Pemberantasan DBD Harus Pakai Teknologi, Komisi IX DPR-RI Bertemu dengan Dinas Kesehatan Provinsi Bali - WisataHits
Yogyakarta

Pemberantasan DBD Harus Pakai Teknologi, Komisi IX DPR-RI Bertemu dengan Dinas Kesehatan Provinsi Bali

Ketut Kariyasa Adnyana (tengah), anggota Komisi IX DPRRI, bertemu dengan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Dr. Nyoman Gde Anom

DENPASAR – Bali belajar dari pandemi, kesehatan penting untuk menjaga keberlangsungan ekonomi pariwisata Bali. Sebagai provinsi yang mengandalkan pariwisata sebagai mesin ekonomi, Bali sangat prihatin dengan penyakit demam berdarah (DB) yang disebabkan oleh virus dengue dan dapat dikendalikan, masih mewabah di Bali. Hal ini sedikit banyak akan merusak citra Bali di mata wisatawan mancanegara.

Demikian disampaikan Ketut Kariyasa Adnyana, anggota Komisi IX DPRRI, usai rapat dengan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Dr. Nyoman Gde Anom di Denpasar, Senin (22/8/2022).

Menurut Kariyasa Adnyana, demam berdarah merupakan masalah kesehatan di Bali yang kasusnya masih tinggi di Bali, sehingga diperlukan pendekatan yang berbeda. Kariyasa Adnyana mengatakan kasus DBD terus menjadi masalah kesehatan setiap tahunnya. Selama pandemi Covid-19, wabah demam berdarah telah menjadi beban kesehatan ganda.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, klaster nasional kasus demam berdarah dengue (DBD) tahun 2021 di Indonesia mencapai 30.089 kasus dari Januari hingga Juli 2021, dengan jumlah kasus demam berdarah (DD) mencapai 30.480 kasus. Sebanyak 255 pasien dilaporkan meninggal dunia.

“Jumlah kabupaten/kota terdampak terus bertambah menjadi 387 di 32 provinsi,” katanya.

Dalam pertemuan itu, politisi PDIP asal Buleleng, Bali itu menyambut baik Strategi Nasional (Stranas) Penanggulangan Demam Berdarah Dunia (Stranas) Kementerian Kesehatan RI 2021-2025 sebagai dasar kebijakan pengendalian demam berdarah nasional. Strategi keenam adalah menggunakan teknologi dan inovasi untuk memerangi DBD.

“Saya yakin pengendalian DBD perlu kolaboratif dan melibatkan teknologi,” katanya.

Kariyasa menjelaskan, ketika hasil riset aplikasi Wolbachia Application for Dengue Elimination (AWED) yang dilakukan oleh World Mosquito Program (WMP) bekerjasama dengan UGM dan didukung oleh Tahija Foundation berhasil, Kariyasa sangat berharap Bali bisa menjadi bagian dari implementasi teknologi ini.

Menurut dia, hasil AWED efektif menurunkan 77,1 persen kasus DBD di Kota Yogyakarta dan mengurangi kebutuhan perawatan rumah sakit hingga 86,2 persen. Juga, WHO, sebagai otoritas kesehatan dunia, mencatat bahwa intervensi dengan Wolbachia ini telah terbukti bermanfaat bagi kesehatan masyarakat.

Sementara itu, perluasan aplikasi inovasi Wolbachia sedang dilakukan di Provinsi Bali. Kariyasa sendiri sudah mengomunikasikan rencana perluasan WMP ke Bali ke Menkes sejak awal.

“Saya mengapresiasi Kemenkes RI yang juga mendukung pemekaran ini dilakukan dalam 4 tahap dimulai dari tahap pertama di Kota Denpasar dan Kabupaten Buleleng. Saya juga mengapresiasi Pemprov Bali, Pemkot Denpasar dan Pemkab Buleleng yang mendukung penuh pemekaran ini, khususnya untuk Tahap 1,” ujarnya.

Kariyasa berharap upaya bersama ini dapat mewujudkan Bali bebas demam berdarah dengan pendekatan baru penanganan demam berdarah di Bali menggunakan Wolbachia bekerja sama dengan World Mosquito Program (WMP), memungkinkan Bali bangkit, lebih maju secara ekonomi dan masyarakat yang lebih sehat.

Seperti diketahui dari data, terdapat 5 kabupaten/kota dengan jumlah kasus terbanyak pada tahun 2020, dua di antaranya berada di Bali, yakni Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Badung. Data per 30 November 2020: Ada lima kabupaten/kota dengan kasus DBD nasional tertinggi, tiga di antaranya di Bali, yaitu Buleleng 3.313 orang, Badung 2.547 orang, dan Gianyar 1.717 orang. (arn/jon)

Seperti ini:

Seperti Memuat…

Source: wartabalionline.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button