Lenggang Bali Pertiwi Dorong Percepatan Kebaya Masuk UNESCO - WisataHits
Jawa Timur

Lenggang Bali Pertiwi Dorong Percepatan Kebaya Masuk UNESCO

MANGUPURA, NusaBali.com – Lenggang Bali Pertiwi, acara peluncuran Oktober untuk mendorong Kebaya menjadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO, diadakan pada Kamis sore (27/10/2022).

Kegiatan yang dibahas Koalisi Budayakebaya.id bekerjasama dengan Komunitas Taman Kuning dan Desa Bongkasa Pertiwi ini merupakan bentuk penegasan lahiriah putra-putri bangsa terhadap kepemilikan busana kebaya.

Selama dua hari hingga besok Jumat (28/10/2022) di Yellow Garden Community, Jalan Dewi Tilotama, Banjar Tegal Kuning, Desa Bongkasa Pertiwi, Kecamatan Abiansemal, Lenggang Bali Pertiwi digabung dengan kegiatan “All-Kebaya”.

Kegiatan “kebaya serba bisa” ini diisi dengan kebaya arung jeram di Tukad Ayung, jalan-jalan ke sawah untuk membersihkan sampah plastik di Subak Sengempel di pinggiran barat desa Bongkasa, serta lomba foto dan peragaan busana kebaya pada tahap pertama. hari. Pada hari kedua, puncak acara, acara utama adalah Lenggang Bali Pertiwi, yaitu parade 1.000 kostum kebaya yang diikuti oleh warga sekitar dari anak-anak hingga orang tua.

Menurut perwakilan Koalisi Budayakebaya.id Gatut Suryo, 56, Bali dipilih sebagai tempat penegasan kekayaan bangsa karena busana kebaya di Bali tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Di sisi lain, Bongkasa Pertiwi sendiri terkenal dengan keindahan alam dan aktivitas outdoornya.

“Acara hari ini merupakan kelanjutan dari kampanye Kebaya Goes to UNESCO sebelumnya. Dan Bali adalah tempat yang tepat untuk kampanye ini karena masyarakat menginginkan setiap kegiatan harus memakai kebaya. Kalau ke sawah, kerja, ke pura dan lain-lain selalu pakai kebaya,” kata Gatut Suryo yang juga Ketua Umum Asosiasi Musisi Indie Kreatif Indonesia (ASKOMIK), ditemui di am Edge. acara, Kamis siang.

Lebih lanjut, Gatut Suryo, perwakilan dari Traditionkebaya.id, menyatakan bahwa ia ingin kebaya menjadi nominasi tunggal dari Indonesia, tanpa ada negara lain yang membual mengklaim pakaian nasional ini. Oleh karena itu, kampanye penggambaran kebaya sebagai pakaian bangsa Indonesia sangat perlu dilakukan lebih gencar.

Sementara itu, Perbekel Bongkasa Pertiwi I Nyoman Buda, 44, memuji kerja sama antara koalisi, masyarakat, dan pemerintah desa. Buda mengatakan, desa wisata yang dipimpinnya tidak hanya memiliki tujuan mulia sebagai bentuk kampanye dan penegasan warisan budaya, tetapi juga akan ditaburi nilai-nilai positif dari acara tersebut.

Menurut Buda, selama Bongkasa Pertiwi merupakan desa wisata, kegiatan pariwisata belum meluas bahkan belum mencapai 50 persen dibandingkan kondisi sebelum pandemi Covid-19. Melalui acara ini, ia berharap dapat mempercepat pembangunan ekonomi dan pariwisata di desa Bongkasa Pertiwi.

“Tentunya kami akan terus mendukung mereka ke depan, karena ini adalah acara yang namanya sudah menyandang ‘Pertiwi’, nama desa kami. Selain itu, kegiatan ini juga sebagai wadah pameran potensi desa seperti naskah kuno atau lontar yang saat ini sedang kita kembangkan,” jelas Buda dalam pertemuan pada kesempatan yang sama, Kamis sore.

Merujuk pada acara Lenggang Bali Pertiwi, pembina komunitas Yellow Garden Peni Cameron, 56, mengatakan ada 300 peserta di hari pertama. Di hari puncaknya, perempuan Surabaya yang sudah 10 tahun tinggal di Bali ini mengharapkan lebih dari 1.000 peserta pawai.

“Kami berharap Lenggang Bali Pertiwi ini dapat membantu mendorong kampanye Kebaya Goes to UNESCO dan pada akhirnya Kebaya benar-benar dapat disahkan sebagai Warisan Budaya Nonbendawi Indonesia,” harap Peni dalam pertemuan Kamis sore.

Sebagai community builder yang berperan sebagai salah satu penyelenggara Lenggang Bali Pertiwi, Peni berharap generasi penerus bangsa yang bertepatan dengan momen Hari Sumpah Pemuda ini dapat turut melestarikan warisan budaya pakaian bangsa ini.

Selain itu, ia berharap warisan budaya lainnya juga bisa dilirik oleh generasi muda. Peni mengatakan, masyarakat Taman Kuning siap mewadahi acara Lenggang Bali Pertiwi selanjutnya dengan tema lain yang berkaitan dengan budaya bangsa. *Tikus

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button