Menengok sejarah TNI Angkatan Udara melalui Koleksi Muspusdirla - WisataHits
Yogyakarta

Menengok sejarah TNI Angkatan Udara melalui Koleksi Muspusdirla

Menengok sejarah TNI Angkatan Udara melalui Koleksi Muspusdirla

Yogyakarta, IDM- Langit Yogyakarta sangat cerah saat ini Majalah Pertahanan Indonesia mengunjungi Museum Pusat Angkatan Udara (Muspusdirla) Mandala beberapa waktu lalu. Keseruan menjelajahi isi bangunan bersejarah itu menyeruak saat melihat sejumlah pesawat vintage ukuran penuh terparkir di halaman museum.

Terletak di sekitar Pangkalan Udara Adisutjipto (Lanud) di Yogyakarta, museum ini cukup mudah diakses. Pengunjung bisa masuk dari pintu selatan Lanud di Jalan Raya Janthi, atau sering disebut Pintu Janthi. Ada penjaga di pintu gerbang yang akan meminta pengunjung menukarkan KTP dengan kartu akses masuk ke lapangan terbang.

Setelah mengakses bandara, pengunjung harus berjalan kaki kurang lebih satu kilometer untuk mencapai Muspusdirla. Sesampai di sana, pengunjung hanya perlu merogoh kocek Rp6.000 untuk menikmati sejarah yang disajikan museum mulai pukul 08.30 hingga 15.00 WIB.

museumTampak depan ekor pesawat Dakota VT-CLA disertai foto seorang perwira TNI Angkatan Udara yang gugur dalam menjalankan tugas. (Dokumen IDM)

Bukan hanya satu atau dua, tapi hingga 20 pesawat vintage ukuran penuh mewarnai halaman museum. Beberapa Ironbird yang berjajar di sana adalah pesawat Cessna 401, Sky Hawk, dan Branco OV-10. Pesawat terbaru yang juga diparkir di halaman museum adalah pesawat N250 Gatotkaca, pesawat pertama yang diproduksi oleh Presiden ke-3 Republik Indonesia, BJ Habibie.

Kepala Muspurdirla Kolonel Sus Yuto Nugroho mengatakan, museum yang digagas TNI AU itu sebenarnya berisi koleksi sejarah yang sebagian besar merupakan pesawat terbang yang melayani NKRI.

Yuto mengatakan, khusus untuk koleksi pesawat original full size, Muspusdirla membawahi 61 pesawat. Ia mengungkapkan, beberapa pesawat tersebut merupakan peninggalan dari negara-negara yang pernah menjajah Indonesia, yang kemudian digunakan untuk melakukan misi operasional. Akhirnya diputuskan untuk menonaktifkan pesawat tua dan berlabuh di Muspusdirla.

“21 pesawat ada di depan museum, 40 (pesawat) ada di dalam museum,” kata Yuto.

Muspusdirla tidak hanya mengoleksi pesawat terbang, tetapi juga memiliki ribuan koleksi lainnya yang terdiri dari miniatur pesawat dari berbagai negara, diorama, foto, lukisan dan upeti. Semua koleksi tertata jelas sesuai kronologi kejadian.

Selain itu, di ruang utama saat memasuki Muspusdirla, terdapat foto yang disertai dengan cerita sejarah terbentuknya TNI AU. Ada juga makna dibalik lambang TNI AU. Selain itu, masih di ruangan yang sama, ada barisan foto Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) dari waktu ke waktu dimulai dari Marsekal TNI (Purn.) Soerjadi Soerjadarma hingga Marsekal TNI (Purn.) Yuyu Sutisna. Dengan pemaparan informasi ini, Yuto pun berharap setiap orang yang berkunjung ke Muspusdirla dapat memahami upaya panjang TNI AU dalam menjaga keutuhan NKRI.

museumEkor pesawat Dakota VT-CLA menjadi salah satu ikon koleksi Muspusdirla Yogyakarta. (Dokumen IDM)

Replika Tail VT-CLA Dakota

Dari semua barang yang dipamerkan di Muspusdirla, ada satu koleksi yang menarik perhatian. Itu adalah replika ekor pesawat Dakota VT-CLA. Dengan kisah heroik di balik inisiasi Hari Bakti TNI AU, menarik untuk terus menelusuri bagian belakang pesawat.

Mengutip informasi dari Muspusdirla, peristiwa nahas terjadi pada 29 Juli 1947 di pesawat Dakota VT-CLA. Pesawat tersebut awalnya disewa oleh pemerintah Indonesia untuk mengangkut obat-obatan yang disumbangkan oleh Palang Merah Malaysia ke Palang Merah Indonesia.

Sesaat sebelum mendarat di Pangkalan Udara Maguwo di Yogyakarta, pesawat tiba-tiba diserang oleh dua pesawat Kittyhawks Belanda. Pesawat Dakota yang saat itu tidak bersenjata terbakar dan jatuh menjadi dua di sebuah sawah di Kabupaten Bantul.

Seluruh ABK meninggal dunia dan hanya satu penumpang yang selamat yaitu A. Gani Handonotjokro. Di antara korban yang meninggal adalah Komodor Udara Adisutjipto, Komodor Muda Abdulrachman Saleh dan Perwira Muda Adisoemarmo. Ketiganya dianggap sebagai pelopor TNI Angkatan Udara yang tetap kokoh hingga saat ini.

Meski merupakan replika, kata Yuto, bagian ekor pesawat Dakota VT-CLA yang kini berada di Muspusdirla berisi beberapa bagian asli dari pesawat yang jatuh tadi. Ia mengatakan, bagian aslinya terletak di ujung buritan ekor pesawat. Yuto mengatakan, meski hanya memiliki sedikit bagian asli, diputuskan untuk membuat replika untuk membentuk ekor pesawat.

museumPengunjung melihat-lihat koleksi pesawat di Muspusdirla Yogyakarta. (Dokumen IDM)

Yuto mengatakan, meski bagian replika lebih besar, namun bagian ekor pesawat dibuat semirip mungkin dengan versi aslinya. Menurutnya, informasi mengenai bentuk Dakota VT-CLA disesuaikan dengan jenis pesawat yang digunakan pada tahun 1947. Informasi tambahan yang juga memperkuat bentuk replika juga didapat dari seorang penyintas tragedi tersebut.

Membaca: Pesawat pemberian Rusia menandai lahirnya Skuadron Udara ke-17

“Dakota VT-CLA sama dengan yang jatuh dan terbelah dua, bukan hanya satu. Jadi sesuaikan, dan tentunya berdasarkan pernyataan Pak Gani. Jadi ini bagian dari tengah sampai akhir untuk mengenang kejadian itu,” kata Yuto.

Yuto mengatakan Muspusdirla merupakan destinasi wisata yang lengkap. Karena selain menyajikan cerita masa lampau, museum ini juga dilengkapi dengan fasilitas yang mumpuni. Taman yang luas dan santai, kantin, jam buka yang panjang, harga tiket yang terjangkau serta akses yang mudah membuat pengunjung betah menghabiskan banyak waktu di Muspusdirla. (AS)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button