Peran internet dalam menjaga warisan batik secara turun temurun di Surakarta - WisataHits
Jawa Tengah

Peran internet dalam menjaga warisan batik secara turun temurun di Surakarta

jakarta

Budaya membatik di Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah diturunkan sejak tahun 1546 atau pada masa kerajaan Pajang. Di atas lahan seluas 24,5 hektar, para perajin dengan ciri khas tie-dye yang digambar tangan menggunakan pewarna alami mulai berkembang pesat dan menjadi tujuan produksi tie-dye tertua di Indonesia.

Seiring dengan perkembangan zaman, budaya luhur bangsa Indonesia mulai terganggu dengan hadirnya tekstil dengan motif tie dye atau cetakan tie dye. Pada tahun 1970-an banyak produsen batik di Laweyan mulai menurun.

Puncaknya terjadi pada tahun 2000-an ketika hanya ada selusin pengrajin tie-dye yang tersisa. Menghadapi kondisi tersebut, pemilik Batik Mahkota Laweyan Alpha Febela Priyatmono, bersama juragan Batik Laweyan dan tokoh masyarakat, memprakarsai pembentukan Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL). Dari sinilah Laweyan perlahan bangkit kembali dengan konsep desa wisata tie-dye.

IKLAN

GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN

“Kami bekerja sama dengan berbagai pihak untuk merevitalisasi warisan luhur tie-dye di Laweyan. Termasuk sinergi dengan IndiHome yang berperan strategis dalam mendukung proses digitalisasi Kampoeng Batik Laweyan,” kata Alpha dalam keterangan tertulis, Kamis (10/11/2019). /2022).

Menurut Alpha, destinasi Laweyan tidak hanya dikenal sebagai sentra batik tertua di Indonesia, tetapi juga produk-produk buatan pengrajin batik lokal dapat diekspor ke berbagai kota di luar negeri. Selama ini beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Thailand dan Singapura telah memasok batik dari Laweyan.

“Selain itu, kami menggarap proses Laweyan sebagai sentra batik ramah lingkungan. Tujuannya agar Solo menjadi rujukan green tie-dye, atau kota tie-dye ramah lingkungan global,” kata Alpha.

Untuk menambah kemeriahan, setiap tahun diadakan berbagai kegiatan seni dan budaya yang melibatkan masyarakat luas. Seperti pertunjukan wayang, pertunjukan musik keroncong hingga kursus membatik untuk generasi milenial. Biasanya kegiatan ini berlangsung pada akhir September, dengan puncak acara pada Hari Batik Nasional pada tanggal 2 Oktober.

“Khususnya tahun ini, agenda tahunan kita digeser untuk menyambut peresmian Laweyan Digital Village IndiHome,” kata Arief Budiman Effendi, Ketua IT Kampung Batik Laweyan.

Arief mengakui, peran internet sangat dibutuhkan warga Laweyan untuk mengadopsi secara digital dan memasarkan produk tie-dye secara lebih luas. Melalui sinergi dengan Telkom Indonesia, Arief berharap proses digitalisasi para pelaku usaha di Laweyan semakin meningkat.

Sinergi ini diwujudkan melalui dukungan Kampung Digital Laweyan milik IndiHome. Harapannya, peran IndiHome di Laweyan dapat lebih meningkatkan keterampilan atau kemampuan warga dalam digital marketing dan literasi keuangan.

Salah satu kegiatan yang menarik Laweyan dari IndiHome Digital Village adalah IndiClass Digital Marketing, kursus pelatihan pemasaran digital untuk membantu para pebisnis dan pengrajin tie-dye di Laweyan memasarkan produk digital.

Mendukung IndiHome sebagai #Internet Indonesia di Kampoeng Batik Laweyan sangat penting untuk mempercepat digitalisasi industri batik dan memperkuat sektor pariwisata Laweyan yang berkelanjutan.

(iklan/iklan)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button