Pemdes Paniis memanas! Seharusnya Perumda Aneka Usaha Kuningan (PDAU) tidak kooperatif - WisataHits
Jawa Barat

Pemdes Paniis memanas! Seharusnya Perumda Aneka Usaha Kuningan (PDAU) tidak kooperatif

dialektika — Belakangan ini terjadi perseteruan antara Pemerintah Desa Paniis, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat dengan Perumda Aneka Usaha milik Pemerintah Kabupaten.

Hal itu diyakini sebagai dakwaan oleh pemerintah desa Paniis terhadap Perumda Aneka Usaha, yang sebelumnya dikenal sebagai PDAU Kuningan, yang dianggap kurang kooperatif.

Pada Kamis, 27 Oktober 2022, aparat desa Paniis terlihat berkumpul di kantor Pemdes setempat yang dipimpin oleh Kepala Desa Raski Baskara, yang juga dihadiri oleh Kepala BPD Nana Sumiarna.

Mereka semua sangat serius membahas topik Perumda Aneka Usaha Kuningan. Kepala Desa Paniis itu terpantau menyelidiki pendapat aparatnya atas tindakan Perumda Aneka Usaha Kabupaten Kuningan yang dinilai kurang kooperatif.

Ditanya soal itu, Kepala Desa Paniis mengatakan, pemerintah desa sudah lama menjalin hubungan dengan Perumda Aneka Usaha Kuningan yang disebut PDAU.

Ia mengatakan hal itu terkait dengan kemitraan dalam melestarikan objek wisata alam Cipaniis yang berada di kawasan desa Paniis.

Seperti diketahui, objek wisata Cipaniis milik Pusat Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC). Namun, pengelolaannya ada di Perumda Aneka Usaha Kuningan.

“Kami dulu menerima Pemdes Paniis pendapatan dari bagi hasil objek wisata Cipaniis. Namun, pada Maret 2021, PDAU menyatakan tidak bisa lagi mengirimkan bagi hasil kepada kami,” kata Raski.

“Tentu kami kecewa, pasalnya tentang kebersihan dan sebagainya, masyarakat desa terkena dampaknya. Makanya kami terus menuntut bagi hasil. Karena untuk menjaga kebersihan di sekitar objek wisata, kami membutuhkan anggaran untuk operasional atau staf,” imbuhnya.

Adapun buah dari kekesalan aparat pemerintah desa Paniis, sejauh ini pihaknya telah berupaya berkoordinasi dengan Perumda Aneka Usaha Kuningan.

“Minggu lalu kami perangkat desa mengunjungi kantor PDAU tetapi janji pertemuan jam 10 pagi dengan direktur WIB mengatakan dia punya agenda. Kami memahami bahwa karena dia orang penting, dia bersedia menunggu karena stafnya mengatakan mungkin butuh satu atau dua jam untuk menyelesaikannya,” katanya.

“Tapi masih belum datang sampai jam satu siang, kami lelah menunggu tanpa kabar. Setidaknya beri tahu kami apa yang terjadi, maka kami tidak dapat membuat janji baru, ”gerutu Raski.

Bahkan Kepala Desa Paniis mengatakan, pihaknya melalui BUMDes sudah siap jika harus menjadi pengelola objek wisata Cipaniis dengan menyatakan kesediaannya kepada Bupati Kuningan sebagai KPM Perumda Aneka Usaha yang mampu menyetorkan keuntungan dari dana tersebut. pengelolaan objek wisata Cipaniis sebesar Rp 200 juta per tahun.

“Sekarang silahkan cek ke PDAU berapa keuntungan yang disetor setiap tahun untuk masuk Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kalau kita tawarkan 200 juta rupiah, tergantung bentuk kerjasamanya. Apakah kami pihak ketiga dari Perumda Aneka Usaha atau ditunjuk langsung oleh Pemkab Kuningan? Dan kami juga bersedia membangun atau mengembangkan infrastruktur objek wisata alam Cipaniis sedemikian rupa sehingga tidak kumuh, tidak ada perubahan yang membosankan, sehingga pengunjung terkesan dan nantinya lebih banyak pengunjung yang datang,” kata Raski.

Meski begitu, Ketua BPD Paniis Nana Sumiarna mengatakan Perumda Aneka Usaha Kuningan sejauh ini hanya bisa mensosialisasikan program tersebut, “akan bangun ini, lakukan itu. Namun kenyataannya masalah kebersihan belum terurus dengan baik di kawasan objek wisata Cipaniis.”

“Yang paling mengkhawatirkan, kami menduga tiket yang selama ini menjadi sumber pendapatan objek wisata Cipaniis akan dihapus secara bertahap. Contoh kasus adalah pengunjung yang meminta pembayaran tetapi tidak menerima tiket. Jadi kemana uang itu pergi? Kasus ini sering kita jumpai karena pemerintah desa telah diinstruksikan oleh bupati untuk menjaga sikap kondusif di sekitar objek wisata. Tapi jika kita hanya melakukannya, bagaimana dengan itu, kan? Pemerintah desa juga harus mengeluarkan tenaga, waktu dan pikiran,” gumam Nana.

Inti permasalahan antara pemerintah desa Paniis dengan Perumda Aneka Usaha Kuningan adalah masyarakat di sekitar objek wisata Cipaniis yang dikelola PDAU ingin mendapat perhatian, baik dalam bentuk bagi hasil natura maupun partisipasi dalam peningkatan kapasitas masyarakat. Sumber Daya Manusia (SDM) warga Cipaniis, misalnya melalui dana Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) berkelanjutan.

“Selanjutnya BUMDes Paniis bersyukur terlibat dalam pengelolaan objek wisata Cipaniis,” kata seluruh perangkat desa serempak.

“Untuk itu kami ingin mengajak PDAU Kuningan untuk duduk bersama dan berdiskusi mencari keluarga solusi menang-menang. Kalau masih belum kooperatif, kami ingin mendesak DPRD untuk mendengar aspirasi masyarakat Desa Paniis, membuka ruang audiensi, membawa kami dari pemerintah desa Paniis ke Perumda Aneka Usaha Kuningan,” ujarnya. ** *

Lihat artikel terkait: Perumda Aneka Usaha (PDAU) Kuningan Jadikan BUMDes dan Mitra Usaha Koperasi, Berita Bupati Seperti Ini

Baca juga berita menarik dialektika.id dengan satu klik Berita Google.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button