OPINI: Strategi mengubah mindset pengunjung wisata Kemukus - WisataHits
Yogyakarta

OPINI: Strategi mengubah mindset pengunjung wisata Kemukus

Ketika kita mendengar Gunung Kumukus, kita membayangkan wisata mencari Pesugihan yang dibutuhkan untuk seks. Hal ini tidak salah, karena pada masa lalu mitos Gunung Kemukus sebenarnya adalah tempat untuk mencari Pesugihan, yang mengharuskan ritual seks dengan wanita yang bukan istrinya, dan tujuh kali pada setiap bulan purnama pada hari Jumat Kliwon atau Jumat Pon dilakukan. .

Mitos ini berawal dari sebuah legenda antara Pangeran Samudro dan Nyai Ontrowulan. Menurut cerita yang beredar di masyarakat, Pangeran Samudro dan ibunya pernah diusir dari istana oleh Prabu Wijara setelah terungkap mereka berselingkuh. Prabu Wijaya, sebagai raja, memerintahkan mereka untuk diusir dari kerajaan. Mereka meninggalkan istana dan mengembara dan sampai di suatu tempat yang sekarang disebut Gunung Kemukus.

Di tempat ini, Pangeran Samudro dan Nyai Ontrowulan dilempari batu hingga tewas oleh warga setempat karena warga setempat memergoki keduanya sedang berhubungan badan. Dari kejadian ini, Pangeran Samudro menyampaikan pesan bahwa siapa saja yang bisa melakukan hubungan seksual tujuh kali di tempat ini saat bulan purnama, Jumat Kliwon dan Jumat Paing, akan dikabulkan semua keinginannya.

Dari legenda tersebut, kawasan Kemukus dikenal dengan sebutan “Gunung Kemukus” sebagai tempat ritual seks yang lama kelamaan menjadi tempat prostitusi.
Mitologi yang mendarah daging ini memberikan kesan bahwa wisata Gunung Kemukus adalah wisata seks, sehingga menyulitkan pemerintah daerah Sragen untuk mengubah kawasan Gunung Kemukus menjadi tempat yang sehat dan indah untuk dikunjungi wisatawan. Dikelilingi oleh Waduk Kedung Ombo, keindahan Gunung Kemukus merupakan aset yang perlu dikembangkan di era pariwisata ini.

Pengembangan kawasan wisata Gunung Kemukus telah dibangun kembali oleh Pemerintah Daerah Sragen dengan anggaran Rp 48 miliar dengan model tempat rekreasi keluarga yang mengeksplorasi keindahan alam. Dengan area taman yang luas dan dikelilingi pemandangan Wadu Kedung Ombo, sungguh merupakan keindahan yang luar biasa.

Namun, hal ini perlu didukung oleh strategi yang kuat dari pemerintah daerah Sragen Cara berpikir tentang mengubah Gunung Kemukus sebagai situs wisata seks menjadi hilang.

diperlukan strategi

Pertamauntuk membuat cerita yang mengangkat legenda baru Gunung Kemukus. Nilai-nilai yang terkait dengan legenda tentang Pangeran Samodro dan Nyai Onrowulan dalam cerita memiliki banyak makna negatif, seperti: B. seks bebas, arena prostitusi, tempat mencari pesugihan harus diubah.

Bagaimana mengubahnya, tentu cerita rakyat yang positif perlu dibangun kembali. Evaluasi positif terhadap cerita ini sangat penting karena cerita ini dibaca oleh generasi muda kita. Mengetahui nilai-nilai positif tersebut akan membuat tumbuh kembang kawasan pegunungan Mukukus di mata para pengunjung semakin lama akan positif.

Kedua, penguatan sumber daya manusia sebagai pelaku pariwisata. mengubah Cara berpikir Pemangku kepentingan pariwisata akan berdampak pada penerimaan wisatawan secara profesional. Hal ini menciptakan kenangan bagi pengunjung dan menimbulkan keinginan untuk berkunjung lagi.

Berbagai fasilitas yang tersedia, pemandangan yang indah dan pelayanan yang prima bagi pengunjung menjadi daya tarik tersendiri bagi berkembangnya kawasan pariwisata. Melibatkan masyarakat terdidik dan melayani masyarakat lokal akan memungkinkan pariwisata tumbuh dan berkembang.

Oleh karena itu, perlu adanya pelatihan dan pendidikan di bidang pariwisata yang akan mendukung tumbuh kembangnya kawasan wisata Gunung Kemukus.

ketiga, Penguatan peran UKM lokal. Penguatan peran UMKM mutlak diperlukan agar kawasan wisata Kemukus berkembang pesat, hasil dari para pengrajin UMKM tersebut dapat dimanfaatkan dalam bentuk atraksi hasil kerajinan dan sekaligus sebagai tempat pemasaran UMKM. Semakin banyak UMKM yang bisa memamerkan karyanya, semakin kaya daya tarik yang akan dilihat wisatawan.

Pendidikan industri kreatif diperlukan, mampu membuat pelaku usaha lebih kreatif dan mengetahui berbagai kerajinan yang disukai wisatawan, kemasan yang menarik dan pemasaran yang baik.

KeempatMemasarkan kawasan Gunung Kemukus melalui digitalisasi.

Tidak bisa dipungkiri bahwa generasi millennial saat ini sangat agresif dalam memberitakan berbagai berita dan mengumpulkan informasi. Oleh karena itu, sosialisasi pariwisata di kawasan Gunung Kemukus harus gencar disosialisasikan melalui internet, seperti: facebook, instagram, Tlebih jauh, dll. Dalam hal berita melalui digitalisasi, diharapkan informasi yang disampaikan cepat tersosialisasikan dengan baik. Agar pemasaran menjadi lebih efisien dan kreatif serta mampu menembus ke luar negeri, diperlukan pelatihan digitalisasi.

Dengan adanya pergeseran paradigma pemahaman pariwisata di Gunung Kemukus, diperlukan berbagai pelatihan dan pendidikan yang mampu memberikan keterampilan dan pengetahuan agar pembangunan fisik kawasan Gunung Kemukus tidak sia-sia.

Source: opini.harianjogja.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button