Museum Kemiren ini menyatukan semua bentukan budaya dan tradisi suku Osing Banyuwangi - WisataHits
Jawa Timur

Museum Kemiren ini menyatukan semua bentukan budaya dan tradisi suku Osing Banyuwangi

SURYA.CO.ID, BANYUWANGI – Banyuwangi memiliki keragaman budaya dan tradisi suku Osing yang besar dan beragam. Namun kekayaan Osing yang begitu luas dapat diringkas dan dipelajari secara singkat berkat keberadaan museum mini yang didirikan oleh warga Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi.

Ada beberapa benda bersejarah suku Osing di museum ini. Misalnya batik motif gajah oling, kain tenun blambangan, keris religi dan naskah yusup banyuwangi daun lontar.

Disebut Mini karena museum ini tidak luas. Bagian utama museum berukuran sekitar 7 x 10 meter. Ruang utama berisi relik yang disimpan di jendela kaca patri.

Ada juga dua kamar lagi. Ruangan pertama merupakan tempat pameran batik khas Banyuwangi. Sedangkan kamar kedua berisi dipan bayi dan kasur berwarna hitam merah khas suku Osing.

Dedy Wahyu, pengelola mini museum, mengatakan museum baru dibuka sejak pandemi merebak. Sebelumnya, bangunan bernuansa rumah adat Osinger dengan ciri khas ornamen kayu pada fasadnya merupakan tamu keluarga.

“Namun karena ada pandemi, konsep gedung ini kami ubah menjadi museum mini,” kata Dedy, Minggu (4 Desember 2022).

Sebagian besar barang koleksi museum adalah milik Osingern. Karena keterbatasan ruang pameran, pengelola harus memilih dan menyortir barang-barang yang akan dipajang. Barang mana yang cocok untuk diletakkan di depan dan mana yang lebih cocok untuk hiasan di belakang?

Pengelola mini museum juga menyiapkan pemandu untuk mengenalkan kisah di balik barang berharga yang dipamerkan. Namun untuk memudahkan pengunjung, pengelola juga menempatkan kode QR di dekat barang koleksi.

Saat dipindai dengan smartphone, kode QR mengarahkan pengunjung untuk membuka laman yang memuat informasi lengkap tentang setiap barang yang dipamerkan. “Museum mini ini disiapkan untuk menawarkan alternatif wisata edukasi,” kata Dedy.

Dengan mengunjungi museum, lanjut Dedy, pengunjung bisa mendapatkan kesan pertama tentang budaya suku Osing. Modal ini bisa dijadikan titik awal sebelum menggali lebih jauh budaya dan tradisi di sana.

Karena tujuannya adalah institusi pendidikan, museum ini tidak hanya ditujukan untuk wisatawan. Namun juga pelajar yang ingin mengenal kekhasan suku Osing. Baik mahasiswa dari Banyuwangi maupun dari luar daerah.

Meski usia museum terbilang baru, Dedy mengatakan museum mini itu sudah banyak dikunjungi pelajar. “Jadi ada semacam pergeseran orientasi siswa. Misalnya saat study tour biasanya keluar kota seperti Yogyakarta, sekarang sudah bergeser memasukkan museum mini ini untuk belajar pedagogi,” lanjutnya.

Dedy melanjutkan, museum mini di desa Kemiren juga terintegrasi dengan layanan lainnya. Selain berkunjung ke sana, wisatawan atau pelajar juga bisa belajar membatik atau mengunjungi kompleks rumah adat suku Osing.

Ia berharap keberadaan mini museum juga mendukung program They Learn yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

“Rencananya juga akan kami lakukan setelah sertifikasi desa wisata berkelanjutan di tahun 2020. Sejak saat itu, setiap tahun harus ada inovasi. Tahun 2021 museum desa ini akan menjadi salah satu inovasi kami,” pungkasnya. ****

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button