Menelusuri sejarah Patambon Cimanggung Sumedang ternyata menjadi titik temu - WisataHits
Jawa Barat

Menelusuri sejarah Patambon Cimanggung Sumedang ternyata menjadi titik temu

INISUMEDANG.COM – Menelusuri jejak dan sejarah jaman dahulu memang menjadi perbincangan hangat, meski waktu telah mengikisnya. Selain itu, Mystics and Horrors berbicara seolah-olah orang penasaran untuk membacanya.

Salah satu tempat yang menarik untuk disimak adalah kisah Patamhon yang terletak di kaki Gunung Kareumbi, Desa Cimanggung, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang.

Konon sejarah penamaan Patambon berkaitan dengan nama Patamon (tanpa huruf B), yang artinya tempat pertemuan.

Menurut salah satu tokoh masyarakat Cimanggung, Osid Rosyidin, sejumlah tokoh masyarakat di Cimanggung menyebutnya Patamon (tanpa huruf b), yang mirip dengan Patemon atau (tempat pertemuan) dalam bahasa Sunda.

Konon tempat ini menjadi tempat peristirahatan rombongan Pangeran Kornel, Bupati Sumedang pada tahun 1791-1828 ketika mereka selesai berburu di pegunungan Kareumbi.

Tempat ini juga menjadi tempat pertemuan para prajurit Pajajaran pada masa Kerajaan Padjajaran (Sunda). Bagi yang percaya, situs ini masih angker sampai sekarang, dan sering merasuki para pendaki atau pelajar yang berkemah di sini.

“Seringkali ada orang yang kesurupan. Terutama mereka yang ‘Nyonya Yuni’ atau suka melamun. Ada juga orang yang melihat kereta emas turun di titik ini,” katanya.

Sebenarnya, dunia angker Patambon membuat pecinta alam dari Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung penasaran.

Sebut saja Nasev (35). Menurutnya, kisah angker Patambon sudah sampai ke telinga pecinta alam di Kabupaten Bandung. Hingga ia berangkat ke Patambon pada tahun 2020 untuk bermalam.

“Ya, saya sering mendengar desas-desus keras di komunitas PA yang angker. Kami mencoba untuk tinggal di sana 3 orang. Tapi alhamdulillah tidak terjadi apa-apa. Tapi, kalau takut, pasti ada nama di hutan,” katanya.

Nasev mencoba bermeditasi dan mendengar seorang wanita menangis. Namun, tidak butuh waktu lama untuk suara tangisan itu menghilang dan berubah menjadi keheningan malam.

“Dia mengatakan bahwa para siswa yang suka berkemah di sini dan suka mendengar wanita menangis, tiba-tiba menjadi kesurupan. Menurut saya itu hanya saran saja karena dari mulut ke mulut orang semakin besar bahkan dari A ke B,” katanya.

Seperti diketahui, wilayah Pattambon milik BKSDA Provinsi Jawa Barat. Lahan seluas kurang lebih dua hektar ini berada di bawah pengelolaan Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Di sebelah timur terdapat sungai jernih bernama Sungai Cilalay yang mudah diakses. Cukup banyak warga sekitar dan peminat olahraga outdoor yang berkemah di lokasi ini.

Perjalanan menuju tempat ini dihiasi dengan persawahan di kedua sisi jalan. Beberapa di antaranya adalah Kebun Palawija dan Rumpun Bambu.

Tanah datar terbuka dengan lokasi hanya 30 menit jalan kaki dari pemukiman terakhir di Desa Batu Nangtung, Desa Cimanggung.

“Ini merupakan potensi warga Cimanggung dan harus dijaga kelestariannya. Semoga Pattambon menjadi taman hutan rakyat atau wisata alam di masa depan,” ujarnya.

Source: inisumedang.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button