Kritik sosial melalui seni rupa kontemporer di Museum Macan - WisataHits
Jawa Barat

Kritik sosial melalui seni rupa kontemporer di Museum Macan

seperti bertemu teman lama

Jakarta (ANTARA) – Museum Macan, jika mendengar nama ini pasti kita membayangkan museum yang memajang berbagai hewan seperti kucing besar dan binatang buas atau lewat “permainan” mulai dari harimau yang diawetkan, patung replika harimau hingga sejumlah harimau lainnya sudah cukup. .

Namun, museum ini sangat jauh dari imajinasi kita. Bahkan apa yang ditampilkan tidak ada hubungannya dengan karnivora ganas ini.

Baca Juga: Sepuluh Rekomendasi Tempat Wisata Saat Musim Hujan

Museum Macan ternyata merupakan singkatan dari “Museum Seni Modern Dan Kontemporer di Nusantara”.

Museum yang terletak di Menara AKR, Kebon Jeruk, Jakarta Barat ini merupakan museum seni rupa kontemporer yang memajang berbagai karya seniman dan seniman dari dalam dan luar negeri.

Seni rupa kontemporer dan modern yang dipamerkan Museum Macan tidak terbatas pada lukisan, tetapi juga mencakup gaya modern dengan menggunakan media, teknik dan seni instalasi yang berbeda.

Dalam beberapa tahun terakhir, Museum Macan menjadi salah satu tujuan wisata baru di ibu kota karena karya-karya yang dipamerkan tidak biasa, dan presentasi karya serta “spot” di dalamnya sangat keren.

Pameran “Theatre of Me”

Museum ini saat ini menyelenggarakan pameran bertajuk The Theatre of Me untuk merayakan tiga dekade karya seniman Yogyakarta Agus Suwage.

Kutipan dari situs resmi Museum MACAN: Agus Suwage adalah salah satu seniman terkemuka Indonesia yang praktik seninya muncul di tengah gejolak perubahan sosial dan politik di Indonesia yang mengarah pada kerusuhan era Reformasi pertengahan 1990-an, khususnya kerusuhan Mei 1988 A Campuran antara harapan dan ketakutan dapat dirasakan di banyak tempat, karya-karya yang digantung dan dipajang di sudut ruangan museum.

Karyanya secara mendalam mengungkapkan harapan dan frustrasi generasi yang dicengkeram oleh pergeseran kekuasaan dan identitas yang dipengaruhi oleh reformasi nasional dan globalisasi.

Suwage dianggap sebagai pelopor seni rupa modern di Indonesia karena ia adalah pelukis pertama yang menggunakan teknik seni lukis barat modern.

Salah satu seniman kontemporer Indonesia yang paling terkenal, Suwage telah membangun reputasinya dalam mengekspresikan isu-isu budaya dan sosial-politik melalui sinisme dan sindiran.

Perasaan ini diwujudkan dalam pameran baru yang akan dipamerkan di Museum MACAN mulai 4 Juni hingga 15 Oktober 2022. Pameran ini menggambarkan perkembangan Suwage sebagai seniman selama tiga dekade dan menampilkan lebih dari 80 karya seni oleh seniman yang berbasis di Yogyakarta. mulai dari patung, instalasi, lukisan hingga gambar.

Baca juga: Museum MACAN Pamerkan Karya Agus Suwage
Pengunjung melihat lukisan pameran “The Theatre of Me” karya seniman Agus Suwage di Museum Macan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Selasa (26/7/2022). ANTARA/Hendri Sukma Indrawan

“(Pameran) direncanakan sebelum pandemi, jadi kami harus menunda awal dan menghentikannya,” kata Suwage pada konferensi pers 4 Juni.

“Dan selama ini saya telah melupakan banyak proses dan karya seni yang kami rencanakan untuk dipamerkan. Oleh karena itu, ini adalah momen penting untuk menemukan kembali, mengenang dan menghidupkan kembali karya-karya yang telah saya buat, seolah-olah bertemu dengan teman lama. Lanjut Suwage.

Lahir pada 14 April 1959 di Purworejo, Jawa Tengah, Suwage memulai karirnya sebagai desainer grafis, di mana ia belajar disiplin dan lulus dari Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (ITB). Karya-karyanya telah dipamerkan di seluruh Indonesia dan luar negeri seperti Singapura, Malaysia, India, Meksiko, Belanda dan Jerman.

Dalam perjalanan karirnya ia secara konsisten berurusan dengan cerita-cerita yang berhubungan dengan identitas serta wacana sosial-politik dan budaya pada masanya.

Baca juga: Museum Macan Hadirkan Pameran “POSE”.

Karya Agus Suwage

Saat memasuki ruang pameran, pengunjung langsung disambut oleh instalasi monumental yang terdiri dari lebih dari seribu botol bir kaca hijau, di mana duduk sosok kerangka bersayap emas dengan sorban dan pedang.

Karya berjudul Monumen yang Melindungi Pertahanan dan Keamanan Nasional (2012), adalah parodi individu yang haus kekuasaan dan kritik terhadap rasa malu dan intoleransi yang otoriter. Meskipun reformasi sedang berlangsung, Suwage berpendapat bahwa toleransi masih merupakan konsep yang dibuat-buat yang perlu diperjuangkan.
Pengunjung melihat karya seniman Agus Suwage di Museum Macan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Selasa (26 Juli 2022). ANTARA/Hendri Sukma Indrawan

Karya-karya Suwage dalam pameran ini tampil muram, diselimuti humor dan visualisasi muram, tidak sopan namun kritis terhadap diri sendiri dan ironis. Karya tersebut dengan tenang memancarkan emosi pedih dari perjalanannya dan kebenaran pahit yang telah ia alami sepanjang hidupnya.

Karya lain yang berjudul Daughters of Democracy (1996) terdiri dari tiga lukisan yang menggambarkan wajah-wajah aneh dengan latar belakang hutan yang gundul. Lukisan itu dibuat setelah kelahiran putrinya pada tahun 1996, ketika suasana di Jakarta sedang meresahkan.

Melalui karya ini, Suwage bersimpati terhadap pemberontakan dan protes mahasiswa yang pecah di Jakarta. Karya ini ia gunakan untuk memberi penghormatan kepada mereka sebagai simbol harapan bagi generasi baru dan demokrasi.

Salah satu karya yang menarik perhatian adalah potret dirinya dengan bentuk yang aneh, mengganggu dan menghibur. Karya ini merupakan bentuk keterbukaannya terhadap kritik sebelum mengkritik berbagai hal di luar dirinya.

Baca Juga: Pameran Wisata Biru: Lintasi Langit, Rehat sejenak dari Layar Digital

Tiga lukisan berjudul Putri Demokrasi karya seniman Agus Suwage dipamerkan di Museum Macan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Selasa (26/7/2022). ANTARA/Hendri Sukma Indrawan

Karya lain dari pameran ini adalah “100 Gambar dan 720 Hari” dari 2012-2014, yang melihat lebih dekat narasi artistik Suwage saat ia mempraktikkan teknik cat airnya. basah di basah. Teknologi basah di basah itu sendiri adalah teknik di mana sapuan cat air basah diterapkan pada permukaan kertas cat air yang sebelumnya dibasahi sebagian.

Karya-karyanya yang lain termasuk Toys’ S’ Us (2003) dan Passion Play (2009), yang mengkritik hubungan kompleks seniman di dunia komersial.

Selain karya Agus Suwage, Museum Macan juga menampilkan pameran “Pose” karya S. Sudjojono yang mengamati perubahan dan perubahan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat, dan salah satu karya seni yang paling populer di museum ini adalah “Infinity Kamar Cermin”. oleh seniman Jepang, Yayoi Kusuma.

Baca juga: Museum Macan Hadirkan Pameran Ruang Seni “Blue Tour”

Pengunjung melihat karya berjudul ‘Passion Play’ karya seniman Agus Suwage di Museum Macan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Selasa (26/07/2022). ANTARA/Hendri Sukma Indrawan

Penerbit: Taufik Ridwan
HAK CIPTA © ANTARA 2022

Source: www.antaranews.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button