Ojo dibandingkan dengan | Berita Malang hari ini | Malang Posco Media - WisataHits
Jawa Timur

Ojo dibandingkan dengan | Berita Malang hari ini | Malang Posco Media

MALANG POSCO MEDIA –

Kenapa orang dibandingkan?

(mengimbau)
Bersaing, Anda harus kalah
Tidak apa-apa, saya tidak mampu membelinya
aku cukup kuat untuk mencintaimu

Saya harap Anda mengerti, di hati ini
Hanya kamu

………

Jangan tertipu dulu. Lagu ini memang sangat viral dan semakin viral setelah Farel Prayoga menyanyikannya untuk Presiden Jokowi dan jajaran menteri dalam rangka memperingati HUT ke-77 Kemerdekaan Indonesia.

Tidak ada hubungan langsung antara lagu dan artikel ini. Tapi kalau mau ditautkan, ya bisa, bahkan sangat mungkin. Karena konteks perbandingan bukan hanya soal pacar, kekasih, suami, atau apalah. Termasuk membandingkan masalah infrastruktur jalan licin dan licin serta jalan rusak seperti di “dunia lain”.

Penulisan intro yang saya pilih dengan chorus lagu yang berjudul Ojo Dibandingke oleh Abah Lala karena lagu itu yang mengiringi dan terus saya dengarkan ketika jalan-jalan ke tempat wisata, Pantai Tiga Varna di Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Malang Kabupaten, Minggu (21/8) lalu. .

Dengan Honda CBR 150 perjalanan saya memakan waktu sekitar 2 jam. Berangkat pukul 09.00 s/d 11.00 Rute yang saya pilih adalah Dinoyo – Kota Malang – Gadang – Bululawang, Turen – Sumbermanjing Wetan menuju TPI Sendangbiru. Namun karena anda berwisata di Pantai Tiga Warna maka anda harus melakukan reservasi terlebih dahulu, sehingga jalur masuknya harus melewati base camp Tiga Warna Clungup Mangrove Conservation (CMC).

Memasuki kawasan ini harus melalui dua pos. Pos I untuk mengecek reservasi atau pengunjung. Dan Pos II untuk menyelesaikan pengurusan pembayaran dan pembelian tiket, baik ke Pantai Gatra maupun Pantai Tiga Warna. Untuk Three Colors, Anda harus melakukan reservasi terlebih dahulu dengan tiket masuk Rp 10.000 per orang dan Rp 150.000 untuk wisata berpemandu.

Dari Pos 2 saya harus berjalan kaki sekitar 50 meter untuk mencapai Pantai Gatra. Di pantai ini saya dijemput oleh seorang guide (Mas Herman) yang bersedia mengantar saya ke Pantai Tiga Warna. Kami kemudian berjalan 1 km dan melintasi jalur hutan dan perkebunan pisang. Ada yang sudah beraspal dan ada juga yang masih tanah merah. Karena penasaran dengan pantai, semangat itu pun menyala, meski harus berjalan cukup jauh. Maklum hampir tidak pernah joging.

Saat tiba di Pantai Tiga Varna, hatinya senang. Jika dilihat secara vertikal dari pantai, ketiga warna pantai tersebut tidak terlalu terlihat. Namun jika pemandangannya agak tinggi, maka keindahan ketiga warna tersebut sangatlah indah. Ada yang berwarna hijau, biru dan krem ​​atau coklat kemerahan. Ada spot di karang yang bagus banget buat foto pantai ini.

Fasilitas snorkeling tersedia di sini dengan biaya Rp 25.000 per orang. Sayangnya, saat melihat terumbu karang yang sebenarnya sedang dipatroli oleh CMC, pemandangan itu dirusak oleh sampah yang konon dikirim entah dari mana. Ada kresek hitam, plastik putih, bekas ranjau, serta kemasan deterjen dan sampo bekas.

Keindahan dan kenyamanan suasana pantai akan membuat Anda betah. Hampir dua jam menikmati ombak yang tidak begitu besar sambil menyaksikan perahu-perahu nelayan menuju pantai Sendangbiru. Berjemur sambil berbaring di bawah terik matahari setelah lelah snorkeling. Suasana lebih nyaman dengan angin yang membuat tubuh hangat namun dingin.

Setelah puas, masih dengan pakaian basah, kami berganti pakaian dan kembali ke Pantai Gatra. kenapa kamu tidak mengganti pakaianmu? Karena di Pantai Gatra kami ingin melanjutkan keseruan bermain kano. Jika Anda pergi ke Pantai Gatra, Anda tidak perlu reservasi terlebih dahulu. Satu kano seharga Rp 25.000 per orang, kano panjang Rp 50.000 per orang. Di pantai yang bisa melihat Pantai Teluk Asmara dari jauh, pengunjung bisa bermain kano sepuasnya.

Pukul 15.30 tepat, kami selesai berkano dan bersih-bersih. Setelah bersih-bersih kami kembali ke Pos 2 dan berhenti di pos pemeriksaan untuk barang-barang yang telah kami bawa. Semua barang bawaan, terutama makanan dan minuman yang dibawa, diserahkan kepada pengunjung di sini. Jumlahnya harus tetap sama. Karena pengelola CMC menerapkan aturan yang ketat, pengunjung tidak diperbolehkan membuang dan meninggalkan sampah di area pantai dan tempat wisata.

Nah, ketika saya pulang untuk kembali ke Malang, inilah inti dari artikel ini. Berharap bisa cepat, saya mengambil jalan ke kiri melintasi Lintasan Selatan. Puluhan pantai yang sangat indah terbentang di sepanjang jalur ini. Dan itu merupakan potensi pendapatan daerah yang sangat besar dari sektor pariwisata. JLS sangat mulus menuju Pantai Kondang Merak.

Tapi karena mau balik ke Malang, saya belok kanan ke arah Bantur – Gondanglegi. Awalnya jalan licin, namun saat memasuki desa Srigonco jalan raya hancur. Di depan saya ada sebuah mobil dengan plat nomor L, W, AG, N dan sebuah truk dengan tebu. Semua orang berjuang untuk menaklukkan medan jalanan yang rusak berat dan tidak dapat dipilih.

Semua orang tersiksa dengan kondisi jalan, mulai dari Srigonco, Bantur dan Wonokerto hingga Jembatan Wonokerto. Mungkin anda yang pernah melewati jalan ini heran, kok kerusakannya begitu parah sampai tidak diperbaiki? Sejak kapan jalan ini rusak? Dan sampai kapan akan rusak seperti ini? Padahal informasinya banyak truk yang mengalami kecelakaan akibat jalan raya di mana pengemudi dan pengendara sepeda motor serta mobil dan truk tersebut mengalami siksaan fisik.

Apalagi saat saya menyeberang jalan ini, hari sudah senja. Benar-benar seperti melintasi “dunia yang berbeda”. Saya sendiri yang memulai karir sebagai reporter Malang Post (sekarang Malang Posco Media) pada tahun 2000, sering berkendara ke selatan Malang hingga saya tidak mengenali daerah ini lagi. Benar-benar aneh. Di atas motor, saya terus menggerutu karena lelah mengendarai motor sambil berkonsentrasi menghindari lubang.

“Kenapa jalan rusak parah di era digital ini? Kalau Jokowi tahu, bagaimana reaksinya?” gerutu saya. Takut jalan rusak kemudian nyambung ke lagu di atas. Saya dan (mungkin Anda juga) membandingkan jalan yang melintasi Sumbermanjing dengan Pantai Tiga Varna, meski berliku tapi mulus. JLS menjadi halus kembali.

Nah, jalan di wilayah Kabupaten Malang menuju wisata pantai yang seharusnya juga mulus, kenapa rusak parah? Selain itu, kerusakan ini dilaporkan karena pembangunan JLS Phase 2 yang selesai pada tahun 2021.

Saya menemukan jawaban atas ketakutan saya ketika saya sampai di kantor. Bukannya Pemkab Malang tidak mau memperbaiki jalan, tapi semua sedang berjalan. Pemerintah Kabupaten Malang berencana membangun jalan wisata pantai di Malang Selatan dengan sangat serius.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten Malang Ir Romdhoni membenarkan bahwa pembangunan jalur Gondanglegi – Balekambang dijadwalkan akan dimulai pada 2023. Seluruh anggaran berasal dari APBN. “Pemerintah pusat telah menyetujui koridor tengah, yakni jalur Gondanglegi-Balekambang, menjadi Jalan Strategis Nasional. Harapan pemerintah untuk mewujudkan keadilan dan perbaikan ekonomi di wilayah Malang Selatan dapat segera terwujud,” katanya kepada Malang Posco Media (4.12.2022).

“DED teknis jalur Gondanglegi-Balekambang sudah disetujui. Saat ini dalam tahap pembebasan lahan. Jika semuanya berjalan lancar, konstruksi akan dimulai pada 2023,” katanya.

Pembebasan lahan untuk pelebaran jalan nasional standar. Lebarnya sekitar 12 meter. Jalur Gondanglegi-Balekambang dibangun sepanjang 33 kilometer. Pemerintah pusat juga siap melanjutkan pembangunan JLS setelah Kabupaten Blitar.

Sebelumnya, Bupati Malang Sanusi juga menyebutkan bahwa pembangunan infrastruktur jalan, khususnya jalur Gondanglegi-Balekambang, untuk pemerataan ekonomi di wilayah Malang Selatan. Oleh karena itu, pemerintah telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 2,7 miliar untuk Kabupaten Malang yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

“Rencana pembangunan jalan ke arah Balekambang (pantai) akan dilakukan di Gondanglegi dalam waktu dekat. Sekitar Rp 2,7 miliar dari APBD dan Kementerian PUPR, sekitar Rp 600 miliar untuk pembangunan (jalan),” kata Bupati Gondanglegi kepada Malang Posco Media (6/4/2022).

Jadi, bagi Anda yang mengeluh dan memprotes dengan lantang tentang kerusakan jalan di bentangan ini, tenang dan bersabarlah. Dan bagi pengunjung yang ingin berwisata ke Balekambang dan pantai sekitarnya sebaiknya mengambil jalur Sumbermanjing Wetan dan naik JLS (PP). Keberangkatan dan perjalanan pulang tetap aman dan nyaman. Tidak menyiksa jalan.

Dengan semua yang masih berjalan, jangan bandingkan kelancaran JLS dengan kondisi jalan yang rusak dari Bantur ke Gondanglegi. Karena pada akhirnya semuanya akan lebar dan mulus. Sabar!

Source: malangposcomedia.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button