Lele buah di pasaran, 60 kg setiap hari - WisataHits
Jawa Timur

Lele buah di pasaran, 60 kg setiap hari

Jam menunjukkan Senin (29.8.) pukul 14.00. Pemilik toko buah di Pasar Blimbing, Marlinda, memilah buah untuk diberikan kepada Kusno dan ketiga temannya. Tak lama kemudian, Kusno dan kawan-kawan datang untuk mengambil buah yang sudah disortir. Sambil menunggu keberangkatan, pria berusia 55 tahun itu menceritakan asal muasal gerakan tersebut.

“Awalnya saya mendapat kabar bahwa pada 27 Juli 2022, di grup WhatsApp Bangkitnya Malang Kucecwara, seekor monyet mati tersengat listrik,” jelasnya. Kabar yang diterimanya, salah satu kera Wendit Park mati tersengat listrik di sisi barat Indomaret Wendit Timur. Diyakini bahwa monyet tersebut meninggalkan kawasan wisata untuk mencari makanan. Konon monyet-monyet itu kelaparan karena jatah yang diberikan pemandu wisata tidak cukup.

Namun, dia sendiri belum bisa memastikan apakah itu benar atau tidak. Tapi sejak saat itu hati nuraninya berubah. Ia segera mencari sisa buah-buahan di pasar dan langsung memberikannya kepada kera-kera yang ada di kawasan wisata tersebut. Ada pisang, jeruk, jambu biji atau sayuran berupa timun. Istilah dalam bahasa Jawa adalah ngeleles, atau mencari dan meminta buah yang ditinggalkan oleh pedagang di pasar. Masih halus, tentu saja, tidak busuk atau terlalu lembek. Kemudian, pada 30 Juli lalu, melalui komunikasi di grup WhatsApp, beberapa orang di grup tersebut kemudian bergabung. “Tanpa pindah wacana langsung, ada beberapa yang bergabung saat itu,” imbuhnya.

Sejak judulnya dimulai dengan buah Ngleles, beberapa orang yang tergerak mengambil sisa buah tersebut. Meski buahnya dibiarkan, kondisinya masih cocok untuk hewan. Hasil inisiatif gerakan Kusno disambut baik. Sejumlah orang dengan keprihatinan serupa menghubunginya. Selain itu, ada kasus lain terkait kera kelaparan yang membawa anaknya ke Pasar Pandanwangi. Dari sini, pada 6 Agustus lalu, gerakan ini sudah memiliki grup WhatsApp dengan anggota grup terbaru 17 orang. “Mereka berasal dari latar belakang berbeda, ada yang pembersih pasar, ada yang pekerja kantoran,” kata Kusno.

Di antara anggota ini ada juga yang awalnya takut monyet. Tapi setelah lama tidak takut lagi. Untuk makanan yang diberikan, jumlahnya tidak pasti. Rata-rata 60 kg buah per hari. Setidaknya dua kantong plastik besar dibawa. Semua mengandung buah dari pasar. Namun tidak semuanya langsung diberikan. Saat Jawa Pos Radar Malang menelusuri tahapan awal hingga eksekusi Senin, sekitar 85 kilogram buah yang terdiri dari pisang, jambu biji dan tomat tiba di lokasi pengumpulan. Semuanya melalui proses penyortiran sebelum diserahkan. Namun, Anda hanya memiliki waktu 30 menit untuk menyediakan bahan makanan. “Biasanya kita mulai jam 14.30, jam 3 sore taman tutup,” katanya

Dengan hati-hati dan lembut, semua buah segera habis dalam waktu yang terbatas. Empat anggota gerakan hadir hari itu. Namun, jumlah ini dapat berubah tergantung pada kondisi relawan. Dia tidak membiarkan sikap peduli ini mengganggu urusan keluarga dan pekerjaan. Jadi, setidaknya dua orang telah berkumpul, maka kita bisa mulai. (jauh)

Source: radarmalang.jawapos.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button