Yogyakarta

Perkembangan ilmu komputer Indonesia semakin pesat

JawaPos.com – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) RI Nadiem Anwar Makarim mengatakan selain menguasai technical skill, penguasaan non-technical skill (soft skill) juga penting bagi generasi muda.

Baginya, tujuan utama kompetisi bukan hanya untuk menjadi pemenang. Namun pada saat yang sama dapat memberikan manfaat bagi kebaikan bangsa, negara dan dunia. Untuk itu, Nadiem menghimbau kepada siswa SMA dari berbagai belahan dunia untuk menjalin kerjasama lintas negara dan budaya. Hal ini dilakukan untuk memperkaya wawasan dan mengembangkan peradaban dunia.

“Apakah Anda tahu latar belakang saya sebelum saya menjadi menteri? Saya berada di dunia teknologi karena saya tahu bahwa dunia berkembang sangat cepat di masa depan. Dan talenta di bidang ini akan mendukung kebutuhan itu,” ujarnya dalam sambutannya pada pembukaan International Olympiad in Informatics (IOI) di laboratorium Institut Seni Indonesia (ISI) Jogjakarta beberapa waktu lalu.

Dia mengatakan dia bangga melihat bakat teknologi muda dunia berkumpul di hadapannya. Dari mana pun dia berasal, penting bagi para peserta untuk mengambil hati dari pengalaman berharga dalam kompetisi ini.

“Termasuk bagaimana belajar untuk bangkit kembali meskipun gagal dan bagaimana fokus pada tujuan hidup Anda,” katanya seperti dikutip Radar Jogja (Grup Jawa Pos)Sabtu (13.2).

Sementara itu, di sela-sela kompetisi dan General Assembly, para peserta IOI diajak jalan-jalan ke berbagai destinasi wisata dan atraksi budaya di sekitar Jogjakarta. Peserta juga akan menikmati malam budaya di Candi Borobudur. Para peserta berkesempatan merasakan membatik, mencicipi makanan khas daerah, menari atau memainkan alat musik tradisional.

Melalui kegiatan ini, Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Suharti berharap seluruh peserta dan delegasi IOI dapat belajar tentang budaya Indonesia dan lebih menikmati atraksi wisata Indonesia.

“Saya berharap dukungan Kemendikbud dalam pembinaan talenta teknologi, baik teknis maupun nonteknis, dapat mendorong terciptanya sumber daya manusia yang unggul untuk pendidikan masyarakat yang lebih berkualitas,” kata Suharti.

Presiden IOI Benjamin Burton mengatakan hal yang sama. Dengan mengajak peserta untuk menikmati waktu mereka di Jogjakarta dengan makanan, tie-dye dan lainnya, mereka berkesempatan untuk bertemu banyak orang dan mendapatkan pengalaman yang menarik.

“Coba sambal, tie-dye, dan banyak lagi. Di sini kamu berkesempatan bertemu banyak orang,” kata Ben, panggilan akrabnya.

Menariknya, pada saat workshop tari tradisional, berbagai peserta dari tim berbeda yang dibagi menjadi 5 (lima) kelompok menikmati gerakan dan ketukan yang dipandu oleh beberapa mahasiswa dari jurusan tari ISI.

“Seni itu universal. Awalnya kami mengira mereka (peserta IOI) adalah orang-orang yang serius, tapi ternyata mereka sangat menghargai seni dan kemanusiaan. Menariknya, keterkaitan antara seni dan sains harus diperhatikan ke depan”, jelas ketua Institut Seni Pertunjukan ISI, Rina Martiara.

Kandidat tim Swiss, Lukas Münzel, mengungkapkan kegembiraannya mempelajari Tari Montro dan Cita Rasa Kontemporer Tari Nusantara. “Walaupun singkat, saya sangat senang bisa belajar tari dari Indonesia. Rasanya unik dan enak,” kata Lukas.

Di lokasi lain untuk workshop singkat, berbagai tim lain terlibat langsung mencoba gamelan Bali dan gamelan Jawa tradisional Yogyakarta. Selain itu, kelompok tim lainnya mendapatkan penjelasan tentang penggunaan drone dalam proses pembuatan film di bengkel sinematografi, dan kelompok tim lainnya mendapatkan penjelasan tentang proses pencetakan foto secara manual di bengkel fotografi.

Selain itu, workshop tie-dye juga sangat diapresiasi oleh tim Irlandia. “Pengalaman yang berbeda karena sebelumnya saya tidak tahu apa-apa tentang batik Indonesia, tapi kali ini saya diajari membuat pola di atas kain dengan campuran biru dan ungu dan saya menulis nama orang yang saya kagumi di Tie-dye. kain,” jelas salah satu kandidat dari tim Irlandia, Ruadhán Mac Giolla Phádraig, sambil tersipu.

Sementara itu, Wakil Rektor III ISI Yogyakarta Muhammad Sholahuddin mengumumkan bahwa ISI Yogyakarta siap setelah ditetapkan sebagai salah satu tempat tuan rumah program ekskursi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek). “ISI Yogyakarta sangat senang mendukung Indonesia sebagai tuan rumah acara IOI. Kami berharap melalui 7 (tujuh) short workshop yang telah kami siapkan, para peserta IOI dapat mempelajari berbagai seni dan budaya yang ada di Indonesia,” kata Sholahuddin saat menyambut para peserta ke ISI untuk makan siang, Kamis (8/11). disertai).

Adapun keseruan dari kebersamaan para peserta usai field trip di ISI Yogyakarta, para peserta juga diajak berdiskusi dengan salah satu support partner IOI yaitu Huawei, dimana topik “Technology Trend for Better Connectivity and Intelligence” dibahas Dunia ,” disampaikan oleh Direktur Strategi Teknologi Informasi dan Komunikasi Huawei, Mohamad Rosidi.

Yogyakarta yang memiliki keragaman budaya akan menyaksikan kolaborasi talenta digital tingkat sekolah menengah atas dunia saat mereka bersaing untuk mendapatkan gelar ilmu komputer terbaik dalam acara yang telah diadakan sejak tahun 1989. IOI tahun ini mengusung tema “Digital Energy of Asia”.

Selain itu, mitra pendukung IOI 2022 yaitu Acer, Jane Street, Tezos, Huawei, SIRCLO, Blibli dan AWS Indonesia siap mendukung suksesnya kompetisi internasional tersebut. Melalui IOI Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga bangga telah menjadi bagian dari upaya global untuk bangkit dan bangkit dari keterpurukan akibat pandemi global Covid-19 dengan tetap melestarikan alam dan budaya Indonesia, khususnya Yogyakarta yang indah dan penuh warna.

Source: www.jawapos.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button