Kualitas hidup masyarakat sekitar Perkebunan Teh Wonosari - WisataHits
Jawa Timur

Kualitas hidup masyarakat sekitar Perkebunan Teh Wonosari

KEBUN Teh Wonosari memiliki sejarah panjang sejak zaman kolonial Belanda, lebih khusus didirikan pada tahun 1910. Kebun Teh Wonosari merupakan kebun teh pertama di Jawa Timur di bawah naungan perusahaan Belanda bernama NV.Culture Maathappy. Saat itu kebun teh ditanami teh dan kina.

Namun, pada masa penjajahan Jepang, beberapa tanaman teh digantikan oleh makanan pokok seperti singkong, ubi, kentang dan sejenisnya agar dapat swasembada pangan bagi koloninya. Setelah lepas dari penjajahan Belanda dan Jepang, perkebunan teh ini diambil alih oleh PT. Perkebunan Nusantara XII (PTPN XII) hingga saat ini.

Malang perlu banyak dimanjakan, tidak hanya dari wisata kuliner dan wisata masa lalu, Malang juga memiliki wisata alam yang sangat menyejukkan mata dan pikiran, seperti Perkebunan Teh Wonosari yang bisa disebut sebagai top spot di Jawa Timur. Dengan kontur wilayah Malang yang berada di dataran tinggi tentu sangat cocok untuk dikembangkannya tanaman tea tree di sini, dengan lokasi di lereng Gunung Arjuno yang berada pada ketinggian 1.250 meter di atas permukaan laut dan meliputi wilayah yang luas. dari memiliki 1.144 hektar. Perkembangan dan aktivitas Perkebunan Teh Wonosari semakin meningkat sejak menjadi objek wisata. Dengan adanya objek wisata maka potensi ekonomi semakin besar, di sekitar Perkebunan Teh Wonosari terdapat pedagang yang menjual berbagai makanan, minuman dan kerajinan, persewaan kuda, transportasi dan berbagai jasa lainnya.

Para pekerja di perkebunan teh Wonosari sendiri melibatkan masyarakat sekitar, dari warga yang berusia 17 tahun karena syarat untuk bekerja disana harus memiliki KTP, bagi warga yang berusia diatas 50 tahun akan menjadi penanggung jawab kebakaran perkebunan teh Wonosari. Pekerja tetap adalah pekerja perkebunan yang biasanya tinggal di perkebunan teh Wonosari, sedangkan pekerja musiman berasal dari pemukiman yang jauh dari wilayah Desa Toyomarto. Pendapatan karyawan diperoleh dari berapa kilogram teh yang dipetik karyawan. Dikenakan biaya Rp 1.000 per kilogram teh. Diperkirakan gaji setiap pemetik adalah Rp 30.000 per hari dan gaji tukang kebun teh adalah Rp 50.000 per hari dan untuk setiap sumpah petugas menerima THR sebesar Rp 100.000.

Selain kebun teh di Desa Toyomarto, ada warga yang menjalankan pengusaha peternakan lebah yang menghasilkan madu. Pemilik peternak lebah adalah Pak Yanto, perusahaan ini berdiri sejak tahun 2002. Sifat industrinya, bisa dikatakan, industri tradisional industri dalam negeri karena alat yang digunakan dalam produksi masih tradisional karena menggunakan penarik.

Pembatasan bisnis ini berlaku saat musim hujan. Secara umum, musim hujan terjadi antara bulan Juli dan Desember. Pendapatan tahunan untuk perkebunan di Dusun Wonosari, Pasuruan, Jember dan Bondowoso sekitar 500 juta rupiah. Hanya satu orang yang dibutuhkan di setiap kebun untuk mengoperasikan peternakan lebah ini. Untuk keuntungan pribadi dari kebun teh 50 sampai 100 juta rupiah, karena Pak Yanto belum mengatur pengelolaan keuangan dan produksi secara terstruktur. Untuk pembuatan madu dijual mulai dari Rp80.000 hingga Rp150.000 dengan ukuran botol mulai dari 50ml hingga 225ml. Untuk konsumen sendiri, tidak hanya warga sekitar, Pak Yanto mengirimkan produknya ke Bali.

penulis:
Kartika Hana RN
Mahasiswa ilmu sosial dan politik dalam sosiologi

Universitas Muhammadiyah Malang

Source: radarjombang.jawapos.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button