Nikmati ketakjuban kekuatan Bromo Tengger dan Semeru - WisataHits
Jawa Timur

Nikmati ketakjuban kekuatan Bromo Tengger dan Semeru

Sumatrapost.co | Lampung Kisah perjalanan Tim Porwanas XIII PWI Lampung di Malang – Jawa Timur tidak bisa melupakan dan mengesampingkan perjalanan ke Bromo Tengger Semeru yang begitu melegenda di dunia pariwisata Indonesia.

Diawali dengan “bisikan” antara penghuni kamar 103 (Munizar dan One) untuk melihat keindahan kawasan wisata Bromo Tengger Semeru dari dekat. Lalu penulis mulai “gerilya” dan mengajak Novita dan teman-teman lainnya untuk bergabung bersama kami. Akhirnya setelah “melobi” dan memaksa, kami pun menuju tujuan kami yaitu “Bromo Tengger Semeru”.

Pada Kamis pagi (25 November 2022) sekitar pukul 01.00 WIB, kami terdiri dari: Andi Panjaitan (Sekjen PWI Lampung), Nur (Bendahara PWI Lampung), Munizar (Wakil Kabid Pendidikan PWI Lampung), Kusmawati ( Menhan PWI Lampung), Sony/One’ (Bidang Kerjasama), Septi (Bidang Pariwisata), Novita (Kepala PWI Kabupaten Way Kanan), Letnan Saleh dan Bripda Hadi (Manajemen PWI Way Kanan) dijemput seorang Land Cruiser/Hardtop – Mobil dalam perjalanan ke tujuan.

Perjalanan menuju Bromo Tengger Semeru memakan waktu sekitar dua jam, disesuaikan dengan adat, tiba disana sekitar pukul 04.30 WIB.

Alhamdulillah akhirnya kami sampai di gerbang pertama Kawasan Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur dengan kecepatan sedang bercampur ngantuk tinggi. Sopir kami (Mas Jehan) menjelaskan bahwa akomodasi pertama adalah tempat di mana seseorang dapat check-in sekaligus melaporkan pembelian tiket masuk.

“Kita harus lapor ke petugas jaga di sini dan beli tiketnya Mas,” kata Jehan dengan logat Jawanya yang kental.

Kemudian kami melanjutkan perjalanan melintasi lautan pasir dalam kegelapan yang pekat, namun yang membuat kami terhibur adalah ratusan bahkan ribuan lampu depan mobil jenis Jeep Hard Top melaju dengan riang dan satu arah menuju Bromo Tengger Semeru sehingga kemacetan tidak terlihat. sama sekali.

Tingkat kesadaran wisatawan pengendara sudah sesuai dan memeriahkan suasana yang mulus.

Kami sampai di pintu masuk bromo tengger semeru tepat jam 03.30, laporan kedua dilakukan mas jehan kepada petugas jaga.

Akhirnya pada pukul 04.00 WIB kami sampai di tempat tujuan yaitu Bromo Tengger Semeru. Rombongan sembilan orang dengan “insting petualang yang kuat” (Tim Bromo, demikian kami menyebutnya) mulai bergembira saat menuju shelter terakhir sambil mengunjungi kamar kecil dan berdoa.

Tim Bromo tidak merasakan dinginnya 10 derajat Celcius.Keramahtamahan penduduk asli Tengger (Suku Tengger) menjual sarung, menyewakan tikar, air kemasan, menyewakan jaket dan menjual Edilwise atau dikenal juga dengan bunga abadi.

Penulis selalu diingatkan tentang kode etik Naturefriends bahwa setiap pecinta lingkungan dilarang membawa atau membawa apapun saat mendaki gunung.

Bunga edelwise dapat tumbuh pada ketinggian lebih dari 3000 kaki di atas permukaan laut.

Namun, salah satu penjual bunga Edelwise mengatakan bunga yang mereka jual ditanam oleh warga setempat.

“Ini bukan Petik-Mas. Ini hasil budidaya kami,” kata Har yang menjual bunga Edelwise pagi itu.

Kami juga menyewa tikar dan membeli air kemasan dari Har.

Sebagai ucapan terima kasih dan salam hormat kami, penulis juga mengajak Anda untuk berfoto bersama Har. Sejak kedatangan kami, kami bertekad untuk menjaga dan melestarikan kearifan lokal dalam adat istiadat masyarakat setempat.

Tim Bromo tidak bisa menahan kegembiraannya dengan tertawa terbahak-bahak..hahahahaha..

Setengah jam sebelum matahari terbit kami menaiki tangga. Satu per satu kami menaiki tangga.

Takbir Allahu Akbar Kusmawati terdengar jelas. Selain itu, suara Septi yang letih namun tetap kencang. Akhirnya kami mencapai area semi-datar di bagian bawah tangga.

Lelah, cuaca dingin bercampur rasa puas akhirnya kami sampai di spot dimana kami menunggu matahari terbit.

Novita, Nur, Kus, Septi, Andi, Letnan Saleh, Bripda Hadi, Bang Munizar dan saya mulai rajin bermain dengan kamera Android.

Bagi tim Bromo dan ribuan pengunjung (antara pukul 05.00 hingga 05.30) merupakan momen yang ditunggu-tunggu. Kemudian matahari mulai muncul.

Ternyata yang ditunggu-tunggu benar-benar datang.

Suara keheranan bercampur dengan rasa terima kasih kami bergema.

“Masyaa Allah… begitu indah Yang Mulia. Engkau maha besar dan pencipta di muka bumi ini. Indahnya Bromo Tengger Semeru adalah milikmu. Allahu Akbar,” begitu sumpah dalam hati. Sama dengan tim Bromo PWI Lampung lainnya .

Setelah masing-masing dari kami puas dan muak dengan foto-foto dan jual beli gratis, kami kembali ke mobil untuk mengunjungi Laut Pasir.

Sesampainya di pasir Anda bisa melihat Gunung Bromo diselimuti kabut dan gagah.

Seperti sudah menjadi tradisi kami, kebiasaan mengambil foto tidak bisa dihindari di semua tempat yang kami singgahi.

“Ya, itu naluri seorang jurnalis. Tolong ambil foto saya, saya sedang menunggang kuda. Video in juga kalau bisa,” canda Nur…hehhehehe.

Usai pasir, tim Bromo singgah sebentar di Bukit Cinta (masih di sekitar pasir). Rekaman kamera ponsel masih dilakukan.

“Asalkan di sini,” kata Septi.

Selanjutnya kami melewati apa yang dikenal sebagai ‘Bukit Teletubise’, sebuah bukit hijau yang terhampar seindah permadani alam. Rerumputan terbuka dengan riang diterangi matahari pagi.

Sekali lagi kami terus melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an.

“Betapa indahnya, ya Allah, ciptaan-Mu,” demikian kata-kata penulis.

Akhirnya sekitar jam 11.10 menit, kami sampai di tempat kami menginap yaitu Whiz Prime Hotel – Jln. Basuki Rahmat – Kota Malang – Jawa Timur.

Demikian catatan ringan dan singkat penulis menelusuri keindahan alam Bromo Tengger Semeru. Tidak ada kata yang bisa diucapkan kecuali;

“Terima kasih ya Allah. Betapa menakjubkan ciptaan Anda. Dari situ kami tahu betapa agungnya Engkau ya Allah, “Semoga lestari. Amin.

(sony eriko/one’)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button