Open Climbing Competition, Ganjar Hadirkan Spot Populer Sport Tourism Di Jawa Tengah – Halo Semarang - WisataHits
Jawa Tengah

Open Climbing Competition, Ganjar Hadirkan Spot Populer Sport Tourism Di Jawa Tengah – Halo Semarang

HALO SEMARANG – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menginginkan kawasan tebing Watu Gribig, Desa Jojogan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo dikembangkan menjadi destinasi wisata olahraga khusus. Pasalnya, tebing di kawasan desa tertinggi pulau Jawa ini menawarkan keindahan alam Dieng yang unik sekaligus tantangan bagi para pendaki.

“Jalannya bagus banget, kalau kita lihat tebingnya bagus maka cukup menantang dan sepertinya ada beberapa spot yang sudah didaki agar tetap aman. Sehingga jika hari ini dijadikan momentum, semua pendaki bisa berbangga. Kepala desa, camat dan pemerintah daerah Wonosobo bisa mengelolanya, sehingga ini benar-benar bisa dijadikan destinasi wisata, terutama sebagai sport tourism,” kata Ganjar usai membuka Festival Panjat Tebing Indonesia di Tebing Watu Gribig, Jojogan, Kejajar, Wonosobo, Sabtu (9 Oktober 2011. 2022).

Setelah dikelola dengan baik dan menjadi tujuan wisata, banyak orang akan datang ke sana. Entah itu sekedar melihat orang memanjat atau berlatih panjat tebing.

“Jadi bahkan orang yang belum pernah memanjat batu pun bisa memanjat, merasakan sensasinya. Mungkin nanti para pendaki akan menemukan rute yang relatif lebih mudah (untuk pemula) juga,” ujarnya.

Selain itu, Indonesia Climbing Festival juga menjadi pemicu diadakannya event serupa lainnya di Tebing Watu Gribig. Tidak hanya memperebutkan rute pendakian dari bawah ke atas, tetapi juga melintasi atau melintasi permukaan batu secara horizontal.

“Hal yang menarik dari tebing adalah bahwa batu ini benar-benar panjat tebing. Yang menarik adalah kita mengikuti sesar-sesar batu sehingga orang ditantang untuk mengorientasikan diri terlebih dahulu, untuk mengatur strategi dan itu membuatnya lebih rumit, tetapi nuansanya akan sangat berbeda dengan yang buatan, sehingga ini bisa menjadi sangat menarik. destinasi wisata olahraga’ jelas Ganjar.

Ganjar sendiri seolah bernostalgia dengan masa lalu. Pemuda Ganjar semasa kuliah di Universitas Gajah Mada ini juga merupakan mahasiswa fakultas hukum pecinta alam. Menjelang akhir 1980-an, Ganjar mengaku sudah banyak berlatih panjat tebing. Tidak banyak panjat dinding saat itu, jadi Anda berlatih langsung di permukaan batu.

“Saya juga berlatih dulu. Tahun 1988 saya mengenyam pendidikan, kebetulan saya ketua Mapala di Fakultas Hukum dan kemudian kami memiliki pembimbing di SMA 8 Yogyakarta. Saya ingat salah satu anak bernama Andi, kemudian Andi menjadi pendaki dan sekarang menjadi pelatih di Bali,” ujarnya.

Ganjar juga sempat berlatih sebagai pelatih panjat saat melihat atraksi panjat dua anak asal desa Jojogan, Shahnaz Salisa Maizula Zahra dan Candhika Candra Dahlia (Caca). Ganjar sempat memeriksa apakah tali yang mengikat tubuh Shahnaz terlalu kencang dan menimbulkan rasa sakit. Dia juga sempat memberi arahan begitu kedua anak itu mulai memanjat tebing.

Sementara itu, Ketua Panitia Indonesia Climbing Festival (ICF) Wiwik Yuniasih mengatakan ICF memadukan petualangan, khususnya panjat tebing, dengan budaya. Perpaduan ini selalu menjadi dasar setiap event ICF, termasuk yang ada di Dieng.

“Kami berharap pendakian menjadi tujuan. Ini adalah impian kita semua, terutama untuk peningkatan perekonomian masyarakat. Tebing-tebing di Wonosobo eksotis dan unik karena tidak tinggi tetapi banyak. Ada juga gua di beberapa bagian tebing untuk eksplorasi di masa depan,” katanya.

Wiwik ingin festival panjat tebing di Wonosobo dan daerah lainnya masuk dalam kalender nasional bahkan internasional. Ia berharap event-event mendatang akan mengundang pendaki dari luar negeri.

“Kami menginginkannya, tetapi tujuan kami tidak hanya nasional, tetapi juga mampu menarik pendaki asing,” kata wanita yang juga pendiri Vertical Roop Indonesia dan penggagas Indonesia Climbing Festival ini.

Untuk ajang ICF sendiri, jelas Wiwik, menyasar para pendaki muda berusia antara 16 hingga 25 tahun. Panitia juga membuka kesempatan bagi siapa saja yang tertarik mendaki untuk mengikuti acara tersebut.

“Awalnya kita buka pendaftaran, sekarang kita buka, semua orang bisa ikut. Kami juga bekerja sama dengan Ganjar Pranowo karena tidak hanya dia anggota Mapala tetapi dia juga dekat dengan anak muda,” jelasnya. (HS)

Source: halosemarang.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button