Mojobatik Festival 2022, manfaatkan promosi wisata kota Mojokerto melalui event - WisataHits
Jawa Timur

Mojobatik Festival 2022, manfaatkan promosi wisata kota Mojokerto melalui event

KESUKSESAN Festival Mojobatik 2022 menjadi katalis bagi Disporapar Kota Mojokerto untuk memperluas agenda berbasis pariwisata. Event ini merupakan program rutin tahunan dan dapat menjadi ajang pemasaran produk UMKM lokal dan promosi pariwisata.

Kepala Disporapar Kota Mojokerto Novi Rahardjo mengatakan, penyelenggaraan Mojobatik Festival 2022 berhasil menarik perhatian masyarakat. Tidak hanya di kalangan penduduk kota, tetapi juga di luar daerah. Hal itu tercermin dari komitmen para peserta yang mengikuti puncak acara pada Senin (12/5) lalu. “Peserta dari Madura, Surabaya, Pasuruan, Probolinggo, Gresik, Sidoarjo dan Lamongan. Hal ini juga menjadi multiplier effect bagi industri pariwisata untuk bergerak naik. Baik dari segi kuliner, transportasi, akomodasi, souvenir dan penjualan batik khas kota Mojokerto,” jelasnya.

Novi mengatakan penjualan UMKM Batik di Kota Mojokerto meroket berkat kegiatan MBF 2022. Kenaikannya berkisar antara 100 hingga hampir 300 persen. “Dalam kegiatan ini, kami mewajibkan setiap peserta untuk mendaftar MBF dengan menyertakan struk pembelian tie-dye Kota Mojokerto pada bulan November dan Desember,” ujarnya.

WISATA AIR: Kolam Sekar Sari merupakan destinasi wisata baru bagi kota Mojokerto.

Selain itu, peserta MBF wajib menggunakan 50 persen tie-dye Kota Mojokerto pada desain busana yang dipamerkan. Ini bukti nyata bahwa pemerintah hadir dan nyata bersama para pelaku ikat celup Kota Mojokerto.

Selain itu, Disporapar Kota Mojokerto juga mengadakan lomba foto “Mojokerto in Lens” untuk menjaring fotografer dari berbagai daerah. Acara ini bertujuan untuk menampilkan tampilan khas tie-dye Kota Mojokerto yang selama ini menjadi incaran para fotografer. Sekaligus dihadirkan ikon kota Mojokerto yang dapat disuguhkan oleh para fotografer dengan gambar-gambar yang indah. “Para fotografer yang ikut dalam acara ini semuanya pendatang dari luar daerah. Ini juga cita-cita kami untuk mempromosikan daya tarik wisata yang dimiliki Kota Mojokerto,” jelasnya.

Novi berharap acara ini dapat menjadi titik awal revitalisasi ekonomi di Kota Mojokerto. Khususnya pada subsektor tekstil dan pariwisata di Kota Mojokerto. Selain itu, Festival Mojobatik menjadi pintu gerbang kota Mojokerto menjadi kota wisata. “Festival Mojobatik merupakan langkah yang semakin memberdayakan Kota Mojokerto menjadi kota wisata di Jawa Timur. Selain kabar gembira, tahun depan pemerintah akan memberikan DAC untuk pengembangan wisata bahari di Rejoto melalui Perpres No 84 Tahun 2019,” ujarnya.

PERHATIAN: Warga Kota Mojokerto menikmati wisata air di Kolam Sekar Sari Kota Mojokerto.

Sementara itu, Festival Mojobatik 2022 yang diselenggarakan Disporapar Kota Mojokerto diyakini mampu menyemangati banyak pihak. Beberapa di antaranya dibuat oleh para perajin batik.

Sudarsih yang juga pemilik butik Bu Dar dan berdomisili di Griya Permata Meri Kecamatan Kranggan mengatakan, acara ini mengalami peningkatan penjualan sekitar 50 persen dibandingkan hari biasa. Bu Dar menambahkan event ini tidak hanya menjadi ikon kota Mojokerto tapi juga ditingkat Jawa Timur. Ternyata, puluhan pembeli dari daerah lain hadir dalam acara ini dengan mengenakan tie-dye khas untuk acara tahunan ini, terutama untuk karnaval. “Alhamdulillah pembelinya banyak dari daerah sekitar, seperti Jember, Pasuruan, Sidoarjo, Jombang. Termasuk dari Kabupaten Mojokerto seperti Trawas dan Gedeg yang hadir dalam acara ini dan berbelanja di butik kami,” ujarnya.

Hal senada disampaikan Ernawati, pemilik Batik Erna Surodinawan (BES). Diakuinya, pesanan yang diterimanya meningkat drastis sejak dimulainya acara ini. Beberapa motif tie-dye, seperti tie-dye Surya Majapahit, bahkan sudah habis terjual. Corak lain yang menarik adalah batik khas kota Mojokerto, Lerek Kembang. Batik karya Mrico Bolong dan Kota Mojokerto. “Alhamdulillah dengan Mojobatik Festival jumlah pembeli meningkat drastis. Beberapa sampel terjual habis karena berbagai jenis tie-dye laris manis, terutama tie-dye Surya Majapahit,” ujarnya. (laut/ron)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button