Kotagede Yogya menghidupkan kembali tradisi Desa Srawung, wadah masyarakat bagi warga untuk menjunjung tinggi toleransi - WisataHits
Yogyakarta

Kotagede Yogya menghidupkan kembali tradisi Desa Srawung, wadah masyarakat bagi warga untuk menjunjung tinggi toleransi

TEMPO.CO, Yogyakarta – Berkunjung ke Daerah Istimewa Yogyakarta belum lengkap rasanya jika belum pernah memasukinya kotagede, tempat pembuatan kerajinan perak, di ujung timur Kota Yogyakarta dan berbatasan dengan Kabupaten Bantul. Kotagede menjadi saksi tumbuhnya kerajaan Islam Mataram yang pernah menguasai hampir seluruh pulau Jawa. Pada abad ke-16, Kotagede merupakan ibu kota Mataram Islam pertama yang dijadikan sebagai pusat kegiatan masyarakat.

Tradisi Desa Shawung

Dalam tiga hari terakhir, 20-23 Oktober 2022, Kotagede kembali menggelar hajatan adat bertajuk Kampung Shrawung yang digelar di Kampung Rejowinangun, pusat penyebaran berbagai situs budaya Islam Mataram di Kotagede. Kampung Shawung yang digelar tahun 2019 lalu atau sebelum merebaknya Covid-19, sudah menjadi tradisi silaturahim antar kampung di Kotagede. Acara ini mempertemukan warga dari berbagai latar belakang agama, profesi, budaya dan etnis untuk komunitas antar warga.

“Sejak hari pertama hingga akhir kegiatan ini, seluruh warga tanpa memandang latar belakang diundang untuk saling bertemu dan menyapa di berbagai kegiatan, meningkatkan kesadaran masyarakat perkotaan,” kata Joko Aldiva, sesepuh Desa Rejowinangun Kotagede, Minggu 23 Oktober 2022.

Dalam acara yang mengusung tema Penduduk Gumbregah Berbagai acara berlangsung selama tiga hari ini. Misalnya diadakan prosesi Ambiyuk. Dalam karnaval budaya yang diikuti lebih dari seribu peserta, mulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa ini, seluruh warga dari berbagai unit kecamatan harus ikut serta. Mereka membawa tujuh gunungan, salah satunya adalah kera atau kue kera untuk dibagikan kepada masyarakat umum dan wisatawan.

Warga destinasi Kotagede Yogyakarta kembali menggelar tradisi Kampung Shawung pada 20-23 Oktober 2022

Desa Shawung juga menyelenggarakan acara tradisional dan kesenian yang bertajuk Srawung Tongo, Bujono dihadiri oleh seluruh tokoh masyarakat, pejabat pemerintah, tokoh agama dan berbagai kalangan masyarakat. Kampung Srawung juga bekerja sama dengan struktur pemerintahan dari tingkat RT, RW, Kelurahan, Kecamatan hingga Kabupaten terendah untuk menyelenggarakan workshop permainan anak tradisional.

Aksi seni dan wisata kuliner

Selain itu, ada juga berbagai pentas seni sanggar anak-anak, food and fashion show, dan doa lintas agama dan keyakinan. “Semua kegiatan orientasi adalah nguri-uri (pelestarian) budaya luhur Yogyakarta dengan menyatukan seluruh elemen masyarakat untuk membaur menjadi satu,” ujarnya.

Selain itu, warga diajak untuk bergabung dengan Kota Tua Happy Bike melalui Situs Sejarah Kotagede untuk meningkatkan kesadaran melestarikan warisan mereka. “Jadi semua acara di Desa Srawung bertujuan untuk mencairkan suasana keagamaan yang beragam sehingga semua orang bisa menikmati sesrawungan (kesatuan),” kata perwakilan warga Eko Wahyudi.

Mantri Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kotagede, Komaru Mak’arif mengungkapkan, Kotagede kini telah berubah mengikuti perkembangan zaman dan menjadi salah satu sudut kota Yogya yang berkembang pesat. “Tradisi silaturrahmi ini penting agar warga Kotagede yang merupakan bagian dari masyarakat perkotaan tidak kehilangan jati diri dan tetap menjaga akar sejarahnya,” ujarnya.

WICKSONO PRIBADI

Baca juga: Jalan-jalan ke Kotagede Yogyakarta, Beli Souvenir Kerajinan Tembaga dan Kuningan

Selalu update informasi terbaru. Lihat berita terbaru dan berita unggulan dari Tempo.co di saluran Tempo.co Update Telegram. klik https://t.me/tempodotcoupdate bergabung. Anda harus terlebih dahulu menginstal aplikasi Telegram.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button