Kusworo Rahadyan, kepala BHS, mengabdikan hidupnya untuk merekam benda-benda purbakala - WisataHits
Jawa Timur

Kusworo Rahadyan, kepala BHS, mengabdikan hidupnya untuk merekam benda-benda purbakala

RADARSOLO.ID – Usianya sudah setengah abad. Namun kegemaran Kusworo Rahadyan mengoleksi benda-benda purbakala tidak kalah dengan generasi muda. Ketua BHS Boyolali membuat terobosan dalam program Ruwat Rawat. Apa motivasinya? Berikut petikan wawancara bersama Jawa Pos Radar Solo

Apa kabar Pak Kus? Apa saja kegiatannya?

Alhamdulillah Saya baik-baik saja. Sehat, bahagia dan tetap blusukan. Di bagian samping, ia menulis dan mengorganisir data sebaran potensi tinggalan arkeologi di Boyolali.

Apakah Anda tertarik dengan benda-benda bersejarah untuk pertama kalinya?

Wow… dengan itu dikatakan, itu akan lama. Ketika saya masih di sekolah, saya tidak terlalu suka pelajaran sejarah. Selalu mengantuk saat diajar oleh guru. Tapi saya tinggal di keluarga yang selalu membicarakan tentang pertempuran, tempat bersejarah dan sering tentang ayah saya mengundang pergi ke kuil. Sejak saat itu menyenangkan untuk menjelajah ke tempat baru.

Ide spektakuler?

Pada tahun 2010 kami memiliki ide untuk melakukan Ekspedisi Nusantara, yaitu mengunjungi tempat yang pernah menjadi bagian dari Majapahit. Saya mulai meneliti banyak literatur dan bertemu dengan beberapa ahli.

Upaya mengembangkan ide?

Pada tahun 2012 saya bertemu dengan seorang sejarawan Inggris yang sudah menjadi warga negara Indonesia. Ia menghabiskan 35 tahun menjelajahi kerajaan Majapahit. Singkat cerita, saya dan sejarawan Inggris merencanakan ekspedisi di Gunung Penanggungan dan di wilayah Jawa Timur. Saya telah mengunjungi dan mencatat banyak peninggalan arkeologi di Jawa Timur. Saat itu selama empat tahun Blusukan di Gunung Penanggungan. Saya menjadi kecanduan.

Asal Usul Masyarakat Pusaka Boyolali?

Sepulang dari Jawa Timur, saya ditarik ke grup WA oleh teman-teman (ada apa) namanya mBo’jalali yang mengandung Para bermata biru Pengamat Warisan. Mereka tidak hanya datang dari Boyolali, tetapi dari seluruh Indonesia yang tertarik dengan Boyolali dan jejak warisan budayanya. Untuk mengoptimalkan peran kami, kami telah sepakat untuk membuat badan hukum. Boyolali Heritage Society didirikan.

Tugas dan fungsi utama?

Sebagai asosiasi, kami bekerja sama dengan instansi terkait untuk menyajikan informasi dan mengumpulkan berbagai data dan pengetahuan tentang cagar budaya di Boyolali beserta aspek terkait lainnya untuk pemanfaatannya bagi masyarakat.

Kegiatan Masyarakat Pusaka Boyolali?

Ya Ada program komunikasi dan layanan publik yang menyajikan informasi dan literatur, eksplorasi dan konservasi, publikasi, promosi, dan program publik. mengatur di antara mereka acara Budaya untuk melestarikan budaya tradisional di Boyolali. Ada juga program pendidikan yang terdiri dari wisata sejarah, budaya dan alam. Selanjutnya program Love Museum, diskusi dan seminar, Kelompok diskusi (REA), serta program pelatihan dan sekolah lapangan.

Motivasi memasukkan benda cagar budaya di Boyolali?

Kabupaten Boyolali secara geografis terletak di lereng timur Gunung Merapi dan Merbabu. Secara arkeologis, kawasan ini menyimpan tinggalan arkeologis dengan rentang waktu yang cukup panjang, baik data maupun lapangan. Namun perhatian terhadap laporan-laporan arkeologi dan warisan budaya belum sebesar lereng selatan dan barat, yang telah berkontribusi secara akademis untuk informasi dan pengetahuan sejarah masa lalu bangsa Indonesia. Sedangkan data arkeologi di Kabupaten Boyolali menunjukkan dinamika masa lalu yang sarat dengan nuansa budaya. Terutama masa Mataram Kuno sekitar abad ke-9 M sampai dengan pendudukan Jepang.

Peristiwa menarik selama proses pengumpulan data arkeologi?

Jika Anda dapat menemukan sesuatu dan melaporkannya, maka ada pelacakan penyelamatan. Termasuk koleksi batu yang tiba-tiba menghilang. Juga terjebak.

Berapa banyak benda budaya yang ditemukan? Jenis yang mana?

Dari 16 kabupaten yang dikunjungi, terdapat 413 peninggalan purbakala. Dari semua objek yang tercatat, ada 73 lokasi, 396 objek, 14 bangunan, 12 bangunan. Dari jumlah yang tercatat, 15 objek masuk dalam register nasional. Pengumpulan data ini belum berani menentukan apakah objek tersebut merupakan penemuan baru atau penemuan kembali, karena belum dilakukan kajian secara detail.

Keadaan benda purbakala di Boyolali?

Banyak yang rusak. Temuan lapangan bisa dibilang 85 persen dalam kondisi terabaikan.

Upaya yang harus dilakukan untuk melestarikan benda cagar budaya?

Sekarang saatnya bertanya kepada pembuat kebijakan apakah mereka telah memprioritaskan bagaimana menangani pelestarian data arkeologi yang terabaikan untuk tujuan studi. Salah satu aspek yang mendesak untuk segera dilakukan adalah konservasi dengan kegiatan berupa eksplorasi data arkeologi yang lebih luas dan mendalam. Termasuk studi penggunaan, skor prioritas, mitigasi ancaman, dan prioritas penyelamatan.

Saran dan masukan untuk masyarakat dan pemerintah?

Ujung tombak pelestarian cagar budaya adalah masyarakat. Warisan budaya tidak dapat dibangun kembali atau diperbarui. Jadi jika menemukannya, segera laporkan agar bisa diselamatkan dan terlindungi dari pencurian dan perusakan. (rgl/wa)

Source: radarsolo.jawapos.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button