Pemimpin santai "Hangout" dan tekad pariwisata - WisataHits
Yogyakarta

Pemimpin santai “Hangout” dan tekad pariwisata

BEBERAPA saat saya singgah untuk makan malam di Warung Mie Jowo Pak Muri di kawasan Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah pada bulan April 2022 dalam perjalanan dari Yogyakarta.

Ketika dia mulai menikmati mie jawa yang dimasak, seorang pengunjung dan istrinya tiba-tiba masuk dan menyapa.

Aku terkejut karena aku mengenali suara itu. Ia adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan istrinya Atikoh Supriyanti yang baru saja melakukan aktivitas bersepeda atau bersepeda di kompleks Borobudur.

Ganjar juga tampak kaget melihat saya di toko itu. Akhirnya kami bilang Mie Jowo Pak Muri salah satunya jujuga setiap kali Anda berhenti di Borobudur.

Setiap kali membicarakan warung dengan teman-teman dari Magelang usai pertemuan itu, tak sedikit dari mereka yang mengatakan Mie Jowo Pak Muri dikenal sebagai salah satu tempat kuliner yang sering dikunjungi Ganjar.

“Pak Ganjar suka makan di situ Kamu tahu…”.

“Klaim” frasa ini secara tidak langsung menguatkan nada “promosi” wisata kuliner. Mungkin Ganjar hanya beberapa kali datang ke tempat itu. Namun, kalimat “like to eat there” merupakan ungkapan yang mengisyaratkan bahwa stand tersebut memiliki sesuatu yang istimewa. Seorang Ganjar Pranowo bahkan menyempatkan diri untuk berkunjung.

Hal ini sama seperti yang dirasakan stan tongseng di Wedarijaksa, Pati yang semakin populer karena Ganjar pernah mengunjunginya bahkan mengunggahnya ke media sosialnya.

ketidakmampuan

Mampir ke sebuah warung di Borobudur di sela-sela acara bersepeda semacam itu merupakan ungkapan kelengahan seorang pemimpin, meski kedatangannya tidak seketika. pengaturan agenda ke-mendukung.

persetujuan seperti ganjar di sana pengaruh dalam memasarkan produk kreatif Jawa Tengah, baik melalui persinggahan di destinasi wisata maupun melalui lapak ganjar, merupakan bentuk lain dari “kehadiran” pemandu untuk menentukan pemasaran wisata.

Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Ganjar Pranowo adalah bagian dari cetakan “Daya Tarik Wisata Jawa Tengah”. Di mana pun dia berhenti, daya tariknya tampak memikat penonton.

Tidak sekali dua kali saya melihat kehadiran Ganjar menyedot perhatian publik, baik dalam bentuk pertemuan massal maupun kecil.

Misalnya Indonesia Expo 2018 di Jeddah, Arab Saudi atau Indonesia Expo 2019 di Moskow, Rusia. Bahkan, dirinya selalu menjadi pusat perhatian di Pekan Olahraga Nasional (PON) 2021 di Papua dan dipastikan ‘dikelilingi’ penonton. selfie atau hanya untuk mengobrol.

Bahkan dalam momen-momen “mini”, seperti pelepasan kontingen Pekan Olahraga Jurnalis Nasional Jawa Tengah (Porwanas) 2022 yang digelar di gedung pers, Jumat (18/11/2022), cukup banyak orang yang “merawat” pria berambut putih itu. sebagai tur “objek”. selfie dia melayani banyak orang dengan sabar.

agen Perjalanan

Apakah berlebihan bagi penulis untuk mengidentifikasi sebuah ganjar pranovo sebagai “obyek wisata”?

Mungkin kesimpulan ini terasa bereaksi berlebihantapi itulah “brand” yang menangkap pengarang tentang kehadiran Ganjar, yang selalu mampu menyita perhatian orang.

Misalnya, ia telah berbuat banyak untuk memajukan pengembangan Borobudur sebagai “alam semesta” yang berwibawa. Ini juga merupakan keseluruhan kunjungan Ganjar ke daerah tersebut. Kehadiran, pemaparan dan publikasi tentang destinasi wisata yang tidak hanya terfokus pada Candi Borobudur menunjukkan kebulatan semangat dan sikap pembangunan.

Unggahan media sosial dan media massa telah mendekatkan Ganjar dengan peran vital pariwisata. Bukankah ini ungkapan komitmen pemimpin sebagai “pemasar” daerah, serta kehadiran yang menjadi tanda atau simbol tempat? Tidak arus utama yang akan menarik perhatian publik?

Memang, kesadaran memposisikan diri sebagai bagian dari “obyek wisata” semacam itu berisiko disoroti sebagai kegiatan pemetaan langkah politik. Tapi kita juga bisa melihat sisi lain secara objektif.

Namun, dari perspektif narasi positif, pilihan langkah ini merupakan keniscayaan yang dapat membuka kemungkinan pengembangan aset pariwisata daerah secara luas.

Sikap santai dan keberanian untuk tampil “berbeda” sangat dibutuhkan. Karena yang ingin dimajukan adalah upaya menentukan suatu kondisi.

Saya merekam mimpi beberapa rekan yang menginginkan White Hair memperhatikan aktivitas dan upaya mereka untuk memperkenalkan ‘objek’. Bukankah itu berarti Ganjar Pranovo adalah perwakilan dari tujuan wisata?

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button