Pemandangan proses pembuatan keris di Desa Wisata Aeng Tongtong Sumenep - WisataHits
Jawa Timur

Pemandangan proses pembuatan keris di Desa Wisata Aeng Tongtong Sumenep

Pemandangan proses pembuatan keris di Desa Wisata Aeng Tongtong Sumenep

Sumenep, NU Online Jawa Timur
Kabupaten Sumenep dijuluki “Kota Keris” karena telah diakui oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai daerah dengan pengrajin Keris terbanyak di dunia.

Julukan Kota Keris tentu tak lepas dari peresmian Desa Aeng Tong Tong, Kecamatan Saronggi, Sumenep sebagai Kampung Keris beberapa waktu lalu. Desa ini juga meraih penghargaan di ajang bergengsi tingkat nasional yaitu Anugerah Desa Wisata Indonesia 2022 yang dipersembahkan oleh Kementerian Pariwisata dan Industri Kreatif RI.

Desa ini diketahui memecahkan rekor Muri sebagai desa dengan empu keris terbanyak di dunia. Total juara di Aeng Tongtong sebanyak 446 orang. Rinciannya enam empu perempuan, 40 empu muda dan 400 empu dewasa.

Spanduk asli 1

Berkunjung ke sana, wisatawan akan melihat berbagai keris yang dipajang di tempat khusus. Pasalnya, Pemerintah Desa (Pemdes) setempat menyediakan galeri keris sebagai tempat karya para empu. Bahkan wisatawan bisa merasakan langsung proses pembuatan keris.

Yogi Alfaino, empu muda dari Dusun Duko Timur, Desa Aeng Tongtong menjelaskan, proses pembuatan keris Aeng Tongtong tergantung tingkat kesulitannya. Jika cukup rumit, proses pembuatannya bisa memakan waktu hingga 1 bulan. Keris juga dijual secara online, karena sebagian besar hasil karya perajin dipasarkan di facebook, instagram dan sejenisnya.

“Harga keris bervariasi mulai dari Keris Souvenir, Mid dan Ageman yang kami jual disini. Jenisnya juga beragam, antara lain keris Madura, Surakarta, Palembang, Bugis, Malaysia, dan Pattani,” ujarnya saat dikonfirmasi. NU Online Jawa Timur, Minggu (01/01/2022).

Ia menyebut banyak tamu atau pelancong di Desa Aeng Tongtong. Minat mereka pun bermacam-macam, mulai dari sekedar melihat atau mengunjungi dan membeli hingga proses penelitian. Sejumlah pejabat pemerintah yang memesan keris tersebut diketahui adalah WS Kuntoro dari Badan Intelijen Negara (BIN), Pangdam Yudo TNI Angkatan Laut, Fadli Zon, Sandiaga Uno dan lainnya.

Spanduk asli 2

“Bahkan beberapa waktu lalu, keris Aeng Tongtong menjadi cinderamata resmi KTT G-20 di Bali,” ujarnya.

Sedangkan peneliti yang pernah berkunjung ke Aeng Tongtong antara lain: NM Hidayat dari Surabaya, Unggul Sudrajat dari Jawa Tengah, Hengki Jogo Purnomo dari Jakarta, Gus Poleng dan Yogi Adi Ningral dari Yogyakarta, serta peneliti dari luar negeri.

“Ini bukti kualitas keris Aeng Tongtong diakui dunia. Karena secara teori keris tidak hanya berfungsi sebagai senjata, tetapi juga memiliki nilai spiritual yang tinggi,” jelasnya.

Proses pembuatan keris
Seperti yang diceritakan Yogi Alfiano, di masa lalu bahan yang prestisius sangat menentukan mutu dan kebahagiaan sebuah keris. Meteorit yang jatuh ke bumi dicari. Karena bila ditempa menjadi keris, hasilnya menjadi istimewa, lebih awet dan lebih tahan karat, meski usianya sudah ratusan tahun.

Oleh karena itu pembuatan keris tidak sembarangan. Ada ritual keselamatan dan doa yang dilakukan sebelumnya untuk memastikan semuanya berjalan lancar. Semua bahan untuk membuat keris, seperti besi, baja, pamor logam nikel, disediakan bersama sesajen selama proses ritual.

Menurutnya, pentingnya sesajen dalam ritual sembahyang adalah sebagai bentuk memohon keberkahan pembuatan keris kepada Tuhan. Tumpeng dalam ritual melambangkan gunung milik Tuhan yang di bawahnya terdapat berbagai hasil panen.

“Dulu pembuatan keris sangat rahasia dan tidak semua orang bisa melihatnya. Kali ini beda dengan yang dulu, wisatawan bisa melihatnya langsung di desa ini,” ujarnya.

Setelah selesai ritual, lanjutnya, bahan keris dibawa ke pandai besi untuk ditempa. Proses penempaan material melalui proses yang cukup panjang dan rumit. Besi yang semula ada kotorannya ditempa dengan lipat agar besi menjadi bagus dan kotorannya hilang.

“Cara mensucikan besi dari kotoran adalah dengan memanaskannya, melipatnya dan menempanya berulang-ulang hingga diperoleh besi tempa yang benar-benar murni, maka anda menjadi manusia yang baik dan unggul,” jelasnya.

Selain itu, besi murni dipadukan dengan nikel pamor membuat bilah keris terlihat cantik dengan corak pamor mengkilat yang kontras dengan warna hitam besi. Setelah besi dan pamor tercampur rata, di tengahnya dimasukkan baja untuk tulangan. Kemudian ditempa kembali hingga campuran ketiga logam tersebut menjadi bahan baku yang disebut Kodokan. Kodokan tersebut ditempa pada bilah kanan dan kiri untuk membentuk ujung tajam keris.

“Lama kelamaan bentuk bilah keris akan semakin terlihat. Kemudian disesuaikan dengan keinginan pemesan. Apakah keris itu lurus atau memiliki lekukan atau lekukan. Kalau sudah melengkung, dipanasi ulang dan ditempa sebagian. Selanjutnya, bilah keris yang kasar dipasangi kikir yang dihaluskan,” jelasnya.

Langkah selanjutnya adalah memasang tempat Keris yang disebut Gonjo. Hiasan pada bilah ditambahkan kemudian. Pada bagian ini, kecermatan dan keterampilan pengrajin akan diuji kembali, karena pengerjaan sedikit pun pada bilah keris akan terlihat ganjil 90 persen.

“Kalau dianggap bagus dalam membentuk bilah keris, tinggal dibersihkan dan diperindah tampilannya,” ujarnya.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button