Perjuangan Ibu-Ibu Desa Sumberejo Dieng Dalam Mengolah Jajanan Untuk Menopang Perekonomian Keluarga - WisataHits
Jawa Tengah

Perjuangan Ibu-Ibu Desa Sumberejo Dieng Dalam Mengolah Jajanan Untuk Menopang Perekonomian Keluarga

Perjuangan Ibu-Ibu Desa Sumberejo Dieng Dalam Mengolah Jajanan Untuk Menopang Perekonomian Keluarga

WAKTU INDONESIA, BANJARNEGARA – Nama Desa Sumberejo, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara viral. Aktivitas gunung berapi Dieng menjadi pemicunya.

Dua tempat wisata di kawasan Gunung Dieng tergolong aktif di Desa Sumberejo, yaitu Kawah Timbang dan Kawah Sileri.

iklan

Pusat Vulkanologi dan Penanggulangan Bencana (PVMB) Badan Geologi Kementerian ESDM mengindikasikan bahwa pada 16 Januari 2023 terjadi peningkatan aktivitas gas CO2. Kenaikan ini berlaku sejak 15 Januari 2023.

Bahkan Plt Bupati Banjarnegara Tri Harso saat berkunjung ke Desa Sumberejo pada 18 Januari 2023 mengatakan peningkatan aktivitas di Gunung Dieng telah menaikkan statusnya dari level satu ke level dua atau diwaspadai.

Meski demikian, dia mengimbau masyarakat tetap tenang dan waspada. Warga juga tidak diperbolehkan mendekat dan beraktivitas dalam jarak 500 meter hingga radius 1000 meter dari Kawah Timbang dan Kawah Sileri.

Tri Harso berharap seluruh masyarakat tetap tenang, tidak panik dan tetap waspada serta tidak terpancing masalah terkait aktivitas Gunung Dieng.

“Ikuti arahan BPBD, sumber informasi akurat dari Pusat Vulkanologi dan Penanggulangan Bencana Badan Geologi, BMKG dan BPBD,” ujarnya.

Meski begitu, objek wisata lain di Dieng aman untuk dikunjungi.

Desa Sumberejo hidup sejahtera berkat kentang

Manufaktur Chip.jpgKesibukan membuat keripik kentang. (Foto: Muchlas Hamidi/TIMES Indonesia).

Inilah Desa Sumberejo yang terletak di daerah pegunungan Dataran Tinggi Dieng (DTD) yang masih ditempati banyak pihak hingga saat ini.

Namun di luar itu, desa ini merupakan desa yang maju. Sebagian besar warga disini berprofesi sebagai petani sayuran yang sangat dibutuhkan warga.

Kebanyakan orang hidup sebagai petani kentang, wortel, kol dan sebagainya.

Paling populer karena komoditas kentang yang melimpah. Namun, harga sayur yang fluktuatif kerap meresahkan petani karena merugi.

Tentu saja fenomena ini tidak dirasakan sekali atau dua kali, namun seolah sudah menjadi hukum alam bahwa ketika panen berlimpah, harga tiba-tiba turun.

Padahal harga sembako bagi petani stabil. Ini berbeda dengan harga alsintan seperti pupuk dan obat-obatan yang cenderung meroket. Ini adalah kondisi yang belum terselesaikan.

Mengapa ini bisa terjadi? Sampai saat ini masih menjadi misteri dan pertanyaan besar bagi para petani termasuk pemerintah daerah.

Ternyata, masalah volatilitas harga masih menjadi momok yang belum terungkap. Ada yang beranggapan karena tengkulak, pedagang besar (cukong) dan sebagainya.

Namun petani juga harus menanggung risiko ini. Tidak tanggung-tanggung bila petani di Sumberejo mengalami kerugian saat musim panen, bisa jutaan, puluhan hingga ratusan juta rupiah.

Memang dari sekian banyak masalah yang dihadapi petani kentang di desa Sumberejo, hal ini menjadi inspirasi bagi Ibrahim kepala desa Batur yang sudah dua periode menjabat.

Ibrahim.jpgIbrahim, Kepala Desa Sumberjo. (Foto: Muchlas Hamidi/TIMES Indonesia).

Ia kemudian mencoba bekerja dengan ibu-ibu PKK dan kader perempuan lainnya di desanya.

Melakukan berbagai kursus pelatihan, mis. B. Membuat aneka kreasi makanan dari kentang, singkong dan umbi-umbian sejenis. Semuanya dimoderasi secara independen oleh grup.

Misalnya kentang digunakan untuk melatih ibu-ibu membuat keripik kentang, singkong diolah menjadi klatak atau aneka makanan yang tidak mudah basi.

Setelah mereka memiliki keterampilan, Ibrahim juga memberikan kemudahan bagi mereka untuk belajar cara mengemas atau mengkotak untuk menarik konsumen.

Diakui Ibrahim, pemberdayaan perempuan dipandang sebagai terobosan dalam meningkatkan taraf hidup warga yang sebagian besar adalah petani.

Persiapan dan langkah demi langkah dilakukan Kades Ibrahim untuk membentuk jiwa kewirausahaan pada perempuan dan anak-anak Batur yang belum yakin untuk memulai usaha mandiri.

Ibrahim kemudian mulai mengelompokkan perempuan yang sudah memiliki keterampilan dengan membentuk kelompok usaha bersama.

Setidaknya saat ini sudah ada beberapa KWT seperti KWT Rembulan, Dua Dewi, Mandiri, Melati, Putri Sengkuyung. Mereka kemudian bergabung dengan organisasi UMKM Riskita (Keripik Kentang, Karika, Klatak).

Kelompok ini mencakup tenaga kerja rata-rata 20 orang. “Mereka masih konvensional dalam menjual produknya. Dan beberapa orang Sudan menggunakan internet. Alhamdulillah mereka ada,” kata Ibrahim saat diwawancarai TIMES Indonesia, Sabtu (28/1/2023).

Sampai saat ini pemasaran masih terfokus di Barlingmascakeb (Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap dan Kebumen). Daerah lain di mana beberapa pedagang telah berkolaborasi di Solo Raya.

Ibrahim menengahi selama mereka punya modal sendiri dan memasarkan sendiri. “Kami sangat membutuhkan sarana dan prasarana pengolahan, termasuk pemasaran dan periklanan. Kami juga membutuhkan pelatihan pengemasan,” kata Ibrahim.

Untuk mengetahui asal usul desa Sumberejo yang bernama Sumber, maka pada tanggal 12 Februari 1979 desa Simbar akibat letusan Gunung Sinila digabung dengan desa Sumber yang menjadi desa Sumberejo berdasarkan keputusan gubernur pada tahun 1981.

Desa Sumberejo memiliki luas 6762255 m2 dengan batas selatan Desa Sidengok, Desa Ratamba, Kecamatan Pejawaran. Di sebelah barat adalah Desa Batur, Kecamatan Batur. Kemudian sebelah utara Desa Gerlang, Kecamatan Bladon, Kabupaten Batang dan sebelah timur Desa Pasurenan, Desa Pekasiran, Kecamatan Batur.

**) Ikuti berita terbaru KALI Indonesia di dalam Berita Google

Klik tautan ini dan jangan lupa untuk mengikutinya.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button