Menelusuri harta karun Tanah Istimewa melalui pintu gerbang Jawa - WisataHits
Yogyakarta

Menelusuri harta karun Tanah Istimewa melalui pintu gerbang Jawa

Menelusuri harta karun Tanah Istimewa melalui pintu gerbang Jawa

Krjogja.com – YOGYA – Lalu lintas manusia dan kesibukan pagi menjadi pertanda hari telah dimulai. Langit pagi Denpasar dan Jakarta menjadi saksi bisu keberangkatan pesawat menuju kota budaya Yogyakarta. Berjalan kaki dari Kulon Progo menuju Sleman, terlihat jelas bahwa Yogyakarta menunjukkan pergerakan yang signifikan sejak merebaknya pandemi Covid-19.

Akhir pekan di kota ini selalu identik dengan kehadiran armada besar yang membawa rombongan traveller ke berbagai destinasi. Yogyakarta memang istimewa, terbukti banyak orang kembali dengan intensitas tinggi. Keistimewaan Yogyakarta adalah pengaturan yang baik bagi Ambarrukmo untuk sekali lagi menjadi tuan rumah tur media tahunan yang disebut The Gateway of Java. Selain berkolaborasi dengan Key Opinion Leader (KOL) dari Pulau Dewata dan Ibukota, integrasi KOL asli dari Yogyakarta ini juga menjadi salah satu terobosan terbaru di tahun 2022.

Sepuluh karakter yang dipilih adalah Bisma Karisma (@bismakarisma), Nyimas Laula (@Nyimaslaula), Putri Anindya (@Puanindya), Sarah Azka (@sarahazka), Lystia Novilda (@Lystianvld), Anggertimur (@anggertimur), Aqil Aviv (@ aqilaviv), Wimbo Prakoso (@Wimboprakoso), Naufal Huda (@Naufalhuda) dan David Dwi Praharsa (@depepedia).

Mengikuti filosofi Jawa “Urip Iku Urup”, yang menyatakan bahwa orang yang hidup harus menjadi “api” satu sama lain, agenda ini dibuat. Visi dan misi dari perjalanan media ini adalah untuk menghidupkan kembali pariwisata Yogyakarta yang telah musnah akibat pandemi. Paket wisata ini sudah termasuk wisata lokal yang menonjolkan keindahan alam dan budaya dengan tetap memasukkan nilai sejarah ke dalam perjalanan yang berlangsung selama 4 hari 3 malam.

Gerbang Jawa Kaping #3 dimulai dengan memasuki salah satu hotel bintang 5 paling bersejarah di Indonesia, Royal Ambarrukmo. Kegiatan ala Kraton yang esensial yaitu makan malam ala Patehan, Jemparingan dan Ladosan Dhahar disajikan dengan penuh makna. Menariknya, menu Ladosan Dhahar yang disajikan sangat eksklusif dan mencakup sepuluh menu favorit para raja dari masa Sri Sultan Hamengkubuwono VII hingga IX.

Memang, menelusuri sejarah Yogyakarta tidak ada habisnya, banyak peristiwa penting terjadi yang akhirnya menciptakan identitas budaya lokal. Menelusuri sejarah kawasan istimewa ini dimulai dengan mengunjungi kompleks candi tertinggi, Candi Ijo. Dibangun sekitar pertengahan abad ke-9, situs warisan ini memiliki daya tarik yang luar biasa.

Berada di ketinggian 410 meter di atas permukaan laut, mata KOL disuguhi indahnya langit sunset sore ini. Ambarrukmo bekerja sama dengan Badan Pelestarian Cagar Budaya DIY (BPCB) untuk memberikan KOL informasi yang valid tentang seluk-beluk candi. Dikenal sebagai kota budaya, Yogyakarta memiliki masyarakat yang multikultural. Usai mempelajari sejarah agama Hindu, KOL bertemu dengan komunitas Jogja Walking Tour (@jogjawalkingtour).

Mereka menginisiasi penelitian warisan budaya Kampung Ketandan atau sering disebut Kampung Pecinan, pemukiman masyarakat Tionghoa sejak zaman Belanda. Akulturasi budaya Tionghoa, Jawa, dan kolonial sangat terlihat pada gaya arsitektur desa ini. KOL melanjutkan wisata sejarah dan pindah ke Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Dibantu oleh beberapa abdi dalem, KOL mendapat penjelasan padat yang kaya akan ilmu.

Alam semesta tampaknya mendukung penjelajahan Gerbang Jawa hari itu. Udara yang sejuk dan langit yang sedikit mendung seakan mengajak para KOL untuk menikmati minuman khas yang hangat dan penuh bumbu.

Sendang Ayu namanya, minuman yang ada di Pasar Ngasem. Bu Mar, salah satu penjual Sendang Ayu, terlihat menyeduh dengan tangan yang lincah. Jeruk, jahe, serai, cengkeh, kapulaga dicampur dengan baik dengan permen batu dalam mangkuk. Seorang pelanggan mengatakan bahwa wedang ini dikatakan memiliki potensi yang tinggi dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Setelah meninggalkan Pasar Ngasem, KOL menyusuri lorong-lorong Kraton Kepanewon menuju Kopi Tadasih. Sebuah racikan kopi yang dibuat langsung oleh pemilik Ferza. Berbagai jenis biji kopi tersedia seperti Mekarwangi, Tabe Burka hingga Apem tradisional dengan cita rasa otentik yang dijual di Kopi Tadasih.

Agenda kunjungan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan masyarakat DIY menjadi salah satu pilar utama The Gateway of Java. Ambarrukmo tidak hanya berguna untuk mengenal ekosistem yang sudah ada, tetapi juga membuka peluang kolaborasi sebanyak mungkin. Di bidang kuliner lainnya, tahun ini The Gateway of Java juga berkolaborasi dengan Bhumi Bhuvana (@bhumibhuvana) dan Thiwul Ayu Mbok Sum dalam agenda makan siang yang menghadirkan dua pengalaman berbeda kepada KOL. Bhumi Bhuvana mengusung konsep fine experience yang diciptakan oleh Bukhi Prima Putri, sang pemilik.

KOL diundang untuk makan siang di “meja ajaib”, sebagaimana pelanggan Bhumi Bhuvana memanggil meja tempat mereka makan, disela oleh obrolan ringan. Mbak Bukhi menyiapkan menu kejutan untuk setiap pelanggan yang datang. Dia akan melakukan pekerjaan yang luar biasa menangani bahan makanan di pasar pagi itu, dari anggur laut hingga yoghurt yang tersedia di sana. Di sisi lain, makan siang di Thiwul Ayu Mbok Sum juga tidak boleh dilewatkan. Di lokasi legendaris ini, KOL diajak melihat langsung pembuatan Tiwul. Proses pembuatannya masih sangat tradisional yaitu menggunakan kayu bakar untuk mengukus Tiwul.

Kuliner Yogyakarta semakin berkembang di tengah masyarakat yang multikultural. Sebaran tempat kuliner di kota ini cukup masif. Menurut data Bappeda Provinsi Yogyakarta, jumlah rumah makan dan rumah makan yang terdaftar pada tahun 2022 sekitar 1.500 unit. Jelas, angka ini menunjukkan bahwa dunia kuliner sangat beragam. Eksplorasi kuliner di The Gateway of Java berlanjut dengan memperkenalkan KOL di lokasi utara, Suara Dewandaru. Terletak di kaki Gunung Merapi, kafe ini mengusung konsep listening room dengan puluhan koleksi vinyl dan kaset vintage milik Lana Pranaya, pemilik Suara Dewandaru. Pengunjung disuguhi suasana sejuk Cangkringan dan alunan musik dari piringan hitam yang diputar di meja putar. Kreasi Ambarrukmo di The Gateway of Java tahun ini memang lebih luas dari event sebelumnya.

Ambarrukmo tidak berhenti di Suara Dewandaru, melainkan berkolaborasi dengan pecinta kuliner Jakarta Iqbal Rachmat dan mixologist Retno Redwindsock. Perpaduan menu gabungan antara Chef Eko (Ambarrukmo) dan Iqbal Rachmat menghasilkan tujuh hidangan dari appetizer hingga dessert. Sementara itu, Retno menyajikan tiga minuman spektakuler dengan bahan baku seperti jahe merah, pakcoy, dan banyak bahan tradisional.Pemandangan Yogyakarta tak luput dari rangkaian perjalanan ke The Gateway of Java. Imogiri menjadi target yang dipilih untuk dijelajahi.

Terletak di Sungai Oyo, KOL mengajak Anda untuk mendaki dan menikmati keindahan alam Sriharjo. Sungai Oyo diapit oleh perbukitan karst dengan vegetasi yang cukup lebat. Kegiatan masyarakat desa setempat sangat beragam, selain bertani, beberapa diantaranya menghasilkan arang. Yang spesial pada program trekking kali ini adalah momen brunch di tepi sungai. KOL disuguhi pasta olahan yang dimasak langsung oleh tim di Depot Mie 88 (@depotmie88). Tekstur mie yang kenyal dipadu dengan topping ayam charsiu, siomay tipis yang renyah dan minyak cabai seakan menjadi obat penat dalam perjalanan. Selain pemandangannya, Imogiri memiliki berbagai potensi, salah satunya Kampung Batik Giriloyo. Pemberdayaan masyarakat melalui industri tie dye inilah yang menarik untuk dikaji.

Sejarahnya menunjukkan bahwa kegiatan membatik terjadi di desa ini sekitar abad 17. KOL menghadiri workshop membatik di rumah Ibu Imaroh, pemilik Batik Sri Kuncoro. Dari sikap canting yang benar hingga menggaruk malam di kain, Bu Imaroh mengajari saya dengan cermat. Berbarengan dengan The Gateway of Java adalah festival seni tahunan ARTJOG. Sebagai destinasi terakhir dalam rangkaian perjalanan, ARTJOG yang berlokasi di Jogja National Museum (JNM) ini menjadi sweet ending. KOL melihat karya 61 seniman Indonesia dipajang di lantai satu sampai tiga.

Selain menjelajahi Yogyakarta, Ambarrukmo menawarkan keramahan yang maksimal untuk membuat KOL merasa nyaman di semua kompleks hotel, Royal Ambarrukmo, Grand Ambarrukmo dan PORTA by The Ambarrukmo. Perjalanan media dari The Gateway of Java ini menjadi program tahunan Ambarrukmo, dengan komposisi KOL dan tujuan yang selalu berbeda di setiap pelaksanaannya.

Source: www.krjogja.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button