Lebih Dekat dengan Komunitas Walking Tour Surakarta - WisataHits
Jawa Tengah

Lebih Dekat dengan Komunitas Walking Tour Surakarta

RADARSOLO.ID – Jangan khawatir jika Anda bepergian untuk menjelajahi kota Solo tetapi tidak yakin ke mana harus pergi. Minta bantuan saja Surakarta Walking Tour. Karena masyarakat yang sebagian besar anggotanya adalah anak muda, bersedia membimbing wisatawan secara sukarela.

KURNIAWAN MALAM TAHUN BARU, Solo, radar tunggal.

Surakarta Walking Tour yang baru didirikan pada tahun 2017. Awalnya merupakan salah satu divisi baru yang terbentuk dari Komunitas Laku Lampah. Sebelumnya dikenal sebagai Komunitas Blusukan Solo pada tahun 2012.

“Hormati ketua dan pendiri sebelumnya meninggal, tidak ada seorang pun di gereja ini yang memegang posisi itu. Tapi kami tetap menjaga semangatnya untuk melanjutkan dan membiarkan komunitas ini bertahan. Jadi sekarang kita estafet dari motor-motor sebelumnya,” kata salah satu pegiat Walking Tour Surakarta, Muhammad Apriyanto, kemarin (19/7).

Tur Jalan Kaki Surakarta sebenarnya adalah salah satunya proyek sampingan komunitas Laku Lampah. Namun, geliatnya justru lebih aktif dibanding komunitas utama. The Surakarta Walking Tour mempertemukan para aktivis dari berbagai disiplin ilmu. Seperti sejarah, budaya, arsitektur, komunikasi dan lain sebagainya.

Anggota komunitas ini secara rutin menerapkan ilmunya kepada wisatawan sebagai bahan cerita. Apalagi saat menjabat sebagai untuk memimpin.

“Latar belakang kami berbeda, kebanyakan berusia 25 hingga 30 tahun. Namun, mereka memiliki satu kesamaan: keduanya menyukai produk warisan. Dari sini kami mencoba mengajak masyarakat untuk memahami dan akhirnya mencintai dan peduli terhadap situs-situs di Kota Bengawan,” tambah Apriyanto.

Komunitas ini sering mengemas kegiatan dalam bentuk perjalanan singkat. Khususnya membedah situs sejarah di kota Solo. Apakah mereka berpikir untuk memandu wisatawan? berorientasi pada uang?

“Tidak sama sekali. Karena setiap member juga memiliki pekerjaan dan penghasilannya masing-masing. Sebaliknya, kami bersedia meluangkan waktu untuk itu. pemandu wisata untuk wisatawan. Terutama yang tertarik dengan bangunan bersejarah di Solo,” ujarnya.

Perjalanan yang dilakukan oleh anggota Surakarta Walking Tour sangat beragam. Mulai dari pendakian ke berbagai destinasi warisanBersepeda, dengan bus Werkudara ke Sepur Kluthuk Jaladara.

“Bagi mereka yang mengikuti Perjalanan jalan kaki dan naik sepeda, bayar saja dengan ikhlas. Uang itu masuk ke kas pemkot. Namun, jika Anda ingin naik bus Werkudara atau Sepur Klutuk Jaladara, ada tambahan biaya boarding pass. Satu lagi jika Anda mau tur pribadi dan butuh konsumsi yang harus disediakan, ya harus bayar sendiri,” jelas pria lulusan program studi sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret (UNS).

Tidak hanya pemandu wisataAnggota Surakarta Walking Tour juga diberkahi dengan pengetahuan yang baik tentang warisan di Kota Bengawan. Mereka bahkan harus meneliti destinasi terlebih dahulu untuk memperkuat cerita dan mencerahkan para wisatawan yang menemaninya.

“Solo ini memiliki banyak potensi untuk ditonjolkan, terutama sejarah dan budayanya. Kami rajin mencari tempat baru untuk dibedah bersama. Nah, anggaran penelitian ini diambil dari kas. Uang itu berasal dari iuran wisata yang tulus,” jelas Apriyanto.

Sudah hampir lima tahun sejak Surakarta Walking Tour bukannya tanpa masalah. Tidak jarang mereka mendapatkan penolakan dari masyarakat, terutama dari para tukang warisan. Suatu ketika, ketika mereka membawa kelompok, mereka ditolak mentah-mentah. Pembangun berjuang melawan masuknya banyak orang asing.

“Selain itu, pemilik rumah mengizinkannya. Tetapi ketika orang banyak itu datang, mereka langsung berpaling. Untungnya tidak semuanya seperti itu. Ada juga yang senang dengan kunjungan kami,” kata Apriyanto.

Sisi positifnya, Surakarta Walking Tour dapat mengedukasi tentang kekayaan budaya dan sejarah kota Solo. Meskipun kemasan Perjalananmudah, tetapi wisatawan justru mendapatkan pengetahuan yang lebih dalam. Pada saat yang sama, meningkatkan kesadaran di antara pemilik bangunan bersejarah, termasuk orang-orang yang tinggal di daerah tersebut kerusakan.

“Tidak jarang kami memberikan dana sukarela dari peserta tour kepada pemilik rumah atau gedung yang bersangkutan. Alhasil, pemilik bangunan dan masyarakat sekitar kini lebih mementingkan pemeliharaan dan perawatan. Pada saat yang sama, mereka mendapatkan penghasilan ketika ada kunjungan wisata seperti itu, ”katanya. (*/fer)

Source: radarsolo.jawapos.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button