Pengikatan Komunitas Buku, Kaset dan Barang Antik Kota Bandung - WisataHits
Yogyakarta

Pengikatan Komunitas Buku, Kaset dan Barang Antik Kota Bandung

BandungMove.id – Pergerakan para penggiat buku, musik dan barang antik di kota Bandung sebelum pagebluk Covid-19 cukup ramai. Mereka memberi warna tersendiri pada peta keragaman masyarakat di kota kembang itu. Mereka bahkan memiliki festival besar mereka sendiri, seperti hari penyimpanan rekaman, hari bukudan Festival Barang Antik Koleksi.

Namun, varietas ini hanya dianggap terbatas pada varietas, masing-masing hanya satu warna. Bukan dimaksudkan untuk memunculkan warna dan wajah baru dalam kegiatan bersama lintas masyarakat yang merevitalisasi kota Bandung.

Namun, hiruk pikuk berbagai aktivitas masyarakat di Kota Bandung yang disebut-sebut tidak memiliki niat persatuan, dinilai sebagai hal yang logis oleh seorang bandar buku dan kaset, Yadi.

Menurutnya, dengan keragaman masyarakat di Kota Bandung, wajar saja jika mereka menjalankan aktivitasnya sendiri-sendiri karena ingin kelompoknya eksis, diberdayakan secara internal, dan dikenal masyarakat.

“Menurut saya bukan komunitas-komunitas ini menghentikan diri untuk melakukan kegiatan bersama lintas komunitas, tetapi bagaimana mereka ingin menjadi besar dulu dan orang-orang tahu bahwa seperti komunitas kaset masih ramai, komunitas buku lama berkelanjutan, dll. Saya pikir itu hal yang logis untuk ukuran komunitas yang ingin eksis dan dikenal publik,” kata Yadi kepada BandungBergerak.id.

Selain itu, Yadi menjelaskan mengapa mereka biasanya ingin melakukan kegiatan sendiri karena biasanya mereka akan melakukan kegiatan pendidikan. Sehingga mereka menjadikan kegiatan ini eksklusif untuk kelompoknya agar pengunjung bisa fokus mendengarkan sesi edukasi.

Namun, bagi segelintir golongan lain, masih ada yang menganggap budaya masyarakat di Kota Bandung masih asri dengan sendirinya.

Niat kecil persatuan lintas komunitas

Berawal dari perbincangan bahwa budaya masyarakat di kota Bandung masih asyik dengan sendirinya, beberapa aktivis mulai memiliki niat kecil untuk mengadakan kegiatan bersama antar masyarakat di kota Bandung. Ide ini muncul dari percakapan antara pedagang buku dan kaset, yaitu Deni Rachman dan Yadi di Landmark saat Book Show 2019.

Gagasan untuk melakukan kegiatan bersama lintas masyarakat juga diperkuat dengan acara yang sama di bulan April, yaitu hari penyimpanan rekaman untuk anak-anak kaset dan hari buku untuk anak buku. Hal itu pula yang menjadi alasan mengapa Deni dan Yadi ingin menciptakan warna dan wajah baru dengan menyatukan komunitas perdagangan yang berbeda dalam satu acara.

“Saya sudah lama mengenal Mang Yadi, pertama-tama Mang Yadi suka menghadiri pameran buku landmark. Karena saya tahu bahwa Mang Yadi aktif di kaset, saya memberi tahu Mang Yadi tentang apa buku dan kaset kami bekerja sama menjadi tuan rumah acara bersama,” tambah Deni Rachman, pemilik LawangBuku, kepada BandungBergerak.id.

Ide melakukan kegiatan bersama lintas masyarakat tidak muncul begitu saja. Menurut Yadi, Deni pernah melihat pameran yang mempertemukan komunitas buku dan komunitas kaset di Yogyakarta. Melihat hal tersebut, Deni mengajak Yadi untuk mengadakan kegiatan bersama untuk menyatukan komunitas yang berbeda di kota Bandung.

“Ide ini tidak datang tiba-tiba, awalnya Mang Deni pernah melihat pameran di Yogyakarta yang mempertemukan dua komunitas, yaitu buku dan kaset. Pameran masih bisa diatur dan tidak terlalu besar secara fisik dasar Ini adalah klub buku yang menerima anak-anak rekaman. Mereka menamai pameran itu dengan nama Pasar Kangen,” katanya.

Namun, ide yang muncul dari obrolan di Landmark tahun 2019 ini tidak serta merta terwujud begitu masyarakat di kota Bandung dilanda pagebluk Covid-19.

Baca juga: Komunitas Kota Bandung dalam aliran digital
PROFIL KOMUNITAS FOTOGRAFER MUSLIM: Foto-foto Dakwah dan Kemasyarakatan
Komunitas Aleut memperkenalkan i-Walk, aplikasi wisata sejarah tanpa panduan

Pasar Rayat II yang akan diadakan pada tanggal 1 hingga 3 Juli 2022 bertempat di Kantin Panas Dalam, Jalan Ambon 8A, Bandung.  Pasar Rayat diikuti oleh komunitas buku, kaset, dan barang antik.  (Foto: Reza Khoerul Iman/BandungBergerak.id)

Pasar Rayat II yang akan diadakan pada tanggal 1 hingga 3 Juli 2022 bertempat di Kantin Panas Dalam, Jalan Ambon 8A, Bandung. Pasar Rayat diikuti oleh komunitas buku, kaset, dan barang antik. (Foto: Reza Khoerul Iman/BandungBergerak.id)

Pasar komunitas untuk entitas lintas komunitas

Selama dua tahun, aktivitas masyarakat di Kota Bandung harus vakum lapangan akibat kerusakan Pagebluk. Cukup banyak gereja yang ditendang keluar karena pandemi yang dimulai pada tahun 2020. Baru setelah topan mereda, beberapa orang kembali beraktivitas. Yadi dan Deni kemudian mulai menyadari ide mereka yang tertunda.

Yadi kemudian membawa ide yang sudah tertanam selama dua tahun ini kepada temannya yang berasal dari The Panas Dalam, yaitu Bona. Pembicaraan tersebut kemudian membuahkan hasil yang positif, yaitu ide untuk mengadakan kegiatan bersama antar masyarakat di Kota Bandung untuk bertempat di The Panas Dalam.

“Bertahun-tahun berlalu tetapi gagasan yang saya dan Mang Deni rencanakan di Landmark tidak pernah terwujud sampai akhirnya pada November 2021 saya bertemu dengan teman saya Mang Bona. Pada pertemuan kali ini kami membahas tentang perencanaan acara di Kantin Panas Dalam (Pandal). Sebelumnya tidak ada branding Pasar Rayat,” kata Yadi.

Kemudian, niat persatuan antar umat di kota Bandung dikemas dalam acara Pasar Rayat yang diadakan di The Panas Dalam, Jalan Ambon 8A, menyatukan tiga komunitas yaitu komunitas buku, komunitas kaset dan komunitas antik.

Ketiga komunitas yang berkumpul di Pasar Rayat ini identik dengan benda-benda kuno, sehingga pihak penyelenggara telah mengembangkan konsep terkait memorabilia, yaitu menjual banyak benda kuno dalam kegiatan tersebut dan berdiskusi tentang memoar atau bagaimana masyarakat memperlakukan barang antiknya.

“Pada acara ini kami bermaksud untuk mempromosikan literasi melalui arsip yang dijual, kemudian kami mencoba membawa buku-buku lama, kaset-kaset tua dan barang-barang lama lainnya ke sini. Kemudian melalui pasar ini kami mencoba untuk membangun hubungan antara tiga komunitas perdagangan atau antara pedagang dan konsumen, ”kata Koordinator Pasar Rayat, Ucup.

Yadi mengakui, menyatukan tiga komunitas yang berbeda itu tidak mudah. Salah satu tantangan dalam menyelenggarakan kegiatan tersebut adalah bagaimana keterbatasan atau ikatan dapat dibentuk antara semua peserta pameran.

“Tantangannya lebih kepada bagaimana kami memperkenalkan Pasar Rayat kepada masyarakat, karena mereka masuk pasar dari sudut pandang pengunjung. acara yang baru, seperti anak-anak kaset yang mereka datangi acara berbeda dengan hari penyimpanan rekaman, Buku ini bukan untuk anak-anak acara buku-buku murni, serta untuk barang-barang lama anak-anak. Soal peserta pameran, kata anak kaset, apakah ini acara buku anak-anak? Buku anak-anak berkata, apakah ini benar-benar serial anak-anak dalam kaset? Atau apakah ini kegiatan pandal? Jadi kesulitannya pertama adalah menerjemahkan dan membuat campuran Ketiga komunitas ini harus memiliki visi yang sama dan semi-Semit,” jelas Yadi.

Namun, jelas bahwa niat untuk bersatu dalam kegiatan bersama lintas komunitas telah diupayakan secara maksimal. Meski kecil, kegiatan tersebut berhasil menarik minat masyarakat yang beragam dan menciptakan warna baru bagi kegiatan masyarakat di kota Bandung. Mereka hanya berharap ada kesinambungan dan kekompakan antar peserta sehingga dapat menciptakan kegiatan yang bermanfaat bagi semua.

Source: bandungbergerak.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button