Menjelajahi Pulau Tirang, Tempat Wisata Semarang Kalah Tergerus - Solopos.com - WisataHits
Jawa Tengah

Menjelajahi Pulau Tirang, Tempat Wisata Semarang Kalah Tergerus – Solopos.com

SOLOPOS.COM – Perjalanan menggunakan perahu nelayan membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk mengelilingi jalur pantai Tirang Desa Tapak, Desa Tugurejo, Kota Semarang, Jawa Tengah (Jawa Tengah) pada Sabtu (12/10/2022). (Solopos.com – Adhik Kurniawan)

Solopos.com, SEMARANG – Pulau Tirang dulunya merupakan pulau kecil tak berpenghuni yang menjadi simbol keindahan wisata alam di kota Semarang, Jawa Tengah (Jawa Tengah). Namun karena gesekan, keberadaan pulau tersebut menurun dan menghilang.

Sempat tergerus abrasi, Pulau Tirang juga lebih dikenal warga Kota Semarang dengan sebutan Pantai Tirang. Bahkan, sebagian besar wisatawan tidak mengetahui bahwa Pantai Tirang dulunya merupakan sebuah pulau yang juga menjadi cikal bakal Kota Semarang.

Promosi Kartu Tokopedia menjadi Kartu Kredit Terbaik Versi Asian Banker Awards 2022

“Ada di sana [Pantai Tirang], tapi tahukah Anda, hanya pantainya. Saya malah baru tahu dulu ada pulau di sana,” kata warga Desa Tambakaji, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, Angga Briantama, 25 tahun. Solopos.com, Sabtu (10/12/2022).

Mencermati keberadaan Pulau Tirang yang hilang akibat abrasi, terdapat belasan tambak ikan dan udang di sepanjang kawasan tersebut. Berbagai jenis hewan terutama unggas air akan menemani perjalanan menelusuri hutan bakau yang ditanam di sepanjang kawasan Desa Tapak hingga ke jalur Pantai Tirang.

Pegiat lingkungan Perkumpulan Pemuda Pecinta Alam (Pranjak) Tapak Eko Nugroho mengatakan pesisir Tirang merupakan sisa dari keberadaan Pulau Tirang. Dulu, tepatnya tahun 1960-an, kurangnya perhatian terhadap lingkungan membuat keberadaan Pulau Tirang hilang, ditelan abrasi.

Baca juga: Misteri Makam SMP 38, Peninggalan Ki Ageng Pandan Arang Di Awal Berdirinya Semarang

“Itu dulu [Pulau Tirang], merupakan salah satu ikon wisata kota Semarang. Namun karena tidak ada yang peduli, peduli dan memperhatikan mereka, keberadaan Pulau Tirang kini sudah berakhir. Tenggelam karena abrasi,” jelas Eko.

Melihat fenomena tersebut, Pranjak pun datang dengan tujuan melindungi pantai agar tidak hilang seperti Pulau Tirang. Salah satu upaya tersebut dilakukan dengan melakukan upaya konservasi berupa penanaman mangrove di sekitar desa Tugurejo.

Manfaat Mangrove

Selain itu, keberadaan tumbuhan mangrove juga bertujuan untuk menjaga atau melindungi desa agar air laut tidak masuk atau menyebar ke desa Tapak. “Tujuan kita [Pranjak] tidak ingin itu terjadi [garis pantai hilang dan perkampungan tenggelam]. Jadi kami melanjutkan apa yang dilakukan pendahulu kami, yang mulai melindungi mangrove pada tahun 1992,” katanya.

Dengan luas lahan sekitar 466 hektare, Eko juga mengungkapkan jutaan tanaman mangrove ditanam sejak 1999 hingga 2022. Hingga akhirnya ratusan hektar lahan yang dulunya tandus kini dikelilingi oleh pohon bakau.

Baca Juga: Desa Terpencil Tirang Tegal Hanya Dihuni 12 Keluarga

Hutan mangrove Desa Tapak tidak hanya melindungi lahan dari abrasi tetapi juga memberikan manfaat lain bagi masyarakat sekitar. Khususnya para nelayan dan petambak ikan dan udang di sekitar kawasan hutan mangrove.

“Adanya perlindungan mangrove juga berarti perlindungan terhadap habitat alam. Sehingga hasil tambak bisa lebih baik. Selain itu, juga dijadikan wisata edukasi dan tempat memancing masyarakat. Nelayan berpartisipasi di sini, menyewa perahu mereka dan menemani wisatawan. Bisa buat tambahan [penghasilan] atau menyamping saat tidak bisa melaut karena cuaca,” jelasnya.

Meski sudah ditanam jutaan mangrove di lahan ratusan hektare, warga di Kecamatan Tugurejo masih resah, kata Eko, karena menghadapi berbagai persoalan. Khususnya terkait dengan informasi alih fungsi lahan menjadi kawasan atau kawasan industri.

“Kami khawatir perubahan penggunaan lahan benar-benar terjadi. Karena sekitar 11 tahun yang lalu sudah ada informasi tentang itu [alih fungsi lahan menjadi zona industri]. Sehingga masyarakat mulai bingung. Bagaimana nasib Desa Tapak? Karena saat ini sudah banyak orang yang datang mencoba membujuk para pemilik tambak disini untuk menjual tambaknya. Katanya kalau tidak laku bisa bikin jengkel, itu kena imbasnya,” keluhnya.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button