Pemesanan muka pariwisata | BALIPOST.com - WisataHits
Jawa Timur

Pemesanan muka pariwisata | BALIPOST.com

Pemesanan muka pariwisata |  BALIPOST.com

Dewa Gde Satrya. (BP/Khusus)

Oleh Dewa Gde Satrya

Kunjungan kerja Presiden Jokowi ke daerah selalu dibarengi dengan pengawasan pusat perbelanjaan dan pasar tradisional. Diakui Presiden, tujuan kunjungan ke pusat perbelanjaan adalah untuk memantau kondisi pasar dan memastikan pertumbuhan ekonomi, yang dapat dilihat sebagai salah satu kegiatan di pusat perbelanjaan.

Aksi Presiden untuk pergi ke mal bukanlah hal baru. Presiden SBY, ketika memimpin negara ini, juga menggunakan waktunya untuk pergi ke mal dalam rangka kunjungan kerja.

Pesan dari Teladan Presiden terlampir, di pusat perbelanjaan tidak hanya bisa berbelanja, tapi juga jalan-jalan. Selain untuk mendukung wisata belanja dan kampanye travel/belanja di dalam negeri, empati terhadap kegiatan rekreasi ini juga terbangun.

Ada beberapa makna yang menyertai para pemimpin bangsa mengunjungi mal dan pasar tradisional. Dulu sering disebut “Ayo Bepergian Dalam Negeri”, termasuk wisata belanja domestik. Menjadi semacam seruan nasional.

Namun saat ini, entah karena himbauan tersebut disebut-sebut menggelitik minat warga atau karena alasan lain, kampanye berwisata dan berbelanja di Tanah Air tak pernah terdengar lagi. Suatu nilai bahwa kegiatan pelayanan, perdagangan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan interaksi dengan orang lain dilakukan untuk menciptakan dan meningkatkan nilai tambah dalam kehidupan orang lain.

Kesadaran akan nilai-nilai tersebut membutuhkan disrupsi yang terus menerus dan dilaksanakan bersama sebagai perayaan hidup dalam industri food service dan hospitality.
toko rekreasi. Keramahtamahan yang melekat pada mal,
tentang pembentukan karakter sebagai bangsa yang diarahkan untuk memberikan semua yang terbaik bagi sesama.

Kebiasaan memberikan yang terbaik kepada orang lain dalam setiap aspek kehidupan dilatih melalui media
pelayanan kepada masyarakat. Pertimbangan penting lainnya dalam menelusuri aktivitas santai Presiden Jokowi di mal adalah perlunya koordinasi, integrasi, sinergi, dan sinkronisasi antar pemangku kepentingan mal untuk memperkuat destinasi wisata belanja di setiap daerah bahkan lintas negara.

Dalam konteks ini, kita harus belajar dari pengalaman yang menunjukkan kekuatan dan titik koordinasi yang baik,
Integrasi, sinergi dan sinkronisasi antar pelaku bisnis pusat perbelanjaan dalam penyelenggaraan event wisata belanja. Kita tahu banyak destinasi wisata perkotaan yang mengandalkan wisata belanja untuk membangun brand.

Hong Kong, misalnya, memiliki Festival Belanja Hong Kong yang spektakuler. Singapura dengan “The
Penjualan Besar Singapura”. Di Jakarta ada Jakarta Great Sale Event, di Surabaya ada Surabaya Shopping Festival. Hal ini menunjukkan adanya kolaborasi antar pemangku kepentingan industri pariwisata yang dapat membawa manfaat bagi semua pihak.

Pemda mendapatkan pendapatan asli daerah, penyewa mal yang berpartisipasi mendapatkan penjualan lebih banyak, citra daerah meningkat, masyarakat dapat berbelanja dengan harga bersaing dan berkualitas, mendapatkan diskon dan hadiah. Semua senang.

Jakarta Great Sale yang dulu dikenal dengan Jakarta Discount Party diadakan selama sebulan untuk merayakan hari jadi kota Jakarta, biasanya pada bulan Juni hingga Juli.
Dengan target transaksi triliunan rupiah, acara belanja ini biasanya diikuti oleh 16 asosiasi.

Pemerintah Indonesia memang telah melihat tanda-tanda potensi sektor pariwisata sebagai penyelamat perolehan devisa negara, terutama untuk menghadapi ancaman resesi global. Beberapa parameter krisis global yang berdampak pada anjloknya ekspor, anjloknya daya beli masyarakat (umumnya) dan ancaman PHK bagi jutaan tenaga kerja, membuat kami bertekad untuk mendorong pariwisata domestik, terutama dengan menggalang potensi wisatawan lokal.

Seruan Presiden SBY dalam websitenya saat memimpin negeri ini masih relevan: “Kalau berencana liburan, silakan liburan bersama keluarga. Makan di warung atau restoran pada hari libur adalah hasil produksi petani dan nelayan kita.”

Di Surabaya misalnya, pengunjung tidak hanya bisa berbelanja di berbagai macam mal yang tersebar di Surabaya Tengah, Barat, Selatan, Timur, dan Utara. Tetapi program city tour juga memberi mereka lebih banyak manfaat. Misalnya, Belanda dan pasar wisata lainnya di daratan Eropa tidak hanya bisa membeli produk khas Surabaya dan daerah lain di Indonesia, tetapi juga mengunjungi bangunan-bangunan dari zaman kolonial. Di sana mereka bisa menjelajahi peninggalan Belanda mulai dari Jembatan Petekan, Pintu Air Jagir, Rumah Tinggal, Hotel, Rumah Sakit hingga Penjara Kalisosok dan Makam Peneleh. Kedua, mengemas wisata belanja dengan wisata kuliner.

Penulis, Dosen Perhotelan, Sekolah Pariwisata, Universitas Ciputra Surabaya

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button