Pengembangan wisata Kayutangan harus mendorong masyarakat - WisataHits
Jawa Timur

Pengembangan wisata Kayutangan harus mendorong masyarakat

Pengembangan wisata Kayutangan harus mendorong masyarakat

SURYAMALANG.COM, MALANG – Pengembangan kawasan wisata Kayutangan harus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Kebijakan yang menyertainya juga harus didasarkan pada kajian yang mendalam.

Ahmad Faidlal Rahman, pengamat pariwisata dari Fakultas Vokasi Universitas Brawijaya (UB) Malang, berpendapat bahwa pariwisata sebenarnya untuk kepentingan pengunjung, sehingga desainnya harus menarik sesuai dengan keinginan wisatawan.

“Jika tidak, maka tidak ada yang akan mengunjunginya. Mulai dari tata kota, fasilitas, hiasannya pasti menarik. Jika Anda tidak ingin menarik, siapa lagi? Lokasi. Indikasi orang datang berkunjung adalah kesejahteraan bagi masyarakat sekitar. Orang-orang datang ke sana untuk membelanjakan uang mereka, makan dan minum yang disediakan oleh masyarakat. Nah, itulah dampak dari pariwisata. Baru sekarang Pemkot Malang menggairahkan masyarakat untuk datang ke Kayutangan,” ujarnya.

Hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan Kayutangan menjadi penting. Contoh rencana kebijakan satu halaman. Faid mengatakan, citra Kota Malang saat ini adalah kota macet. Dengan denah jalan satu arah, ia dapat memperindah kota dan membuat nyaman pengunjung.

“Jadi artinya perubahan itu pasti ada dampak baik dan buruknya. Itu tergantung pada bagaimana Anda bereaksi. Orang mengatakan tidak baik jika orang itu tidak mendapat manfaat dari perubahan itu. Jika orang itu mendapat manfaat dari perubahan itu, saya memastikan orang itu baik-baik saja dengan perubahan yang dilakukan,” katanya.

Pendiri dan CEO Nusantara Tourism Center menyarankan agar masyarakat yang tidak setuju diakomodasi dan difasilitasi agar mereka dapat memanfaatkan jalan satu arah tersebut. Masyarakat yang belum diakomodasi perlu diberdayakan agar tidak merasa terpinggirkan oleh perkembangan Kayutangan dan pengenalan garis keturunan.

“Pariwisata perlu membantu masyarakat berkembang, bukan hanya menyenangkan wisatawan. Membuat wisatawan senang adalah bagian dari dampaknya, tetapi tujuannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, Pemkot Malang memang harus melakukan komunikasi dan sosialisasi secara intensif. “, ujarnya, Minggu (22/1/2023).

Masyarakat dapat difasilitasi, seperti B. pembukaan toko cinderamata, ijin resmi agar bisa berjualan di Kayutangan. Panggung juga memudahkan para peminat seni dan budaya untuk tampil. Menurutnya, implementasi sepihak bukan hanya sekedar jalan, tapi harus bisa memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat.

“Wisatawan merasa nyaman ketika datang ke sana, masyarakat juga merasa senang,” jelasnya.

Menurut dosen yang sedang menempuh S-3 ini, pengembangan Kayutangan saat ini merupakan upaya Pemerintah Kota Malang untuk memposisikan diri sebagai kota wisata. Raising Kayutangan merupakan upaya mempopulerkan kota Malang dengan berbagai objek wisatanya.

“Dulu hanya disebut Kampung Warna-Warni, kampung budaya, sekarang ada Kayutangan yang menawarkan sesuatu yang berbeda. Ada lagi yang semakin menarik di dunia pariwisata. Alasannya, sesuatu yang menarik adalah sesuatu yang bisa membuat orang ingin berkunjung,” ujarnya.

Apapun yang dilakukan Pemkot Malang untuk memposisikan dirinya sebagai brand perlu dukungan untuk kedepannya. Ia melihat pembangunan Kayutangan saat ini perlu dimaksimalkan. Ia berharap pengembangan pariwisata di Kayutangan memiliki konsep yang jelas, tidak dibuat-buat karena tidak asal-asalan.

“Jika itu terjadi, itu tidak akan pernah berkelanjutan. Ada perencanaan, tapi tidak berhenti di dokumen perencanaan, harus dilakukan. Ke depan, Pemkot Malang harus fokus pada regulasi, anggaran, dan…eksekusi. Itu yang harus dilakukan pemerintah ketika hanya ada regulasi, tidak ada anggaran, jadi tidak jalan. Begitu juga sebaliknya,” ujarnya.

Di akhir wawancara, Faid memberikan saran agar desain wisata kawasan Kayutangan bisa menjadi wisata acara malam. Kayutangan bisa menjadi tempat pameran seni dan budaya.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button