Kota mandiri Bekala, pusat pertumbuhan ekonomi Medan
jakarta – Koordinator Nasional Komunitas Alumni Perguruan Tinggi (KAPT) Bambang J Pramono berkesempatan memenuhi undangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Sabtu (11/5/2022) di Istana Bogor. Pertemuan tersebut dikenal untuk membahas berbagai situasi terkini baik secara nasional maupun internasional.
Bambang mengatakan, Presiden Jokowi kembali mengingatkan dalam pertemuan tersebut untuk mewaspadai krisis ekonomi yang melanda sejumlah negara di dunia. Presiden Jokowi berharap seluruh elemen bangsa dapat bersama-sama mengantisipasi kondisi tersebut dengan mengambil langkah tegas agar dampaknya tidak sampai ke Indonesia.
“Dalam pertemuan tersebut, Presiden memaparkan situasi perekonomian dunia saat ini yang sedang menghadapi tantangan. Diketahui hingga saat ini sejumlah negara di dunia mulai mengalami krisis ekonomi. Untuk itu Presiden menuntut sebagai bagian dari bangsa kita harus menyiapkan langkah proaktif terkait kondisi ini,” kata Bambang dalam keterangan tertulisnya, Minggu (11 Juni 2022).
Bambang menambahkan, dalam pertemuan dengan Presiden Jokowi juga diperoleh informasi bahwa sejauh ini 14 negara telah menerima bantuan IMF. 18 negara lain sekarang sedang menunggu aplikasi untuk dukungan IMF.
“Situasi ekonomi global saat ini tidak dalam kondisi yang baik. Presiden Jokowi mengatakan beberapa negara sudah menjadi pasien IMF. Selain itu, 18 negara telah mendaftar untuk mengajukan bantuan IMF. Meskipun diketahui bahwa krisis ekonomi tahun 1998 hanya dapat membantu 5 negara. Sekarang ada beberapa negara, belum lagi negara menunggu bantuan,” katanya.
Bambang melanjutkan, saat ini diperlukan langkah-langkah strategis untuk mengantisipasi apakah krisis global akan semakin parah dan berdampak pada perekonomian nasional. Oleh karena itu, seluruh lapisan bangsa diharapkan untuk fokus mempersiapkan strategi dan langkah-langkah penyelesaian ini agar negara kita tidak terlalu menderita.
“Sudah diketahui bahwa sepertiga ekonomi dunia telah mengalami dua kuartal berturut-turut resesi atau pertumbuhan negatif. IMF juga memperkirakan tiga ekonomi terbesar, Amerika Serikat, China dan Eropa, juga akan mendapat tekanan. Presiden Jokowi juga meminta untuk tidak berpuas diri dan tetap waspada dalam menghadapi kondisi global tersebut. Seluruh elemen bangsa diharapkan dapat berpartisipasi dan bekerja sama memberikan solusi kepada pemerintah,” kata Bambang.
Bambang berharap seluruh pelosok bangsa harus tetap optimis bisa melewati ini, meski kondisi saat ini tidak begitu baik. Namun, kewaspadaan harus tetap ada, dan masyarakat juga harus siap dengan segala kemungkinan.
“Diharapkan kondisi dunia saat ini tidak meluas dan berdampak pada negara Indonesia. Optimisme harus tetap dijaga, namun juga tetap waspada dan bersiap menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi di masa depan. Memanfaatkan potensi yang ada, khususnya produksi pangan, dan memanfaatkan lahan yang tidak produktif untuk pangan. Dalam kondisi krisis selain daya beli masyarakat, kecukupan pangan harus tetap terjaga. Kita perlu mendorong relokasi pembibitan atau bisnis keluarga lagi. Kita juga perlu memperkuat solidaritas untuk menghadapi krisis ini,” kata Bambang.
Selain itu, Bambang juga meminta seluruh elemen bangsa, termasuk elit politik, untuk ikut refleksi dan fokus pada krisis global saat ini, yang juga akan berdampak pada Indonesia. Elit politik juga diharapkan dapat dengan mudah mengurangi hal-hal yang dapat menciptakan kekacauan, dan lebih baik fokus membantu orang melalui krisis.
“Sekarang saatnya duduk untuk fokus pada krisis global saat ini yang akan berdampak pada Indonesia. Sekarang saatnya untuk fokus membantu orang. Saya berharap para elite politik tidak mengambil keuntungan dari situasi ini, bertindak tidak bermartabat sebagai “pencari rente” dan hanya mementingkan pengumpulan pundi-pundi untuk keuntungan pribadi. Jangan menjadi pensiunan untuk memperkaya diri di tengah kondisi saat ini,” kata Bambang.
Selain itu, dalam pertemuan dengan Presiden Jokowi, Bambang juga berkesempatan menyampaikan kepada publik bahwa banyak ajudan presiden hanya peduli pada agenda pribadi. Ia juga khawatir kebijakan dan program yang dicanangkan Presiden Jokowi terhambat oleh agenda ajudan presiden yang membangkang.
“Saya telah mendengar banyak masukan tentang perilaku beberapa penasihat Presiden, yang sangat oportunistik. Misalnya, penerapan Omnibus Act yang dimaksudkan untuk memudahkan perjanjian perizinan, justru dimanfaatkan oleh sekelompok orang sebagai bancakan. Kami khawatir dalam situasi krisis, hal ini tidak hanya akan menghambat pemulihan tetapi juga dapat menyabotase program-program prioritas Presiden,” pungkas Bambang.
Source: news.google.com