Melihat Keunikan Kampung Batik Kauman di Solo, Dulunya Permukiman Abdi Dalem
Kampung Batik Kauman Solo. © Liputan YouTube/SCTV
Merdeka.com – Solo terkenal dengan kerajinan tangan bahan pewarna dasimiliknya. Ada dua desa yang menjadi sentra batik, satu di Laweyan, satu lagi di Kauman.
Berjalan melalui desa pewarna dasi Anda ingin menjelajahi perjalanan waktu. Ada beberapa rumah yang menampilkan perpaduan unik gaya arsitektur kolonial Jawa, Joglo dan Limasan.
Berbeda dengan Kampung Batik Laweyan, lokasi Kampung Batik Kauman dinilai lebih strategis. Juga, tidak jauh dari Keraton Surakarta, Masjid Agung dan Pasar Klewer.
Lalu apa serunya jalan-jalan sempit di Kampung Batik Kauman Solo? Berikut ini lebih lanjut:
2 dari 4 halaman
Pesona batik warna warni
© Liputan YouTube/SCTV
Menyusuri jalanan sempit Kampung Batik Kauman, mata pengunjung akan disuguhi kain batik warna-warni yang dijual di butik. Bukan hanya tempat menjual batik, tapi juga bisa dikunjungi oleh pengunjung ruang pamer Batik, rumah batik, praktek batik dan lain-lain.
Harga batik ini bervariasi, mulai dari puluhan ribu hingga jutaan rupiah. Selain berbelanja, pengunjung juga bisa melihat langsung proses tie-dyeing dan mencoba sendiri bagaimana rasanya membuat tie-dye.
“Mereka ada di Kampung Batik Kauman ruang pamer ruang pamer lokakarya menawarkan. Jadi Anda membeli batik, tetapi Anda juga bisa melihat proses pembuatannya. Ada juga yang mencoba membuat batik sendiri. Itu menjadi nilai tambah di desa kami,” kata Gunawan Setiawan, salah satu pengusaha batik Kampung Kauman, seperti dikutip ANTARA.
3 dari 4 halaman
Sejarah Kampung Batik Kauman
© Liputan YouTube/SCTV
Kauman telah menjadi desa batik sejak tahun 2006. Pada zaman dahulu, desa ini merupakan pemukiman para abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta.
Namun sebenarnya tradisi membatik sudah ada di desa ini sejak zaman dahulu, tepatnya pada masa Raja Pakubuwono III ketika membangun Masjid Agung Solo dari tahun 1763 hingga 1788. Tak heran, desa tersebut menjadi desa tertua di Solo, setelah sempat mengalami kejayaan bisnis tie-dye dan penyebaran agama Islam di Kota Solo.
“Saat itu industri tie dye sedang booming di Solo. Upaya ini sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat Surakarta sendiri. Buktinya, rumah batik harus ada di setiap desa di Surakarta. Jadi tidak hanya di Kauman saja,” kata Muhammad Soim, pengurus Himpunan Kampung Batik Kauman.
4 dari 4 halaman
Inovasi Modern Kampung Batik
© Liputan YouTube/SCTV
Pada Sabtu (1 Oktober) Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah berkesempatan mengunjungi kampung batik Kauman. Dari suasana yang terpancar, Ganjar membayangkan jika bangunan di sana dicat dengan motif tie-dye, akan menambah daya tarik wisata bagi banyak orang.
“Kalau mau jadi destinasi, harus melakukan berbagai inovasi. Makanan disajikan, ada kopi, dan pembeli tie-dye dapat menuju ke kafe terlebih dahulu. Jadi ini adalah titik pertemuan yang menarik. Kalau menurut saya sih tinggal pengorganisasian saja supaya orang-orang berbondong-bondong ke sini,” kata Ganjar, dikutip dari Jatengprov.go.id.
[shr]
Source: www.merdeka.com