Makan masakan sagu di Lingga, masakan khas yang mulai hilang - WisataHits
Jawa Tengah

Makan masakan sagu di Lingga, masakan khas yang mulai hilang

Makan masakan sagu di Lingga, masakan khas yang mulai hilang

TEMPO.CO, lingga Kabupaten Lingga di Kepulauan Riau memiliki makanan khas melayu yang berbahan utama sagu. Makanan ini konon sudah ada sejak zaman kerajaan Riau-Lingga (Melayu).

Berburu makanan sagu di Lingga bisa menjadi pilihan saat berlibur di daerah yang dikenal sebagai “ibu negeri Melayu” ini. Kabupaten Lingga memang merupakan salah satu daerah di Kepulauan Riau yang terdapat perusahaan produksi dan pengolahan sagu.

Namun tidak semua rumah makan di Lingga menyediakan menu sagu. Bahkan konon makanan sagu di lingga itu berangsur-angsur menghilang.

Salah satu kawasan yang masih melestarikan kuliner ini adalah destinasi wisata Taman Tanjung Buton. Destinasi ini menawarkan pemandangan laut dan Gunung Daik Lingga yang memukau. Pemandangan semakin indah saat pengunjung menyantap makanan sagu.

Berbagai jenis makanan sagu di lingga

Jangan lupa untuk mencoba makanan sagu saat mampir ke Lingga. Karena makanan yang satu ini jarang ditemui di daerah lain.

Kawasan Tanjung Buton Lingga merupakan tempat warga menjual makanan sagu. Tempo/Yogi Eka Sahputra

Ada dua menu sagu di bagian ini yaitu gubal sagu dan lempengan sagu. Satu porsi makanan sagu harganya Rp 20.000. Padahal, ada dua makanan lain yang berbahan dasar sagu di lingga, yakni bubur lambok dan bubur purun.

Kedua makanan tersebut memiliki perbedaan dalam pembentukannya. Gubal sagu berbentuk nasi putih biasa. Piring sagu, sebaliknya, berbentuk roti pizza.

“Bahan dasarnya sama, sagu basah dan kelapa,” kata Ayu, penjual sagu terdata, Desember lalu.

Menyantap babi sagu terasa lebih nikmat jika dicampur dengan gulai ikan yang sudah disiapkan. Ikan yang dimasak adalah ikan pari dan ikan tamban.

Sagu ini rasanya tidak terlalu manis. Selain itu, sagu membuat Anda cepat kenyang.

“Kami beli sagu (lingga) di sini, satu kilogram sagu di sini harganya Rp 5.000,” kata Ayu.

Dikejar turis Malaysia

Tak hanya dinikmati oleh wisatawan lokal dan lokal, makanan sagu di Tanjung Buton juga menjadi tujuan wisatawan asal Malaysia. Ayu mengatakan, saat wisatawan Malaysia ke Tanjung Buton pasti akan memesan makanan sagu.

“Sebenarnya makanannya di sini (Melayu),” kata Ayu.

Bobi Bani, pengunjung Taman Tanjung Buton yang juga hobi makan sagu mengaku penasaran dengan makanan yang satu ini. Akhirnya dia mencoba makan makanan khas melayu.

“Saya makan gubal sagu rasanya enak, apalagi kalau dicampur gulai ikan,” kata Bobi.

Menurut website Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kabupaten Lingga memiliki potensi perkebunan sagu seluas sekitar 2.700 hektar. Tanaman yang tumbuh secara alami sejak zaman Kerajaan Riau Lingga ini tersebar di 12 desa dengan total sekitar 140 unit pengolahan. Total produksi Lingga-Sago saat ini sekitar 7.898 ton per tahun. Sistem pengolahannya masih sangat tradisional sehingga mutu, kualitas dan kuantitas produksinya belum optimal.

Baca juga: Pesona pemandangan pantai Daik Lingga di Kepulauan Riau

Selalu update informasi terbaru. Lihat berita terkini dan berita unggulan dari Tempo.co di kanal Telegram Tempo.co Update. klik https://t.me/tempodotcoupdate bergabung. Anda harus menginstal aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button