Mahasiswa inbound belajar budaya di KBP | Berita Malang hari ini | Malang Posco Media
MALANG POSCO MEDIA, MALANG- Puluhan mahasiswa baru dari Program Pertukaran Mahasiswa Mandiri (PMM) 2 ITN Malang mengunjungi Kampung Budaya Polowijen (KBP). Banyak potensi seni budaya yang bisa dipelajari siswa di sana.
Kampung budaya ini terletak di Kecamatan Polowijen, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. Ini berbeda dari desa budaya tematik lainnya. Salah satu keunikan KBP, kebanyakan dihiasi dengan bambu. Ini salah satu daya tariknya.
Mahasiswa inbound ITN Malang tidak hanya menikmati arsitektur KBP saja. Dalam kunjungannya pada 12 Maret lalu, juga dibahas perencanaan dan desain bangunan.
Ki Demang, penggagas KBP, mengatakan membangun desa budaya tidak hanya bergantung pada penggiat seni dan budaya. Tapi harus melibatkan banyak pihak. Salah satunya di bidang teknik. Penataan arsitektur, model, desain, teknologi, dan lingkungan sangat diperlukan untuk membuat tempat dan destinasi wisata menjadi lebih indah dan sesuai dengan karakteristik desa dan masyarakatnya, katanya.
orang Irlandia Maranatha Wijayaningtyas, ST, MMT, PhD, IPU, Pembimbing Modul Nusantara PMM ITN Malang mengaku tertarik dengan konsep KBP. Ia mengundang 28 mahasiswa PMM dari berbagai universitas. Di antaranya dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, NTT, Maluku, dan Papua.
Mereka berdialog tentang budaya yang mempengaruhi gaya model desain KBP. “Agar KBP menjadi kampung bertema budaya dan satu-satunya kampung budaya di Kota Malang dengan bangunan terunik penyangga bambu bernuansa tradisional,” jelas Maranatha.
Diakui Maranatha, ini kali pertama ITN Malang memperkenalkan seni budaya tradisional kepada mahasiswa baru di KBP. “Pengabdian masyarakat di desa ini bisa dilakukan sambil mengembangkan pariwisata dari aspek teknis bangunan arsitektural dan ekologis,” ujarnya.
Antusiasme dan keceriaan terlihat di kalangan mahasiswa PMM ITN Malang. Salah satunya adalah Taufik Sofian Hadi, mahasiswi Universitas Hamzanwadi, Lombok Timur. Ia senang mengunjungi KBP. Di sini ia belajar banyak keterampilan menari yang didapatnya di KBP. “Selama kita berkumpul, baru kali ini kita menampilkan berbagai tarian yang kita semua punya, dan seluruh penonton menikmatinya,” katanya.
Sama halnya dengan Delta Purnama Sari, mahasiswi Universitas Bengkulu, Sumatera. Delta mengaku baru pertama kali melihat desa budaya yang sangat menjunjung tinggi adat dan tradisi seni. “Dimana saya belum pernah menemukan desa model seperti ini, dan ini takdir yang bisa kita adopsi,” ujarnya.
Acara kemudian dilanjutkan dengan kunjungan ke situs Ken Dedes dan makam Mbah Reni Empu Topeng Malang. Di situs Ken Dedes, kata Ketua Pokdarwis KBP Siti Juwariayah, terdapat benda Watu Kenong dan Watu Dakon yang telah ditetapkan sebagai benda cagar budaya.
Selain itu, di balik kubah kompleks Ken Dedes juga terdapat bangunan yang diyakini sebagai Mandala Empu Purwa yang masih tertimbun tanah. “Sampai saat ini belum digali oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan yang kini berganti nama menjadi Balai Pelestarian Budaya Jawa Timur,” ujarnya. (dalam/udi)
Source: news.google.com