Kunjungi Desa Toleransi Jember: Anjing-anjing itu toleran (1) - WisataHits
Jawa Timur

Kunjungi Desa Toleransi Jember: Anjing-anjing itu toleran (1)

Reporter:
Fidelis Daniel|

Editor:
Salman Muhiddin|

Minggu 25.12.2022, 21:37 WIB

Kunjungi Desa Toleransi Jember: Anjing-anjing itu toleran (1)

Halaman GKJW Pepanthan Paleran di Jember, Kamis, 22 Desember 2022.-Fidelis Daniel/Disway Daily-

Jawi Wetan Christian Greja (GKJW) Pepanthan Paleran meledak di Dusun Paleran, Desa Cumedak-Sumberjambe, Jember, Jawa Timur. Komunitasnya unik: mereka berasal dari etnis Madura, identik dengan Islam. Umat ​​beragama di sana saling membantu membangun tempat ibadah tanpa banyak ribut.

Tujuh anjing berlari mengelilingi lapangan dan pekarangan GKJW Pepanthan Paleran, Kamis 22 Desember 2022. Masing-masing memiliki pola dan warna yang berbeda. Ada yang kuning, hitam, putih, hingga abu-abu. Berbeda, namun terlihat serasi. Seperti halnya kehidupan sosial budaya di tempat ini.

Apakah ini pertanda dari Sang Pencipta? Aku tersenyum sambil berpikir dan melihat anjing-anjing itu berbicara.

Sebelum saya ke Sumberjambe, saya sempat membaca profil singkat Greja (diucapkan grejo dalam bahasa Jawa). GKJW sangat unik. Lagu rohani tersebut berasal dari bahasa Madura. Mungkin itu satu-satunya di dunia.

Umat ​​beragama di sana begitu rukun. Jangan berpikir ada penolakan untuk membangun tempat ibadah di sini. Seperti yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia.

Yang terjadi justru sebaliknya: umat beragama saling membantu membangun tempat ibadahnya. Tanpa diskriminasi.

Setiap orang hidup dengan toleransi. Termasuk anjing-anjing yang berkeliaran di desa.

Apa hubungan anjing dengan kehidupan sosial budaya di Sumberjambe? Ada.

Dua peneliti Michigan State University menerbitkan penelitian di Journal of Research in Personality pada 2019. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepribadian anjing mencerminkan pemilik dan lingkungannya.

Jika pemiliknya penyayang, anjingnya juga ramah. Sebaliknya, jika pemilik dan lingkungannya agresif, anjing akan berperilaku sama. Keramahan penduduk desa tercermin dari anjing-anjing yang terawat.

Tentu akan ada pembahasan mengenai bisnis anjing ini. Tapi saya perhatikan di Sumberjambe semuanya begitu harmonis. Sampai ke anjing peliharaan warga.

Warga telah menginisiasi daerah mereka sebagai desa spiritual. Sayangnya, dari 19 syarat yang ditetapkan pemerintah setempat untuk mendirikan kampung spiritual, hanya 4 yang terpenuhi. Persyaratan yang belum terpenuhi saat ini sedang disiapkan.

Dengan sebutan kampung spiritual, saya membayangkan warganya bisa menyebarkan toleransi melalui wisata religi. Mereka yang datang tidak akan kecewa dengan keindahan Gunung Raung dan Argopuro yang mengapit kawasan tersebut.

Sore itu saya datang bersama rombongan Premier Place Hotel Bandara Surabaya (Juanda). Mereka menggelar bakti Natal untuk pertama kalinya di GKJW Pepanthan Paleran.


NATAL JOYEUX menjadi tema amal Hotel Premier Place Surabaya Airport di GKJW Pepanthan Paleran, Kabupaten Jember, Kamis 22 Desember 2022.-Fidelis Daniel/Disway Daily-

Sebelum kebaktian, seorang pria berkaos dan celana pendek terlihat menyapu halaman gereja. Dia menyapa teman-teman yang melewatinya dalam bahasa yang tidak saya kenal. Aksennya, bagaimanapun, terdengar akrab. Ternyata: orang Madura.

Anda sudah mengetahuinya: Jember termasuk dalam kawasan Tapal Kuda. Yakni sebutan untuk daerah di bagian timur provinsi Jawa Timur. Meliputi Banyuwangi, Bondowoso, Jember, Lumajang, Pasuruan, Situbondo dan Probolinggo.

Menurut Balai Bahasa Jawa Timur, Tapal Kuda juga disebut sebagai daerah Blambangan, atau dalam bahasa Jawa “Brang Wetan” (Seberang Timur), karena daerah ini tidak pernah menjadi bagian dari Kerajaan Mataram.

Kawasan Horseshoe dihuni oleh beberapa suku bangsa. Mayoritas etnis adalah Pandalungan dan Jawa. Suku Pandalungan merupakan hasil persilangan antara suku Madura dan suku Jawa. Itu sebabnya bahasa Madura sangat kental di sana.

Ada yang bergurau bahwa yang dari Pandalungan adalah Prajurit Madura. Sedangkan yang tinggal di Pulau Madura disebut Madura Ori. Dan yang terpenting, saya belum pernah mendengar ada orang yang tersinggung dengan anekdot ini.


KEJUTAN NATAL untuk anak-anak GKJW Pepanthan Paleran yang menerima hadiah menjelang Natal.-Fidelis Daniel/Disway Daily-

Madura sangat kental dengan budaya Islamnya. Saat mengetahui ada komunitas GKJW berbahasa Madura di Jember, saya agak kaget.

Di Cumedak-Sumberjambe, Madura atau Pandalungan, Kristen merupakan mayoritas penduduk.

Namun, jika Anda memperluas perspektif, mereka adalah komunitas minoritas persegi. Di Indonesia, agama Kristen adalah agama minoritas. Sementara itu, jumlah orang Madura dalam agama Kristen sedikit.

Tapi disitulah letak keindahannya. Sama seperti Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI). Tionghoa adalah minoritas di Indonesia. Sementara itu, tidak banyak etnis Tionghoa yang memeluk Islam.

Ini mungkin terdengar klise, tapi inilah toleransi yang sebenarnya.

Kiai juga memelihara anjing

Rupanya yang menyapu halaman adalah ketua GKJW setempat: Winarno. Saya bingung ketika seseorang menyapanya sebagai Pak Dani.

Ia mengatakan bahwa di daerahnya seorang laki-laki yang sudah memiliki anak akan dipanggil dengan nama anaknya. Oooo.. jadi anak Winarno namanya Dani. Saya mengerti..

“Gereja ini dulunya dibangun oleh komunitas yang beragama Islam. Juga di tiga pepanthan (dalam bahasa Jawa artinya kelompok kecil, Red.) di daerah lain,” ujarnya.

Winarno juga bercerita bahwa gereja yang saya tuju sekarang bukanlah gereja utama. Namun GKJW Pepanthan Paleran memiliki jemaah terbanyak dibandingkan mubaligh lain di Sumberpakem.

Saya juga bertanya tentang anjing-anjing itu. Bagaimana Muslim bisa hidup berdampingan dengan anjing di sini?

Setahu saya, yang tinggal di Surabaya dan Sidoarjo, sahabat muslim menghindari anjing karena air liurnya tidak suci. Banyak juga yang tidak berani dengan anjing.

“Pendeta di sini juga beternak anjing,” katanya sambil tersenyum. Di perkebunan, anjing dipelihara sebagai nyamuk.


Pastor Kukuh Kristanto berdiri di depan Altar GKJW Pepanthan Paleran yang dihiasi ornamen bambu. -Fidelis Daniel-

Saya ingat cerita teman-teman Muslim saya tentang Nabi Muhammad:

Nabi Muhammad pernah menceritakan sebuah kisah tentang seorang pelacur di zaman Bani Israil. Wanita yang tenggelam dalam dosa besar ini suatu hari menemukan seekor anjing berputar-putar di sekitar sumur.

Pelacur ini memperhatikan bahwa anjing itu haus. Jadi dia memasukkan sepatunya ke dalam sumur untuk mengambil air. Kemudian dia memberi anjing itu minuman dengan barang ini. Rasulullah SAW bersabda dosa para pelacur kemudian diampuni oleh Allah SWT karena kecintaannya pada anjing.

Yang saya sesali dari kunjungan saya ke Sumberjambe hanya satu hal. Saat saya menulis cerita ini, saya menyadari bahwa saya belum sempat memotret anjing-anjing itu.

Semoga para pembaca bisa menerimanya. Saya Fidelis Daniel permintaan maaf saya. (Fidelis Daniel-Salman Muhiddin)

Umat ​​Islam bantu bangun gereja, Umat Kristen cat masjid, BACA BESOK!

Sumber:

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button