Peninggalan nenek moyang orang Sunda menyebarkan agama Islam di Cibiru, Bandung Timur - WisataHits
Jawa Barat

Peninggalan nenek moyang orang Sunda menyebarkan agama Islam di Cibiru, Bandung Timur

Peninggalan nenek moyang orang Sunda menyebarkan agama Islam di Cibiru, Bandung Timur

Tahukah Anda bahwa kawasan Bandung Timur memiliki banyak keanekaragaman budaya Sunda yang terjaga dengan baik? Bahkan, ada Petilasan yang dipercaya sebagai tokoh penyebar agama Islam di kawasan Cibiru.

Dalam makalah peserta Pelatihan Sejarah Disbudpar Kota Bandung Tahun 2021, Dani Ramdhani menjelaskan bahwa asal usul nama Cibiru berasal dari “Pohon Biru” yang pernah tumbuh di Desa Cibiru Tonggoh, Desa Cibiru Wetan, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung. Akar pohon berwarna biru ini berasal dari mata air yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

Kata Cibiru terdiri dari dua kata, cai dan biru. Artinya, air yang berasal dari sumber sedangkan pohon berwarna biru bukan berarti airnya berwarna biru, melainkan karena adanya sumber dari batang (pohon) yang berwarna biru. Dari dua kata tersebut lahirlah Kampung Cibiru (sekarang bernama Cibiru), sedangkan nama Cibiru kemudian berkembang menjadi nama kampung yang kini menjadi bagian dari Kota Bandung, Kecamatan Cibiru.

Ternyata keberadaan kampung Cibiru Wetan tidak lepas dari warisan para sesepuh kampung dan pendakwah agama Islam di kawasan Bandung Timur yang diyakini sebagian besar masyarakatnya dan kawasan Cibiru khususnya kampung Cibiru Wetan selalu menjaga.

Terdapat peninggalan sesepuh desa yang masih terjaga dengan baik hingga saat ini yaitu Tempat Pemakaman Keramat Embah Landros di Astana Gede RW 11 Kampung Warung Gede, Rumah Adat yang dipercaya menyimpan jenazah Nyi Mas Entang Bandung di RW 11 Kampung Warung adalah Gede dan makam keramat Eyang Sawi (Ibu Sawi) di RW 05 Kampung Jadaria. Mengenai tinggalan tersebut, artikel “Karuhun di Tanah Sunda” (“Leluhur di Tanah Sunda” di dansite.wordpress.com dan Jendelakarawang.net) menyebutkan bahwa terdapat 202 jejak leluhur Sunda yang tersebar di seluruh Jawa Barat. Beberapa di antaranya berada di kawasan Cibiru, yaitu jenazah Nenek Landros, Nenek Latif, Nenek Penghulu, Nyi Mas Entang Bandung, Nenek Kilat, Mamah Hadji Umar, Mamah Hadji Soleh, Mamah Hadji Ibrahim, Uyut Sawi, Darya Bin Salmasih dan Mamah Haji Sapei.

Foto: Edi Warsidi
Tanda tempat resmi dilindungi oleh pemerintah Kabupaten Bandung dari gang menuju ke Kuil Eyang Sawi.

Kali ini Anda akan bertemu dengan kapal penjelajah Islam bernama Eyang Sawi. Siapakah Uyut Sawi atau Eyang Sawi? Eyang Sawi adalah seorang wanita yang berasal dari Demak. Ia dan suaminya, Haji Soleh, sangat berjasa menyebarkan ajaran Islam di sekitar Cibiru. Peristiwa ini terjadi pada akhir abad ke-17 atau awal abad ke-18.

Pada awal abad ke-18, setelah jatuhnya Kesultanan Mataram, Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) menyebarkan pengaruhnya. Selain sebagai simbol kekuatan ekonomi Asia, VOC juga ikut campur untuk mengganggu politik pribumi di Jawa dengan maksud untuk meningkatkan cengkeramannya terhadap ekonomi lokal.

Ketika pasukan Belanda memasuki Demak, orang tua Sawi tidak senang dengan kehadiran penjajah asing. Bahkan, salah seorang Belanda ingin menikah dengan Sawi, namun keluarga besarnya menolak. Untuk menghindari pengaruh Belanda, keluarga Sawi harus meninggalkan desanya di Demak. Keluarga besar Sawi terpecah belah. Namun, pelarian mereka diarahkan ke Jawa Barat. Sawi menghindari pasukan Belanda ke wilayah Jawa Barat atau pergi ke selatan (ke Legok Biru, Cibiru modern) sementara orang tuanya pergi ke selatan (Subang, Jawa Barat).

Sawi merasa nyaman untuk “bersembunyi” dari pasukan Belanda, ya, di daerah Legok Biru, sebuah desa yang subur dan tenang dengan air yang sangat baik. Setelah sekian lama, Sawi berkenalan dengan warga lokal Legok Biru yang saat itu masih menganut agama Hindu dan Islam. Ketika Sawi melihat bahwa keyakinan penduduk setempat tidak sesuai dengan syariat Islam yang sebenarnya, Sawi diminta untuk menyadarkan penduduk terhadap ajaran Islam.

Uyut Sawi mengajarkan Islam dengan cara mewariskannya kepada anak cucunya. Dari keluarga, kemudian Islam di daerah Cibiru meluas ke pedesaan sekitarnya. Selain dikenal suka menolong, Uyut Sawi juga menjadi panutan bagi masyarakat Cibiru dan sekitarnya. Melalui keteladanan karakter inilah ajaran Islam Eyang Sawi ditransmisikan.

Nah, itulah sebagian kecil dari Harta Karun Urang Sunda di Cibiru, Bandung Timur. Mungkin berguna.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button