Obyek Wisata di Lembang Menjamur, Kadisparbud KBB Ungkap Faktornya - WisataHits
Jawa Barat

Obyek Wisata di Lembang Menjamur, Kadisparbud KBB Ungkap Faktornya

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud), KBB, Heri Partomo menilai ada beberapa faktor yang menyebabkan menjamurnya objek wisata baru di kawasan Lembang Kabupaten Bandung Barat (KBB), khususnya di daerah-daerah terkait Peru. .

INI ADALAH KORAN, Ngamprah – Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud), KBB, Heri Partomo menilai, ada beberapa faktor yang mendorong tersebarnya tempat wisata baru di kawasan Lembang Kabupaten Bandung Barat (KBB), khususnya di daerah. milik Perhutani. Menurutnya, hal ini karena kawasan Bandung Utara memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk menghabiskan waktu luangnya.

“Banyak pemilik modal membuka kantor bisnis baru di kawasan Parongpong, Cisarua dan Lembang,” katanya kepada wartawan.

Ia mengatakan, udara yang sejuk dan pemandangan yang indah menjadi pertimbangan banyak wisata baru yang bermunculan. “Daerah Lembang dikenal sebagai surga wisata. Dari total sekitar 200 obyek wisata di KBB, hampir 70 persen berada di kawasan Lembang,” ujarnya. Sebelum pandemi COVID-19, jelasnya, rata-rata 1-2 tempat wisata baru muncul di kawasan Bandung Utara. “Namun karena ekonomi belum sepenuhnya pulih, investasi di tempat wisata sedikit menurun,” katanya. Ia menilai banyaknya objek wisata yang baru dibuat juga tidak membuat pihaknya mengetahui secara pasti, khususnya di kawasan Perhutani.

Sebab, lanjutnya, pendiriannya tidak melibatkan pemerintah daerah. Berapa banyak yang muncul di sepanjang Cikole, Lembang.

“Terkadang pemerintah daerah tidak menyadari adanya objek wisata di lahan Perhutani. Tiba-tiba baru berdiri karena membangun objek wisata di lahan Perhutani tidak mempengaruhi kawasan,” jelasnya. Ia mengaku pihaknya mendapat keluhan dari para pengusaha di sekitar Cikole karena sejak saat itu kawasan hutan pinus di sekitar Gunung Tangkuban Parahu tepat di kedua sisi jalan dijadikan objek wisata. Banjir sering terjadi saat hujan deras. “Air yang jatuh di puncak mengalir ke bawah dan bercampur dengan tanah saat hujan deras. Berbeda jika kawasan hutan pinus belum dijadikan objek wisata,” ujarnya. Ketika ditanya tentang PAD dari sektor pariwisata, dia mengatakan pendapatan sektor pariwisata, seperti pajak hotel dan restoran serta retribusi wisata, termasuk yang terbesar di KBB. “Kontribusinya sekitar 30 persen dari total PAD KBB, atau sekitar Rp 100 miliar lebih per tahun,” ujarnya.*** (Agus satia Negara).***

Source: www.inilahkoran.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button