Nikmatnya Lopis Mbah Satinem, Pembeli Siap Antri Panjang - Solopos.com - WisataHits
Yogyakarta

Nikmatnya Lopis Mbah Satinem, Pembeli Siap Antri Panjang – Solopos.com

SOLOPOS.COM – Mbah Satinem memesan Lopis untuk kliennya, Selasa (26/722). – Harian Jogja/Tri Indah Lestari/M134

Solopos.com, JOGJA — Kota Jogja tidak hanya dikenal sebagai kota wisata dan budaya, tetapi juga kulinernya. Banyak kuliner khas yang dijual di Jogja, termasuk Mbah Satinems Lopis.

Jajanan yang satu ini tergolong kuliner legendaris di Jogja. Itu telah dijual selama beberapa dekade.

Promosi Gabung JKN, BPJS Kesehatan Boyolali: Banyak Keuntungan Bagi Perusahaan Taat

Satinem atau Mbah Satinem menjual jajanan Lopis di depan seorang ahli kacamata sebelah barat Tugu Pal Putih Jogja atau di depan Pasar Kranggan Jogja.

Nenek berusia 76 tahun itu dibantu oleh putrinya Mukinem dalam menjual jajanan ini. Mbah Satinem buka di pagi hari. Meski baru dibuka, namun banyak orang yang mengantri untuk menikmati jajanan ini.

Antrean banyak orang sehingga pembeli diberi nomor antrian. Setelah menyiapkan barang, Mbah Satinem mulai meracik lopis yang dibungkus daun pisang untuk pelanggan pertamanya.

Baca juga: Terjerat hutang karena kalah judi, orang murtad di Sleman Darken Motor

Pembeli siap mengantri dengan sabar untuk menikmati lopis yang dilumuri gula merah dan parutan kepala. Pembeli dapat memilih untuk disajikan utuh, terdiri dari campuran Lopis, Cenil, Gatot, Tiwul dan Ketan, atau dicampur sesuai selera masing-masing. Seporsi lopis ini dijual dengan harga Rp 10.000.

Mbah Satinem sudah berjualan Lopis sejak tahun 1963. Sebelumnya, Satinem muda menjual Lopis dengan melakukan perjalanan dari desa ke desa bersama ibunya. Kemudian, karena dia bisa menjual dirinya sendiri, Satinem akhirnya menjual sejauh ini.

Di usianya yang hampir delapan dekade, Mbah Satinem masih mahir memenuhi permintaan pelanggan. Ia dibantu oleh Mukinem yang tampil sebagai pembicara sekaligus kasir.

Baca Juga: Kenapa Suporter Solo Tak Diduga Penyebab Tawuran Jogja Ditangkap?

Lantas apa sebenarnya yang membuat Mbah Satinems Lopis begitu ramai dikunjungi pengunjung? Dari penuturan sejumlah pembeli yang sebagian besar merupakan wisatawan lokal, mereka datang untuk menjawab rasa penasaran dan mencicipi lopis Mbah Satinem yang mereka ketahui dari media sosial dan rekomendasi dari teman-teman.

Mbah Satinem pernah ditampilkan dalam salah satu film dokumenter 30 menit di platform Video Sesuai Permintaan Netflix.

Rentang usia pembeli berkisar dari muda hingga tua. Alya, mahasiswi asal Solo, mengaku tertarik ke Lopis Mbah Satinem karena suasananya. Tak hanya wisatawan lokal, wisatawan mancanegara pun rela mengantre untuk menikmati makanan tradisional tersebut.

Baca Juga: Situs Watu Dukun Ponorogo, Tempat Meditasi Banyak Dikunjungi Pejabat

Hannah dan Tino dari Austria dan Belanda datang atas rekomendasi seseorang yang tinggal bersama mereka. Mereka pun mengaku menikmati sajian manis jajanan pasar Mbah Satinem.

“Butuh waktu sekitar empat sampai lima jam untuk mendapatkan lopis yang sempurna,” kata Mukinem sambil mengembalikan kembalian kepada pembeli.

Lopis adalah jajanan pertama yang disiapkan di sore hari, berbeda dengan jajanan lain seperti cenil, gatot, tiwul dan ketan yang sudah diolah sejak tengah malam.

Baca Juga: Deretan Kuliner Lezat di Malioboro Jogja Wajib Kamu Coba

Saat terik matahari mulai membakar, barang-barang milik Mbah Satinem mulai habis. Hanya buka selama tiga atau empat jam sebelum stok habis.

Pembeli lopis Mbah Satinem harus ekstra sabar. Selain antriannya yang panjang, Mbah Satinem meracik jajanan dengan sangat lambat. Namun, sambil menunggu, pelanggan dapat mencoba berbagai jajanan pasar dan jajanan yang tersedia, seperti klepon, tahu goreng, risolesRempeyek kacang, susu kedelai, daging giling di meja kecil Mbah Satinem.

Berita ini tayang di Harianjogja.com dengan Lopi’s Legendary Jogja: Dibuat dalam Lima Jam, Habis Dalam Sekejap

Source: www.solopos.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button