Menghitung dampak G20 terhadap sektor pariwisata Isle of Gods - WisataHits
Yogyakarta

Menghitung dampak G20 terhadap sektor pariwisata Isle of Gods

BALI (VOA) —

Pariwisata di Bali telah meningkat selama seminggu terakhir. Pardi, sopir taksi berbasis aplikasi, mengaku pengguna jasanya semakin meningkat. Setidaknya makanan mengalir lebih deras daripada saat banyak pembatasan perjalanan diberlakukan.

“Dulu, di masa pandemi ini stres, Pak. Bekerja saja Kopi dengan teman, bekal uang Rp 5.000,” ujarnya sambil tertawa.

Turis perlahan berdatangan sejak Bandara Internasional Ngurah Rai dibuka kembali untuk penerbangan internasional pada 4 Februari. Rangkaian acara G20 tampaknya menjadi wahana peluncuran yang diyakini mampu mendongkrak sektor pariwisata secara lebih efektif untuk melanjutkan tren positif.

Seorang polisi berjalan melewati papan nama G20 di Nusa Dua, Bali, Kamis, 7 Juli 2022.  (Foto: AFP)

Seorang polisi berjalan melewati papan nama G20 di Nusa Dua, Bali, Kamis, 7 Juli 2022. (Foto: AFP)

Untuk itu, Pardi, meski sedikit terganggu dengan persiapan G20 yang terburu-buru, mengaku bisa menerima

“Ada lebih banyak penumpang di kota. Benar-benar banyak turis Tidak ke Nusa Dua daripada ke desa seperti Gianyar atau Karangasem. Yang penting Tidak ke Nusa Dua,” kata Pardi kepada VOA.

Penjual cinderamata dan bingkisan juga mendapat berkah. Selain itu, rangkaian G20 sudah dimulai sejak beberapa bulan lalu, baik di Bali maupun di kota-kota lain.

“Dua bulanan Saat ini, toko kami mengalami peningkatan kunjungan dari wisatawan asing maupun domestik. Mereka juga berbelanja. Toko sudah penuh lagi. Pemandangan ini membuat kami sangat optimis, Bali bisa bangkit kembali,” ujar Kadek Bhuana, Assistant Manager Krisna Souvenirs di Outlet By Pass.

Kapal wisata yang digunakan wisatawan berlabuh di sebuah dermaga di pulau Serangan, Bali, saat matahari terbenam pada 6 Agustus 2021.  (Foto: AFP/Sonny Tumbelaka)KA)

Kapal wisata yang digunakan wisatawan berlabuh di dermaga di pulau Serangan, Bali, saat matahari terbenam pada 6 Agustus 2021. (Foto: AFP/Sonny Tumbelaka)KA)

Zian, seorang penenun bambu dari Nusa Dua, juga menyambut baik pesanan tambahan dari hotel tempat delegasi G20 menginap.

“Saya sangat senang bisa ikut serta menerima berkah dari kegiatan G20 ini. Soalnya sudah lama saya tidak menerima pesanan seperti ini sejak dihentikan karena pandemi,” ujarnya.

Industri perhotelan juga menuai berkah. Menurut data Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) di Bali, okupansi hotel naik menjadi sekitar 50 persen. Sementara okupansi hotel di kawasan Nusa Dua meningkat hingga 100 persen.

Pemerintah memilih kawasan Nusa Dua sebagai pusat G20. Tiga hotel bintang empat, 14 hotel bintang lima dan tiga vila mewah terletak di lokasi seluas 35 hektar di tenggara Bali. Terdapat total 5.485 ruangan, 120 ruang pertemuan, dan sejumlah ruang konferensi, dan semua ruangan ini dapat menampung hingga 21.000 orang.

Wisatawan berjalan dengan papan selancar mereka di pantai Kuta melewati puing-puing dan sampah yang hanyut oleh air pasang di Bali, 9 Desember 2018.  (Foto: AFP/Sonny Tumbelaka)

Wisatawan berjalan di sepanjang Pantai Kuta dengan papan selancar melewati puing-puing dan sampah yang hanyut oleh air pasang di Bali pada 9 Desember 2018. (Foto: AFP/Sonny Tumbelaka)

Bali sudah siap

Menteri Pariwisata dan Industri Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno memastikan destinasi di Pulau Dewata benar-benar siap menyambut delegasi G20.

Tangkapan layar Menteri Pariwisata dan Industri Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno saat temu media pada Senin 22 November 2021.  (Foto: VOA/Nurhadi)

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno dalam jumpa pers pada Senin 22 November 2021 dalam screenshot. (Foto: VOA/Nurhadi)

“Destinasi wisata di Bali sudah siap, termasuk Lebih-lebih lagi Bali. Ada Mandalika, Borobudur dan lima destinasi prioritas utama lainnya jika ada kunjungan delegasi dan peserta setelah acara berakhir,” kata Sandi dalam keterangan mingguan kepada media, Jumat (11/11).

Indonesia sendiri mengalami peningkatan positif dalam kunjungan wisatawan asing dalam beberapa bulan terakhir. Kementerian Pariwisata dan Industri Kreatif menargetkan kunjungan wisman sebesar 1,8 hingga 3,6 juta.

Jumlah kunjungan wisatawan pada September 2022 meningkat 10,8 persen dibandingkan angka 2021 pada periode yang sama sebanyak 538.000. Secara keseluruhan, jumlahnya akan mencapai 2,4 juta dari 2022 hingga September, dengan lima negara sumber turis asing teratas adalah Australia, Singapura, Malaysia, India, dan Inggris.

“Misalnya Oktober, November, dan Desember kita masing-masing bisa” merawat Diberi 500.000 turis asing (wisman -red), kita dapat 1,5 juta lagi. Ditambah 2,4 juta kemungkinan kita mendekati 3,9 juta dan mudah-mudahan 4 juta. Di atas target kami, di ambang atas,” tambah Sandiaga.

Pemerintah juga terus menawarkan layanan visa yang mudah untuk meningkatkan jumlah wisatawan, termasuk dengan meluncurkan program visa elektronik pada saat kedatangan (e-VoA) pada Kamis (11/10) di Bali. Fasilitas ini juga merupakan bagian dari upaya memfasilitasi kunjungan delegasi G20.

Diluncurkan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, aplikasi e-VoA memungkinkan wisatawan asing membayar biaya visa sebelum kedatangan. Implementasi kebijakan ini akan dilakukan secara bertahap, dengan kesempatan pertama dilakukan di Bandara Soekarno Hatta, Banten dan Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, dengan prioritas pertama wisatawan dari 26 negara.

Wisatawan terlihat di ruang kedatangan internasional Bandara Internasional Ngurah Rai di Tuban dekat Denpasar, Bali, pada 16 Februari 2022.  (Foto: AFP/Sonny Tumbelaka)

Wisatawan berbaris di aula kedatangan internasional di Bandara Internasional Ngurah Rai di Tuban dekat Denpasar, Bali, pada 16 Februari 2022. (Foto: AFP/Sonny Tumbelaka)

“Pengenalan e-VoA bertujuan untuk memberikan kontribusi nyata dalam mendorong masuknya wisman,” ujar Sandiaga.

Tidak bisa langsung

I Made Suniastha Amerta, Pengamat Pariwisata dan Dosen Universitas Warmadewa, Bali, optimistis ajang G20 akan mendongkrak sektor pariwisata Bali. Namun, semuanya membutuhkan waktu.

Pengamat Pariwisata Universitas Warmadewa, I Made Suniastha Amerta.  (Foto: VOA/Ahadian)

Pengamat Pariwisata Universitas Warmadewa, I Made Suniastha Amerta. (Foto: VOA/Ahadian)

“Tidak bisa instan, G20 berlangsung di Bali, dampaknya langsung terasa. Ini mungkin belum. Tapi kami menantikan masa depan. Ini adalah momentum yang luar biasa bagi kami, untuk itu kami akan menjadi modal benih di masa depan Restorasi Pariwisata di Bali,” kata Sunistha saat ditemui VOA di kampusnya, Sabtu (12/11).

Memilih Bali sebagai tuan rumah G20, kata Suniastha, memiliki banyak arti. Setidaknya Bali masih bisa dipercaya dan bisa menunjukkan eksistensinya sebagai destinasi wisata terbaik yang siap dikunjungi wisatawan mancanegara. Di sisi lain, acara ini juga akan meningkatkan kepercayaan masyarakat dunia untuk berkunjung ke Bali pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.

Dalam jangka pendek, delegasi dan seluruh pendukungnya juga merupakan pengunjung Bali, yang tentunya menyempatkan diri untuk berwisata. Itu berarti puluhan ribu turis tambahan datang ke Bali minggu ini. Dalam jangka panjang, G20 dapat menjadi media promosi pariwisata, juga melalui kunjungan para delegasi itu sendiri.

Namun, Suniastha juga mengingatkan bahwa pariwisata merupakan bisnis yang terancam punah atau rentan karena sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti politik dan ekonomi. Perang Rusia-Ukraina adalah contoh faktor eksternal. Prakiraan krisis ekonomi global yang kemungkinan akan melanda tahun depan juga menjadi faktor kunci.

“Harapan kami agar Bali pulih lebih cepat dan lebih baik. Kita juga tahu bahwa dunia diperkirakan akan mengalami krisis ekonomi global di tahun depan. Tapi masyarakat harus optimis,” kata Suniastha.

Kapan Bali akan pulih seperti sebelum pandemi, kata Suniastha sulit diprediksi. Namun, dia yakin hal itu bisa segera tercapai.

Wisatawan menikmati sunset di Pantai Canggu di tengah pandemi COVID-19 di Bali, 2 Desember 2021. (Foto: REUTERS/Johannes P. Christo)

Wisatawan menikmati sunset di Pantai Canggu di tengah pandemi COVID-19 di Bali, 2 Desember 2021. (Foto: REUTERS/Johannes P. Christo)

Dampak bagi Indonesia

Sementara itu, pemerintah sendiri memprediksi rangkaian pertemuan G20 di berbagai daerah seperti Jakarta, Toba, Yogyakarta, Solo, Bali, Labuan Bajo, dan Likupang akan menambah US$533 juta atau sekitar Rp7,4 triliun terhadap produk domestik bruto (PDB). ), termasuk peningkatan konsumsi domestik sebesar Rp 1,7 triliun.

G20 sendiri merupakan rangkaian pertemuan yang sudah berlangsung hampir setahun sejak dimulai pada 1 Desember 2021.

“Totalnya ada 438 acara di 25 kota di Indonesia, dengan pertemuan di berbagai tingkatan,” kata Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso dalam keterangannya kepada media.

Data pemerintah menunjukkan bahwa seluruh rangkaian kegiatan, baik pada acara utama maupun selain acara G20, telah menyerap tenaga kerja bagi 33.000 orang. Mereka terutama berasal dari industri Pertemuan, insentif, konferensi, dan pameran (MICE), usaha kecil, mikro dan menengah (UMKM), transportasi dan akomodasi,

Gerbang masuk ke Desa Wisata Penglipuran di Kabupaten Bangli, Bali.  (Foto: VOA/ Petrus Riski).

Pintu gerbang masuk ke Desa Wisata Penglipuran di Kabupaten Bangli, Bali. (Foto: VOA/ Petrus Riski).

Menurut Susiwijono, 15 kali pertemuan di tingkat menteri dilakukan sejak Agustus hingga akhir September khusus untuk Bali. Peningkatan lebih dari 70 persen dapat dilihat pada transportasi saja. Hunian hotel juga jauh di atas masa pandemi, begitu pula sektor pendukung lainnya.

Bali menjadi tuan rumah pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional.IMF/IMF) pada 2018. Menurut Susiwijono, manfaat nyata G20 diperkirakan 1,5 hingga 2 kali lipat dari acara ini.

Pejabat Kementerian Koordinasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Nyoman Shuida, juga meyakinkan bahwa G20 akan memberikan dampak sebesar mungkin bagi masyarakat.

“Peningkatan wisman menjadi 1,8-3,6 juta dan juga 600.000-700.000 lapangan kerja baru didukung oleh kinerja yang baik dari industri katering, fashion dan kerajinan,” katanya.

Nyoman mengatakan, tingkat hunian kamar hotel di Bali selama pandemi baru sekitar 20 persen. Saat ini terlihat tingkat hunian sudah mencapai kisaran 70 persen. Selain itu, setidaknya 80 persen tenaga kerja yang PHK di sektor pariwisata juga sudah kembali bekerja.

“Kami berharap KTT G20 dapat merumuskan beberapa pedoman penting dan membantu isu-isu terkait pembangunan manusia dan budaya di Indonesia,” kata Nyoman. [ns/ah]

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
Back to top button