Lihat sejarah perkembangan kota Surabaya di pameran ini hingga 19 September
Sejak akhir pekan lalu, Surabaya City Square, tepat di basement Kompleks Balai Pemuda, menjadi lokasi pameran foto bertajuk Surabaya Lintas Masa. Kolaborasi antara Kota Surabaya, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga (Unair) dan komunitas sejarah seperti Begandring Soerabia dan Roodebrug Soerabia memamerkan berbagai foto, peta, dan koleksi langka yang dapat digunakan pengunjung untuk melihat sejarah perkembangan kota pahlawan.
Pameran yang digelar pada 3-19 September 2022 itu diresmikan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi akhir pekan lalu dan sangat antusias dengan acara Surabaya Lintas Masa. Menurut dia, pameran foto koleksi tahun 1600 hingga 1950 yang juga dikenal sebagai Republik Indonesia Pasca Kemerdekaan ini, bisa menjadi momen yang tepat bagi generasi muda untuk mengenal Kota Pahlawan lebih jauh.
“Sehingga dengan adanya pameran foto ini dapat menjadi media pembelajaran yang dapat digunakan di sekolah nasional kedepannya. Oleh karena itu, ke depan juga akan diterapkan di SD dan SMP, agar anak-anak Surabaya tahu dari mana asalnya,” kata Eri Cahyadi, dikutip dari Surabaya.go.id (9/3/2022).
Dari sekian banyak objek yang dipajang, ada satu foto yang paling menarik perhatian orang terpenting di kota Surabaya ini. Salah satunya adalah potret kota tua, yang menampilkan suasana di Jalan Cokelat dan Jalan Panggung di masa lalu, dan tentunya masyarakat sejarah sangat mengetahui cerita sejarah di balik berbagai jalan dan bangunan di kawasan ini. Oleh karena itu, Eri memiliki agenda untuk mendorong Kementerian Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga dan Pariwisata Kota Pahlawan untuk menyediakan wadah bagi komunitas sejarah untuk menjadi pemandu wisata untuk membantu pengunjung memahami berbagai cerita di tempat-tempat tersebut untuk memahami.
Seperti dilansir Unair.ac.id (9/3/2022), proses kurasi foto, peta dan litograf yang dipamerkan di Surabaya Lintas Masa diperkirakan memakan waktu sekitar dua bulan. Kurator pameran Yayan Indrayana mengungkapkan bahwa banyak dari foto-foto yang dipamerkan dapat diunduh dari web, namun membutuhkan proses kurasi yang menyeluruh untuk memastikan bahwa apa yang ditampilkan benar-benar dapat menggambarkan evolusi kawasan perkotaan para pahlawan dari waktu ke waktu.
“Kita bisa mengetahui apa yang berubah, berubah atau bahkan tetap sama dengan melihat cara berpakaian orang di Surabaya. Juga perlengkapan kehidupan masyarakat seperti lampu, buku, peralatan masak, rumah, kampung dan praktik sosial budaya pada masa itu,” tambah Koordinator SDGs FIB Unair Kukuh Yudha Karnanta.
Source: pingpoint.co.id
