Perjalanan melalui medan berbatu untuk bertemu orang pedalaman • Radar Jogja - WisataHits
Yogyakarta

Perjalanan melalui medan berbatu untuk bertemu orang pedalaman • Radar Jogja

RADAR JOGJA – Meski olahraga trail running belum mendapat dukungan maksimal, tidak menyurutkan semangat Risqi Dwi Kurniawan, 25 tahun. Kegigihannya memungkinkan dia untuk menghasilkan kinerja yang brilian. Bagaimana ceritanya?

NAILA NIHAYAH, Mungkid, Radar Jogja

Ada banyak cara untuk mencapai prestasi. Seringkali dibutuhkan banyak kerja keras untuk mencapainya. Khususnya olahraga aktif, penerapan pola hidup sehat, serta dukungan orang-orang terdekat sebagai dorongan dorongan.

Inilah yang dialami seorang peternak kambing dan ikan asal Dusun Ngrajek, Desa Ngrajek, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang. Adalah Risqi Dwi Kurniawan, 25, yang meraih medali emas pada Kejuaraan Nasional Lari Lintas Alam (Kejurnas) Indonesia pada 15-17 Juli 2022 di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Dia memenangkan tempat pertama dalam kategori jarak jauh lebih dari 85 kilometer.

Ia aktif dalam lari lintas alam sejak 2016. Namun, Risqi mulai hobi berlari sejak kelas tiga sekolah dasar.

Ia baru tahu tentang lomba lari atau kejuaraan saat masih duduk di bangku SMP. Saat itu, guru olahraganya melakukan tes lari. Ternyata untuk menjaring mahasiswa yang ingin masuk ke Pekan Olahraga Mahasiswa Daerah (POPDA). Dialah yang berhasil mewakili sekolah di acara tersebut. Kemudian pada tahun 2013 ia lulus dalam Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS).

Sejak saat itu ia semakin tertarik dan aktif mengikuti event lari. Di tingkat regional, provinsi dan nasional.
Risqi mengaku awalnya merupakan aset yang nekat untuk bersaing. Bahkan, ia terus mengobarkan semangatnya untuk berlatih jalan kaki. “Dia sering pingsan dan mual terus menerus karena kelelahan olahraga,” katanya saat dipukul di rumahnya, Senin (25/7).

Risqi mengaku sudah mengikuti lomba lari lintas alam ini sejak tahun 2016. Menurutnya, trail running cukup menantang dibandingkan dengan jenis lainnya. Dipasangkan dengan kategori Long Distance and Challenging Terrain.
Setiap hari ia terus berlatih berlari di sekitar Lapangan Kujon dan Bukit Dagi di Kabupaten Borobudur. Bekerja sebagai satpam sementara di Taman Wisata Candi Borobudur pada pagi hari, Risqi berlatih pada sore hari. Dan sebaliknya.

Dia telah memenangkan ratusan medali. Mulai dari perunggu, perak, hingga emas. Dia sendiri tidak mengetahui jumlah pastinya. Dipasangkan dengan medali emas pada kejuaraan lari trail Indonesia di Palu. Ia mewakili Persatuan Lintas Alam Indonesia (ATLI) Jawa Tengah bersama 14 pelari lainnya yang melaju ke kejuaraan nasional. Enam di antaranya berasal dari Magelang.

Selama kejuaraan nasional, kata Risqi, di antara kompetisi lari lainnya, ada salah satu medan yang paling sulit. Yaitu di Gunung Gawalise yang terletak di sisi barat Kota Palu. Ada banyak batu. Para pelari harus masuk ke dalam hutan, yang omong-omong masih lebat.

Tak hanya itu, saat melintasi hutan, banyak lintah yang menempel di pahanya. Sungai ini juga dihuni oleh buaya. Para pelari dikawal oleh warga sekitar. “Ketika Anda berlari lintas alam di pegunungan, Anda biasanya berjalan di jalan setapak. Tapi kemarin pas di Palu baru dibuka jalurnya,” kata bapak satu anak ini.

Selain memasuki hutan, ia juga memasuki pedesaan di sepanjang rute yang menjadi milik penduduk pedalaman. Bahkan, dia diundang untuk wawancara. Namun, dia mengaku tidak mengerti bahasa yang digunakan karena berbeda. Juga dengan gaya hidupnya.

Di sepanjang jalur tersebut, kata dia, ada hingga sembilan posko setiap delapan kilometer. Panitia akan menyediakan minuman bagi para pelari. Karena cuaca di Palu cukup panas.

Di kejuaraan nasional, Risqi menargetkan bisa mencapai garis finis dalam waktu 10 jam. Padahal, dalam waktu 12 jam dia baru saja mencapai tujuannya. Karena di kilometer 38 dia sudah kehilangan dua kilometer. “Tanda-tandanya juga tidak jelas. Saat mencapai dua kilometer, petunjuk berupa pita merah putih hilang,” akunya.

Meski demikian, ia berhasil menaklukkan medan dan menjadi juara pertama di kategori lari jarak jauh di atas 85 kilometer. “Hanya saja waktunya tidak sesuai dengan target saya. Target saya finis kurang dari 10 jam tapi kemarin 12 jam 31 menit,” tambah pria lulusan SMA Negeri 1 Salaman ini.

Ia mengaku bisa meraih kesuksesan karena unggul dalam persiapan. Riski menerapkan gaya hidup sehat. Seperti tidak makan pedas, gorengan dan makanan yang mengandung santan. Di sisi lain, dia suka kopi. Baginya, kopi menjadi motivasinya sebelum kompetisi. Karena kafein yang dikandungnya bisa memicu kerja jantung.

Kemudian ia mencari rumah kedua, yaitu Persatuan Lintas Alam Indonesia (ALTI) di Kabupaten Magelang di bawah Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (KORMI). Meski semua kompetisi dilakukan secara mandiri, ia memiliki banyak kesempatan untuk bertanding.

Setelah sukses meraih medali emas di Kejuaraan Lari Lintas Nasional Indonesia, ia akan mewakili Indonesia di Kejuaraan Lari Lintasan Internasional di Thailand. Dari tiga wakil Indonesia, ia tetap berada di kelas jarak jauh 85 kilometer.(bah)

Source: radarjogja.jawapos.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button