Mahasiswa Telekom University unjuk budaya di Urban Village D'Fest 2022 - WisataHits
Jawa Barat

Mahasiswa Telekom University unjuk budaya di Urban Village D’Fest 2022

Mahasiswa Telekom University unjuk budaya di Urban Village D’Fest 2022

Jakarta: Mahasiswa Ilmu Komunikasi Telkom University telah menyelesaikan program tahunan Urban Village D’Fest 2022. Urban Village merupakan kegiatan Spesialisasi Komunikasi Pemasaran otentik yang mendongkrak potensi delapan desa wisata di Jawa Barat. Salah satunya, Desa Apik’Uncang. Kegiatan ini dilakukan sebagai wujud mewakili Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung.

Salah satu budaya yang berbeda dari yang lain adalah Bangkok Reang. Alat musik ini merupakan alat musik tradisional yang terbuat dari bambu dan Reang Bangkok dianggap oleh masyarakat desa sebagai kearifan lokal yang sangat unik karena tidak ditemukan di mana-mana. Budaya ini berasal dari kebiasaan sehari-hari warga Desa Lebak Muncang.

“Nama Bangkok Reang sendiri memiliki dua arti yaitu Bangkok dan Reang. Bangkong sendiri artinya kodok sedangkan reang artinya suara banyak orang atau binatang, namun yang menjadi fokus dari bunyi reang kodok adalah suara hewan yang saling memanggil. Singkat kata, alat musik ini meniru suara kodok yang berusaha menjadi media hiburan, dan fungsi utamanya adalah untuk mengusir hama,” ujar Martina Kusuma, Project Manager Desa Apik’Uncang.

Apa pendapat Anda tentang artikel ini?

Desa Apik’Uncang mengenal potensi budaya Bangkok Reang dari Desa Lebakmuncang memiliki peluang besar untuk memperkenalkannya kepada pengunjung melalui acara Urban Village D’Fest. Pada acara ini, mereka berinisiatif memodifikasinya dengan cara yang unik dengan memperkenalkan potensi budaya Bangkok Reang melalui booth dan performance.

“Konsep boothnya adalah APIK ‘Pemandangan Indah Kahuripan Indah’ dimana konsep ini kami gunakan untuk membuat pengunjung merasa nyaman, ditambah dengan kualitas multi-indera, aroma teh, suara air dan juga musik yang membuat suasana menjadi lebih baik. keren,” kata Ananda Nurul, penanggung jawab dekorasi stan Desa Apik’Uncang.

Konsep APIK sangat relevan dengan potensi budaya Bangkok Reang, yaitu langkah mereka untuk memperkenalkan alat musik Bangkok Reang kepada masyarakat di berbagai kalangan.

“Pengunjung diinstruksikan untuk memainkan permainan pertama yaitu Bangkok Reang Puzzle, dilanjutkan dengan permainan kedua setelah mengetahui gambar atau bentuknya, dilanjutkan dengan pengenalan suara Bangkok Reang yaitu dengan permainan suara halus, dimana dijelaskan cara memainkannya dan pengunjung bisa merasakan langsung bagaimana rasanya memegang alat musik. Selain itu, ada musik di dalam kabin yang sudah dimodernisasi dengan alat musik seperti gitar,” ujarnya.

Sedangkan konsep penampilan juga telah disesuaikan dengan konsep booth yang tetap menonjolkan potensi budaya Bangkong Reang yaitu judul “Mimpi Sejuta Raka” tentang persahabatan, cinta dan perjuangan pemuda desa yang ambisius dalam mewujudkan mimpinya, Bangkong Reang untuk mengenalkan dan membawa alat musik tradisional ke kota dimana masyarakat kota atau orang luar desa tidak mengetahui keberadaan alat musik tradisional tersebut.

“Cerita ini dibuat oleh beberapa orang dalam tim penulis yang ingin membuat dan menyajikan cerita yang mudah dan menghibur bagi penonton, dan tentunya kami pandai menyampaikan pesan kami,” ujar Naufal Widaad, performance director Apik’ Uncang.

“Hal ini dilakukan karena kami ingin penonton dapat dengan mudah memahami dan memahami cerita yang disampaikan tanpa bingung sehingga mereka dapat menikmati pertunjukan drama musikal yang ditampilkan,” tambah Naufal.

Penonton terkagum-kagum saat penampilan drama musikal Apik’Uncang berlangsung. Lewat tema persahabatan, cinta, dan perjuangan pemuda desa, Apik’Uncang mampu membuat penonton ikut merasakan emosi para aktor dan alurnya.

“Kami menulis cerita yang menyimpang dari keinginan kami untuk memperkenalkan Bangkong Reang kepada khalayak luas, namun dengan tampilan dan kemasan yang kekinian dan kekinian. tentang dengan penonton. Maka kami mengambil cerita tentang seorang pemuda desa yang ingin menjadi seorang musisi terkenal dengan alat musik Bangkok favoritnya, dan cerita ini kami bungkus menjadi sebuah drama musikal dengan pilihan lagu yang akan sering didengarkan oleh penonton dan menurut alur cerita yang disajikan”, ujarnya.

(ROS)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button