Motif batik ecoprint mulai mendunia - WisataHits
Jawa Tengah

Motif batik ecoprint mulai mendunia

Reporter: Tikus Waseso | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Batik jelas sudah sangat populer di pasar luar negeri. Dan ada motif batik yang semakin populer di luar negeri: Ecoprint. Yakni, batik cap dengan motif berbagai jenis daun, bunga, dan batang pohon.

Salah satu produk batik Ecoprint yang banyak diminati dari luar negeri adalah karya Pintya D Wanita Ayu yang menyandang label Batik Prateshi.

Bisnis tie-dye yang ia bangun sejak 2018 berhasil menembus pasar luar negeri melalui pihak ketiga. Mulai dari Malaysia, Singapura, Filipina, Korea Selatan, Jepang hingga Uni Emirat Arab.

Keberhasilan Pintya menembus pasar ekspor tak lepas dari upaya terus-menerus menampilkan motif ecoprint baru. Tak jauh dari situ ia menggunakan motif daun, bunga, dan batang pohon di sekitar kediamannya di Semarang, Jawa Tengah.

Pintya terinspirasi dari motif ecoprint berupa daun, bunga dan batang pohon dan ditanam di sekitar rumahnya di kawasan Banyumanik, Semarang.

“Begitulah cara saya menanam tanaman sendiri berdasarkan motif yang diinginkan, baik di rumah saya maupun di rumah pengrajin,” katanya.

Baca Juga: Konsep Gerobak dan Layanan Digital Jadi Cara UMKM Bertahan Di Masa Pandemi

Saat ini, enam pengrajin telah bergabung dengan Batik Pratesthi. Perusahaan yang didukung Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) itu berencana merekrut dua perajin lagi. Dengan cara ini, produksi kain batik ecoprint dapat ditingkatkan hingga 30% dari saat ini 80 lapis kain per bulan.

Dengan penambahan perajin, Pintya juga berencana menambah produk tie dye dengan motif ecoprint. Tidak hanya kain, tetapi juga produk lain yang berbahan dasar motif tie-dye Ecoprint seperti sajadah dan dompet.

Pintya menggunakan saluran online dan offline untuk memasarkan produk batik Ecoprint. Khusus untuk channel offline, ia sudah memiliki toko-toko supplier Batik Prateshi di Semarang, Salatiga dan Jakarta. Sedangkan untuk saluran online, Pintya memasarkan produk tie-dye-nya di media sosial dan marketplace.

Alhasil, ia bisa menghasilkan penjualan antara Rp 250 juta hingga Rp 290 juta dalam setahun.

“Secara bulanan, itu fluktuatif,” katanya.

Belum puas, Pintya terus berusaha meningkatkan kapasitas usahanya agar bisa berkembang dari usaha mikro menjadi usaha kecil menengah. Untuk itu ia saat ini sedang mengembangkan produk batik ecoprint untuk segmen pria. Pasalnya, Batik Pratesthi saat ini hanya menyasar pasar wanita.

Selain itu, Pintya juga mencoba untuk mempromosikan eco-print tie-dye untuk semua orang. Selama ini, ia membuka kursus pelatihan pembuatan motif batik eco-print untuk ibu-ibu rumah tangga di sekitar tempat tinggalnya.

Kedepannya, ia berharap kampungnya di Semarang bisa menjadi objek wisata edukasi tie-dye ecoprint.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita

Reporter: Ratih Waseso
Penerbit : Markus Sumartomjon

Source: peluangusaha.kontan.co.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button