Menkominfo segera menata ulang 22 BTS • Radar Jogja - WisataHits
Yogyakarta

Menkominfo segera menata ulang 22 BTS • Radar Jogja

RADAR JOGJA – Sebanyak 22 Menara Telekomunikasi atau Base Station (BTS) dalam radius 5 kilometer di sekitar Candi Borobudur akan ditata ulang. Ketinggian menara akan disesuaikan maksimal sejajar dengan Teras Arupadhatu yaitu 283 meter di atas permukaan laut.
Hal itu disampaikan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny Gerard Plate kemarin (14 Juli) saat berkunjung ke Candi Borobudur. Ia dan rombongan menyempatkan diri untuk mendaki candi dengan sendal Upanat. Begitu berada di puncak, ia sempat memantau beberapa BTS.
Ia mengatakan, kunjungannya kali ini terkait dengan pelaksanaan penataan kembali kawasan Candi Borobudur sehingga menjadi kawasan terpadu. Memiliki wajah baru, manajemen baru dan infrastruktur pendukung baru. Yakni, tata letak keseluruhan kawasan candi Borobudur termasuk infrastruktur fisik meliputi jalan dan infrastruktur fisik serta infrastruktur digital.
Dari sisi infrastruktur digital, Johnny mengatakan pihaknya melakukan penataan dan penilaian dalam radius 5 kilometer dari pusat Candi Borobudur. Dari jumlah tersebut, ada 22 menara telekomunikasi yang nantinya akan direnovasi. Ketinggian menara komunikasi dibatasi maksimal setinggi Teras Arupadhatu atau 283 meter di atas permukaan laut.
Upaya ini merupakan bagian dari upaya menata kembali kawasan Candi Borobudur dengan tetap memperhatikan layanan telekomunikasi di sekitar candi. “Saya sudah meyakinkan dan melihat secara langsung penataan infrastruktur digital yang perlu ditata ulang,” katanya saat konferensi pers di Lapangan Kenari kompleks Candi Borobudur.
Ia memberikan apresiasi kepada para operator telepon seluler dan operator menara telekomunikasi atas komitmennya menata ulang BTS di kawasan Candi Borobudur. Pihaknya juga akan berkoordinasi dengan instansi dan lembaga terkait seperti pemerintah daerah untuk memastikan proses perizinan dan komunikasi dengan masyarakat setempat berjalan lancar dan cepat.
Selain infrastruktur telekomunikasi, ia juga menyoroti tiang listrik, sistem kamera pengintai, rambu evakuasi dan berbagai hal terkait tata ruang kawasan Borobudur. Ia berharap pembangunan ini juga menjadi bagian dari kesatuan penataan dan keindahan kawasan Candi Borobudur.
Konon keberadaan infrastruktur telekomunikasi ini sudah lama diperdebatkan agar tetap sesuai dengan aturan dan tempat khusus Borobudur di mata dunia. Lanskap Candi Borobudur harus dijaga keaslian dan kebersihannya.
Untuk itu, dia mengimbau para operator seluler untuk selalu mendukung upaya pelestarian warisan budaya ini. “Apalagi mengingat posisinya sebagai tujuan wisata prioritas utama,” kata Johnny.
Selain itu, kawasan ini menjadi salah satu tempat penyelenggaraan event internasional yaitu pertemuan G20. Ini adalah kesempatan untuk menampilkan budaya luhur sekaligus menunjukkan kecanggihan digitalisasi.
Yenny Supandi, Ketua Kelompok Kerja Warisan Dunia (Pokja), Balai Konservasi Borobudur (BKB), menjelaskan warisan dunia, yakni kompleks candi Borobudur, tidak hanya terdiri dari candi. Namun juga menyatu dengan entitas yang ada di kawasan tersebut atau dikenal dengan nama Borobudur Cultural Landscape.
Dalam konteks lanskap budaya, kata dia, ada variabel atau komponen yang sangat penting, yaitu lanskap visual atau lanskap. Biasanya selalu mengacu pada segala sesuatu yang dapat dilihat.
Hal itu diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Borobudur dan Sekitarnya. Karena bentang alam di kawasan Borobudur harus dilindungi. Pemandangan ini termasuk pemandangan dari Candi Borobudur atau Candi Borobudur dari luar.
Ia mengatakan, pemandangan itu bisa dilihat dengan berdiri di atas candi, seperti di lantai tujuh atau di Arupadhatu. “Kami melihat cukup banyak gambar atau objek yang mengganggu pemandangan indah (Candi Borobudur red.),” ujarnya.
Menurut masterplan Japan International Cooperation Agency (JICA) 1979, nilai kesakralan Candi Borobudur hanya dapat dibentuk dari candi dan pemandangan indah di sekitarnya. Dengan cara ini, kekudusan dapat dibentuk tidak hanya oleh kuil tetapi juga oleh lingkungan. Pemandangan yang indah, kata Yenny, menjadi penunjang dalam merangkai dan membingkai kesucian candi.
Menurut Yenny, objek yang mengganggu pemandangan adalah menara BTS yang lebih tinggi dari Arupadhatu, dan gedung sekolah yang besar. Kemudian benda-benda lain yang memiliki warna mencolok dan mempesona jika dilihat dari atas candi. Seperti merah, perak atau kuning. Apalagi dengan bahannya yang mengkilat.
Selain itu, gedung-gedung bertingkat yang atapnya memiliki warna yang serasi dengan daerah sekitarnya dan hotel-hotel bertingkat sedang dibangun di daerah dengan topografi tinggi. Benda-benda tersebut tentunya tidak sesuai dengan perlindungan bentang alam di Candi Borobudur. Karena diperlukan harmonisasi visual dengan lingkungan alam.
Yenny mengatakan, karena sudah direncanakan dalam masterplan JICA, jarak pandang candi Borobudur idealnya berada dalam radius lima kilometer lingkaran. Kemudian diadopsi dalam Perintah Eksekutif No. 58 pada Sub Bagian Konservasi (SP) 1 dan SP-2. Bahkan, lanskap jalan strategis nasional (Palbapang) menuju pegunungan di kawasan Borobudur juga perlu dilindungi.
Dalam konsep agama Buddha, gunung, sungai, bekas danau purba dan bentukan alam di sekitar Borobudur memiliki nilai filosofis. “Ini menggambarkan makrokoko agama Buddha yang diwakili oleh kenampakan atau kenampakan alam bentang alam di Borobudur,” jelasnya.
Tahun ini, BKB sedang mengumpulkan data dan melakukan studi lanskap di Borobudur. Tujuannya untuk menilai nilai-nilai penting dan menentukan apa yang perlu dilindungi. Dalam konteks pengelolaan sumber daya budaya, ini merupakan langkah awal yang perlu dilakukan.
Secara empiris, kata dia, ada beberapa warna yang disamarkan oleh bagian atas candi. Seperti hijau tua, coklat tua atau hitam. Namun, tidak semua dilarang dan tidak boleh dilihat dari atas candi. Seperti pemukiman di tanah air.
Menurut Yenny, itu adalah bagian dari budaya yang berkembang di Borobudur. Bahkan jika Anda berhati-hati, rumah-rumah tradisional di pedesaan tidak mengganggu Anda. “Orang bisa melihat itu. Namun, karakter pedesaan berbeda dengan karakter bangunan modern,” ujarnya.
Saat ini, BKB juga sedang menyusun Rencana Pembangunan Lingkungan (RTBL) untuk menata bangunan di sekitar Candi Borobudur. “Sebenarnya sudah ada di Perpres, tapi belum detail. Nanti kalau di RTBL akan jelas karakter bangunan yang diinginkan itu seperti apa,” tambah Yenny.
Sementara itu, Vice President Marketing and Sales PT Taman Wisata Candi (TWC), Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko Pujo Suwarno mendukung penuh upaya Kominfo menata kembali kawasan candi. Terutama yang berkaitan dengan menara telekomunikasi. Ia juga akan melakukan penyesuaian dengan BKB terkait jumlah BTS yang ada.
Sedangkan untuk desain, yang terpenting jangan sampai merusak kawasan Candi Borobudur. Ia juga berharap pemandangan di kawasan pura akan semakin menarik setelah berakhirnya program ini. “Kalau dilihat dari atas (Candi Borobudur red.), terlihat sangat masif dan padat. Menurut dia (Johnny, Red), bentuk ini bisa disesuaikan,” ujarnya.(aya/laz)

Source: radarjogja.jawapos.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button