Kisah pengrajin sepatu Cibaduyut Bandung yang bangkit dari sulitnya regenerasi berkat penjualan “online”.
BANDUNG, KOMPAS.com – Cibaduyut sudah lama menjadi surga sepatu lokal di Bandung. Bahkan dikenal sebagai pusat industri sepatu lokal terbesar dan tertua di kota Bandung.
Tak heran jika pengrajin di sana diturunkan dari generasi ke generasi. Seperti Dindin Kurniadi (41), generasi kedua pengrajin sepatu kulit di keluarganya.
Dindin sudah puluhan tahun memproduksi sepatu kulit, tepatnya sejak tahun 2007.
menjaga kualitas
Salah satu motivasinya menjadi pembuat sepatu adalah untuk menjaga kualitas produksi sepatu di Cibaduyut.
“Dulu sepatu Cibaduyut terkenal ‘Bogis’. Rabu, beli Kamis, rusak. Ini gambaran kepedulian dunia sepatu di Cibaduyut. Ini motivasi saya bagaimana citra Cibaduyut bisa terangkat lagi. . Kami ingin menjaga kualitas mereka,” kata Didin dalam rilisnya.
Baca Juga: Sandiaga Uno Sebut Kampus Pariwisata Terbesar Dunia di Bandung
Ia mengatakan, di masa jayanya ia bisa membuat ribuan pasang sepatu dalam seminggu dengan jumlah pekerja hingga 35 orang.
Sepatu buatannya dipasarkan hampir ke seluruh pelosok Indonesia bahkan mancanegara.
Turun lalu naik
Namun, usaha tersebut bukannya tanpa kendala, pandemi membuat usahanya terhenti dan hampir gulung tikar.
“Terjadi penurunan sejak tahun 2014, puncak penurunan tahun 2020 adalah saat pandemi,” ujarnya.
Setelah dua tahun terpuruk karena pandemi, industri sepatu di Cibaduyut perlahan mulai bangkit.
Baca Juga: Tepi Danau, Tempat Wisata Baru di Bandung Barat, Bekas Lubang Tambang: Harga Tiket dan Jam Buka
Source: news.google.com