Oleh-oleh apel malang di Negeri Timah - WisataHits
Yogyakarta

Oleh-oleh apel malang di Negeri Timah

KUOTA Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berhasil membawa pulang medali emas di bidang esports pada Pekan Olahraga Wartawan Nasional (Porwanas) 2022 yang diselenggarakan di Malang November lalu.

Meraih satu medali emas tentu menjadi rekor emas bagi PWI Babel, karena merupakan emas pertama yang dibawa pulang kontingen Babel selama mengikuti ajang empat tahun sekali ini.

Strategi, soliditas, dan pandangan jauh ke depan adalah kunci kesuksesan ini. Selain itu, souvenir medali emas ini juga menjadi penyemangat bagi kontingen pacak untuk berjalan tegak saat kembali ke Bangka Belitung. Apalagi ternyata persiapan yang dilakukan kurang bersih dan dukungan pemangku kepentingan Bangka Bangka Belitung kurang.

Selain euforia atas prestasi tersebut, tidak salah jika kami juga membagikan kenang-kenangan lain kunjungan Duta Olahraga dari para jurnalis yang tergabung dalam PWI. Suvenir itu adalah cerita tentang perjalanan apel malang.

Kita tahu bahwa sekitar dua sampai tiga dasawarsa lalu, Malang berada di luar episentrum pertumbuhan di Provinsi Jawa Timur, yaitu di wilayah Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo dan Lamongan yang dikenal dengan Gerbang Kertosusilo.

Malang berjarak sekitar 149 kilometer dari Surabaya, jantung pertumbuhan Jawa Timur. Dua-tiga dekade lalu, selain cuacanya yang sejuk, Malang hanya dikenal dengan apelnya.

Dan kebetulan, perpaduan geografi yang hampir berada di wilayah pegunungan yang dingin dengan apel identik menjadi modal awal Malang untuk membawa Malang Raya ke daerah seksi di luar episentrum pertumbuhan Jawa Timur di Gerbang Kertosusilo.

Apel, sebagai komoditas khas Malang, sangat dieksploitasi saat itu. Kita masih ingat dengan kebun apel di Malang yang menawarkan kesempatan kepada pengunjung untuk menikmati apel langsung dari kebunnya dan memetiknya sendiri.

Tak hanya itu, apel justru dimanfaatkan melalui produk turunannya. Malang menyadari potensi tersebut dan benar-benar mengungkapkan potensi apel ini ke produk turunannya. Kita masih ingat dan bahkan bertahan sampai sekarang, ada selai apel, keripik apel, apel fermentasi dan ratusan variasi olahan produk berbahan dasar apel.

Branding apel yang konsisten sebagai komoditas yang identik dengan apel berhasil dilakukan, sehingga peluang ekonomi semakin besar. Terakhir, saat Porwanas 2022 berlangsung di Malang Raya, Malang mengalami transformasi yang indah.

Kali ini Malang mengalami metamorfosis kedua setelah berhasil bertransformasi dengan buah apelnya. Meski masih identik dengan apel, di fase kedua metamorfosis yang sedang berlangsung, Malang tampaknya tak lagi risau ketika Malang mulai kehilangan kebun apelnya yang menjadi tempat wisata, kampung kreatif, dan juga kampus ternama. di negara.

Pada metamorfosis fase kedua ini, Malang tumbuh menjadi kota kreatif, kota seni, kota sejarah, dan kota pendidikan yang bahkan menyaingi Yogyakarta dan Bandung. Malang telah berhasil memanfaatkan apel sebagai pengungkit ekonomi tanpa bergantung secara material pada apel.

Oleh karena itu, rasanya apel apel malang ini layak untuk dijadikan oleh-oleh saat kita kembali ke Bangka Belitung yang juga memiliki komoditas khas yaitu timah. Nyatanya, kisah apel malang tidak bisa begitu saja plug and play, alias justru diterapkan pada timah di bangka belitung, namun setidaknya spirit dan substansi kisah apel malang bisa menginspirasi bangka belitung untuk melakukan perubahan yang sama. .

Lantas dari mana kita mulai menulis kisah Timah Bangka Belitung? Bangka Belitung mungkin suatu saat juga menjadi tuan rumah Porwanas, sehingga delegasi dari seluruh Indonesia juga membutuhkan oleh-oleh berupa tin tales untuk dibawa pulang ke tempat asalnya.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button