk mendaki, mereka harus menjelajahi 67 sungai dan hutan belantara di wilayah Kalimantan Tengah. Mereka harus berhati-hati saat memasuki kompleks. Bahkan pada siang hari, radiasi matahari di hutan lebat hanya sangat terbatas.

“Yang paling menakjubkan adalah flora dan fauna endemik. Seperti burung enggang, kantong semar dan sebagainya,” kata Luthfian Farhandika, koordinator lapangan tim hutan pegunungan dalam ekspedisi itu.

Luthfian dan Pungky membutuhkan waktu delapan hari untuk melewati liku-liku perjalanan. Maklum, mereka juga melakukan pemetaan rute dan pengintaian. Yang akhirnya sampai di lokasi terakhir yaitu Desa Tumbang Habangoi.

Lapangan berikutnya ada di Sungai Amandit, Loksado, Kalimantan Selatan. Empat Ekspedisi harus cukup arung jeram Arta Dian Pratama, Novia Azizi, Betty Susiana and Tika Kartika itu berlangsung empat hari. Menariknya, tim ini mengarungi top lane. Jalan ini belum pernah ditempuh dalam 1,5 tahun terakhir. Tak kenal takut. Berbekal antusiasme dan kepercayaan diri yang besar, mereka terus maju.

“Kami kembali ke jalur atas untuk menelusuri jalur arung jeram di Sungai Amandit lebih detail,” jelas Arta Dian, koordinator lapangan tim arung jeram.

Peta jalur rafting di sungai Amadit dari desa Lian Paku, Hartai. Sasarannya berada di hilir Sungai Amadit. Lebih tepatnya Desa Halunuk di Kalimantan Selatan. Tim memetakan jeram, yang merupakan medan yang sulit untuk dinegosiasikan.

“Kemudian data tersebut dapat digunakan untuk memberikan informasi tentang jeram yang dipetakan,” tambah Arta.

Di lapangan ketiga, Intan Az Zahra dan Danang Prakoso siap melakukannya Mendaki selama lima hari. Tepat di tebing Batulaki dan Batu Bini, South Upper River, Kalimantan Selatan. Tebing ini adalah medan ikonik untuk pendaki. Keunikannya adalah tebing Batulaki terletak di tepi sungai Amandit. Sedangkan Batu Bini merupakan rute baru yang dibuat oleh Tim Vertical Rescue Indonesia.

“Namun Nalar ke tempat itu cukup sulit dieja. Selain itu, kondisi alam Kalimantan masih asri. Begitu banyak hewan endemik seperti bekantan dan monyet hitam yang ditemukan,” ujar Intan Az Zahra, yang kali ini bertugas sebagai koordinator lapangan tim pendakian.

Hebatnya, tim ini berhasil membuat jalur pendakian hingga 12 meter dari dasar tebing Batulaki. Meski tebingnya setinggi 25 meter, namun aman untuk didaki di kawasan ini. Nasihat tersebut membutuhkan perhatian khusus saat memilih tambatan dan keamanan selama proses pendakian.

Selain itu, tiga ekspeditur dikenai hukuman lima hari gua di Desa Nateh, Hulu Sungai Tengah dan Telaga Langsat. Raihan Hibban, Khanifa Eva dan Rosita Indah menuju Gua Batu Sawar. Perjalanannya tentu tidak mudah, Anda harus mendaki bukit untuk mencapai pintu masuk goa.

“Gua Batu Sawar ini masih asri, banyak sekali flora dan fauna yang bisa ditemukan baik di dalam maupun di luar goa,” ujar Raihan yang juga koordinator lapangan tim caving.

Selain Gua Batu Sawar, tim juga menuju Gua Ali. Petualangannya cukup panjang. Anda masih harus berjalan melewati hutan selama kurang lebih satu jam untuk sampai ke pintu masuk goa. Ini tidak mematahkan semangat mereka.

“Masih banyak hal mistis dan gaib lainnya di Gua Ali. Gua ini sangat luas dan memiliki banyak percabangan. Konon masih banyak orang kerdil di Gua Ali,” jelas Raihan.

Menariknya tim gua juga menjelajahi gua anonim. Gua ini jarang dijangkau oleh manusia. Penduduk setempat masih jarang mengetahui keberadaan gua ini. Jadi tim caving menyebutnya sebagai gua yang tidak disebutkan namanya.

“Akses ke gua itu sulit. Kita perlu membuka jalan kembali untuk sampai ke pintu masuk gua ini. Karena goa ini sudah lama tidak dimasuki, masih banyak ditemukan satwa endemik di dalamnya,” jelasnya.

Sementara itu, setiap divisi menyelesaikan misinya dengan kerangka waktu yang berbeda. Mereka yang telah menyelesaikan misinya menunggu tim lain di Banjarmasin. Setelah semua tim pulang, mereka tidak langsung kembali ke Kota Bengawan. Masih ada toko layanan masyarakat di Desa Artin, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Berlangsung dari tanggal 4 hingga 7 November.

Kampung Artain merupakan kawasan yang jauh dari perkotaan. Hanya akses transportasi dengan perahu Klothok. Kearifan lokal serta flora dan fauna di Desa Artain itulah yang menjadi perhatian tim pengabdian masyarakat. Kaitannya dengan kondisi sosial perilaku masyarakat dan perekonomian.

Desa Artain berpotensi menjadi desa wisata dengan keindahan alam. Serta beberapa wisata alam yang dapat memukau wisatawan di masa depan, hal ini mendorong kepala desa dan tim ekspedisi untuk meningkatkan perilaku warga dan menggalakkan sosialisasi perilaku dasar terkait kebersihan lingkungan.

“Hasil komitmen menunjukkan bahwa tawaran wisata di desa kami sangat mengesankan. Hal ini dapat membantu perekonomian masyarakat pedesaan. Di sisi lain, perilaku masyarakat terhadap sampah masih menjadi pekerjaan rumah prioritas,” kata Sekretaris Desa Artain Rahmat Basuki.

Selain itu, tim ekspedisi Nagari-Kalimantan juga melakukan pengabdian masyarakat di SDN Artai. Mereka mengajar di sekolah alam. Memperkenalkan siswa untuk kepedulian terhadap lingkungan dan penggunaan limbah. Setelah semua misi selesai, mereka kembali ke Kota Bengawan tepatnya pada tanggal 13 November. (*/Roti roll)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button