Pekerjaan rumah membuat siswa lebih stres, benarkah? - WisataHits
Jawa Timur

Pekerjaan rumah membuat siswa lebih stres, benarkah?

JAKARTA – Belum lama ini, Pemerintah Kota Surabaya mengeluarkan kebijakan untuk meniadakan tugas atau pekerjaan rumah (PR) bagi siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Hal ini dikarenakan siswa memiliki lebih banyak ruang dan waktu untuk mengeksplorasi kreativitas dan bakatnya.

Bahkan, kebijakan seperti ini juga sudah diterapkan oleh beberapa negara maju di dunia. Banyak ahli kesehatan percaya bahwa pekerjaan rumah sangat mungkin mempengaruhi kesehatan mental anak.

Padahal, pekerjaan rumah bertujuan untuk memaksimalkan proses belajar dan mengembangkan pemahaman anak terhadap hal-hal yang dipelajarinya di sekolah. Namun, pekerjaan rumah yang diberikan dalam jumlah banyak dan setiap hari sangat mungkin menimbulkan tekanan dan stres pada anak.

Dalam jurnal bertajuk “Academic Stress and Working Memory in Elementary School Students”, stres berlebihan akibat kegiatan akademik dapat mengganggu tumbuh kembang dan daya ingat anak usia sekolah dasar. Stres sekolah juga bisa membuat anak mudah cemas.

Studi lain yang dilakukan oleh Universitas Stanford di Amerika Serikat menemukan bahwa siswa berprestasi yang mengerjakan terlalu banyak pekerjaan rumah cenderung menderita stres, merasa terasing dari kehidupan sosial, dan melaporkan peningkatan kesehatan fisik.

Namun, meski berbagai penelitian menemukan hal yang sama, tidak semua negara dan sekolah menerapkan kebijakan bebas pekerjaan rumah. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memperhatikan kondisi mental anaknya saat menghadapi tugas sekolah.

Kutipan oleh klik dokterberikut beberapa tips menghindari stres pada anak akibat tugas sekolah.

Kenali gejala stres

Mengenali gejala stres bisa menjadi langkah penting untuk mencegah anak menjadi depresi atau bahkan depresi. Gejala stres yang dapat ditemukan, seperti B. tangisan anak, tantrum, lamunan, lekas marah, lelah, cemas, murung dan ketidaknyamanan fisik.
Jika anak menunjukkan gejala-gejala tersebut, ajaklah mereka untuk berbicara tentang tekanan yang mereka hadapi.

mengajarkan manajemen waktu

Bantu anak-anak membuat jadwal dan berlatih memprioritaskan aktivitas di rumah. Dengan manajemen waktu yang terlatih, si kecil dapat beristirahat, bermain, dan belajar dengan seimbang di rumah.

Secara aktif meminta dan mengontrol tugas sekolah

Orang tua harus aktif, tenang, namun tidak mengintimidasi ketika menanyakan pekerjaan rumah yang diberikan kepada anaknya. Tanyakan tentang pekerjaan rumah yang menyulitkan dan tawarkan bantuan agar anak dapat menyelesaikan tugas sekolah sesuai kemampuannya.

Kurangi jumlah aktivitas anak

Untuk memberi anak waktu istirahat dan menekuni hobi, pertimbangkan untuk mengurangi jumlah kegiatan sekolah dan ekstrakurikuler yang dilakukan anak di luar sekolah. Termasuk les atau kursus.

Tetapkan batas waktu layar

Anak-anak membutuhkan waktu istirahat yang cukup untuk pertumbuhan fisik dan kognitif. Gadget dapat mengganggu tidur anak. Oleh karena itu, diperlukan kesepakatan tentang waktu penggunaan perangkat.

pergi berlibur

Stres yang dirasakan anak dapat dikurangi melalui kegiatan bersama orang tua. Ajak mereka berlibur ke tempat wisata seperti pantai atau tempat yang disukai anak-anak. Seperti orang dewasa, anak-anak membutuhkan penyembuhan melalui rangkaian tugas sekolah.

Ini adalah beberapa tips yang dapat dilakukan orang tua untuk menghindari efek negatif dari terlalu banyak tugas sekolah. Dukungan orang tua sangat penting untuk menstabilkan emosi dan reaksi anak terhadap tekanan. Jangan lupa untuk terus memberikan dukungan dan perhatian kepada anak.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button