Kisah seru mahasiswa UB yang kuliah di Inggris dan Amerika melalui program IISMA dan IISMAeVO - WisataHits
Jawa Timur

Kisah seru mahasiswa UB yang kuliah di Inggris dan Amerika melalui program IISMA dan IISMAeVO

Lucy Fitria Rizky Nasution (Hijab) bersama rekan-rekannya di University of Portsmouth, Inggris. Lucy menerima pendidikan ini melalui Program Penghargaan Mobilitas Pelajar Indonesia Edisi Vokasi (IISMAeVO). (adalah)

BACAMALANG.COM – Bagi Lucy Fitria Rizky Nasution, menginjakkan kaki di Inggris adalah mimpi. Mahasiswa Program Studi Administrasi Bisnis Fakultas Vokasi Universitas Brawijaya (UB) ini berkesempatan kuliah selama satu semester di University of Portsmouth, Inggris melalui Program Indonesian Student Mobility Awards (IISMAeVO) Edisi Vokasi atau pertukaran pelajar vokasi. .

Sejak kecil, Lucy hanya bisa membayangkan dan melihat Inggris melalui layar kecil, sehingga dia ingin mendapatkan beasiswa untuk belajar di luar negeri.

“Mimpi saya akhirnya menjadi kenyataan, meskipun pilihan pertama saya adalah University of Strathlyde, tetapi pada akhirnya panitia memutuskan untuk menempatkan saya di University of Portsmouth,” kata Lucy melalui pesan singkat, Jumat (10/7/2022).

Karena dia belajar di luar negeri, penyesuaian Lucy juga cukup sulit.

“Saya kesulitan memahami aksen Inggris ketika dosen sedang menjelaskan. Namun, di sinilah letak tantangannya. Saya harus bisa belajar dua kali lebih keras. Dan saya merindukan perasaan itu tentang diri saya selama bertahun-tahun, dan saya mendapatkannya kembali di sini,” katanya.

Shafira Rafa Ardhani (tengah), mahasiswa FISIP UB yang sedang menempuh satu semester program Kampus Belajar Mandiri (MBKM) untuk program IISMA di University of Michigan State University (MSU), Amerika Serikat. (adalah)

Ditambahkannya, para dosen disana mempersiapkan dan menjelaskan materi secara utuh, didukung dengan berbagai fasilitas dan teknologi yang canggih, sistem yang terstruktur sehingga mahasiswa merasa nyaman dan memahami materi yang diajarkan.

Tak hanya adaptasi bahasa, Lucy juga harus beradaptasi dengan cuaca di Inggris.

“Minggu pertama saya jet lag, minggu kedua saya tidak enak badan karena faktor makanan, cuaca dingin mencapai 6°-8°C. Tapi akhirnya saya terbiasa. Jika ada satu hal yang paling saya rindukan tentang Indonesia, itu jelas makanannya, karena penduduk setempat tidak makan nasi. Yang menarik adalah bahwa orang-orang di sini tidak individualistis seperti yang saya kira. Terkadang mereka bahkan bersemangat untuk menyapa dan mengenal satu sama lain. Tapi ini masih Inggris. Masyarakat masih memegang prinsip liberalisme. Dan kamu bikin sendiri,” jelas mahasiswi 2020 ini.

Selama kunjungannya ke IISMA, ia mendapatkan banyak pelajaran seperti: B. bagaimana mengatur waktu dan keuangan dengan lebih baik, bagaimana berhubungan dengan penduduk lokal dan internasional dan bagaimana memposisikan dirinya sebagai seorang Muslim di tengah perbedaan tersebut, yang membuka wawasannya dan memperluas wawasannya.

Lucy paling terkesan ketika dia mencoba menampilkan dirinya sebagai Muslim Indonesia yang cerdas.

“Saya merasa seperti belajar di kelas, berinteraksi dengan orang-orang dari dalam dan luar negeri dan tentunya berwisata ke tempat-tempat yang dulu hanya saya lihat di ruang tamu sambil menonton TV,” tambah mahasiswi berhijab tersebut.

“Tujuan mendapatkan beasiswa ke luar negeri sebelum usia 20 tahun akhirnya tercapai. Terima kasih kepada Allah, diri saya sendiri dan terima kasih kepada IISMA. Tidak mudah untuk sampai ke sini, juga tidak sulit. Buktinya saya baru mencoba puluhan kali untuk tujuan ini, dan entah kapan. Dan memang benar, jika melihat ke belakang, sebenarnya ini adalah waktu yang tepat,” katanya.

Keseruan kuliah di luar negeri sebagai bagian dari program IISMA juga dirasakan oleh Shafira Rafa Ardhani, mahasiswa FISIP UB yang sedang menjalani semester program Kampus Mandiri Belajar (MBKM) untuk program IISMA. Shafira dengan jabatan profesor tamu di Michigan State University (MSU), Amerika Serikat.

Rafa, panggilan akrabnya, mengatakan latar belakang mengikuti program ini didasari keinginannya untuk menimba pengalaman di luar negeri dan memperluas jaringan dengan para guru.

“Saya bergabung dengan program IISMA karena saya ingin memperluas koneksi saya untuk bertemu dengan profesor, teman, dan mentor baru, mengambil kursus baru yang tidak tersedia di universitas asal saya dan di luar jurusan komunikasi, dan lebih banyak menginginkan kemandirian,” jelasnya.

Anak terakhir dari dua bersaudara ini mengungkapkan banyak pengalaman yang didapatnya selama tiga minggu belajar di MSU.

“Banyak sekali acara yang terjadi setiap minggunya, seperti orientasi, partisipasi (student fair untuk klub-klub di MSU), kompetisi olahraga dengan perguruan tinggi lain, study trip dengan mahasiswa internasional dari berbagai negara, dan kelas dengan sistem pembelajaran yang berbeda dari UB,” dia berkata.

Ia mengungkapkan bahwa salah satu mata pelajaran yang menurutnya menarik dan terasa berbeda adalah saat ia mengambil kelas IPS.

“Salah satu hal yang membuat saya terkesan adalah ketika saya mengambil kelas IPS dimana saya membahas masalah sosial tetapi menggunakan media komedi. Jadi setiap kelas menonton episode komedi di Netflix, setiap episode dengan tema tentang masalah sosial seperti rasisme. Kemudian di akhir kelas kami berdiskusi. Sangat menarik karena jarang ada di Indonesia, jadi banyak yang suka kelasnya karena seru,” ujarnya. (*/n)

Source: bacamalang.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button