Kisah Musala di tengah kompleks candi, diawali dengan bisikan magis - WisataHits
Jawa Timur

Kisah Musala di tengah kompleks candi, diawali dengan bisikan magis

Kisah Musala di tengah kompleks candi, diawali dengan bisikan magis

Bali

Sebuah mushola atau langgar berdiri di tengah kompleks pura di kawasan Danau Batur, Kintamani, Bali. Keberadaan Langgar diketahui dengan adanya rambu di pinggir jalan bertuliskan Pura Dalem Jawa (LANGGAR).

Mushola terletak 100 meter dari pintu masuk kompleks candi. Hanya anak-anak yang bermain bola di halamannya, kawasan Candi Langgar yang terletak di Desa Bunutin, Bangli ini memang sangat sejuk karena dikelilingi parit dan di tengahnya terdapat kolam Pelinggih bertakhta.

Kisah Musala di tengah kompleks candi, diawali dengan bisikan magisPura Langgar Bangli Foto: Ahmad Masaul Khoiri/detikcom

Dikutip dari detikPerjalanan, Seorang perawat bernama Agung Alit membenarkan bahwa Laggar Bangli identik dengan Islam. Dan biasanya ada umat Islam yang shalat di Langgar. Tidak ada tiket saat memasuki objek wisata.

“Masih dipakai untuk sholat. Cuma sesekali kalau teman-teman muslim datang berkunjung. Banyak dari kalian yang dari Jawa. Kalian muslim,” kata Agung kepada detikcom beberapa hari lalu.

“Kalau sudah waktunya salat, mereka akan beribadah di sini,” katanya.

Keberadaan viola da gamba di sebuah kompleks pura di Bali tidak datang secara tiba-tiba. Karena di dalamnya ada proses hidayah, meski pembangunnya bukan muslim.

Langgar atau mushola di Pura Langgar Bangli dibangun melalui proses pencarian yang panjang. Maka, saudara kembar raja yang memerintah di daerah ini pada saat itu membuat pertapaan karena saudara kembarnya sakit parah.

“Dulu dia, raja di sini, sedang sakit. Sudah berobat kemana-mana tapi belum juga sembuh,” kata salah satu juru rawat Pura Langgar Bangli, Agung Alit, beberapa waktu lalu. detikcom.

Pura Langgar BangliPura Langgar Bangli Foto: Ahmad Masaul Khoiri/detikcom

“Akhirnya adiknya mengadakan semedi, adik raja yang sedang semedi langsung mendapat petunjuk dari atas. Ada pepatahnya,” ujarnya.

“Akhirnya kalau mau sembuh ya langgar. Kabarnya sembahyang di Blambangan, Jawa Timur,” tambah Agung.

Agung mengatakan raja-raja yang membangun Pura Langgar Bangli merupakan keturunan dari kerajaan Blambangan. Dan keluarga Jawanya masuk Islam.

“Ini keturunan Blambangan. Kalau yang muslim itu musholanya kecil kan,” ujarnya.

Tentang Pangeran Agung Wilis

Menurut penelitian yang berjudul PURA LANGGAR SEBAGAI ATRAKSI WISATA DAN SOLIDARITAS ANTAR-AGAMA WAHANA oleh Ida Bagus Gde Pujaastawa dkk. dari Universitas Udayana, ia memberikan wawasan tentang raja-raja Blambangan yang merantau ke Bali.

Berikut cerita singkatnya:

Penguasaan Mataram atas Blambangan juga tidak berlangsung lama karena diserang oleh raja Buleleng, yaitu Ki Panji Sakti. Walaupun telah berhasil menguasai Blambangan, Ki Panji Sakti tetap menobatkan ahli waris atau keturunan Raja Blambangan, yaitu Pangeran Mas Sepuh sebagai Raja Blambangan dan saudara kembarnya yang bernama Pangeran Wilis atau yang juga dikenal dengan nama Wong Agung Wilis sebagai Adipati Agung.

Tidak diceritakan apa yang terjadi antara Pangeran Mas Sepuh dan Pangeran Wilis dalam menjalankan pemerintahan di Blambangan. Pangeran Wilis memutuskan untuk meninggalkan Blambangan dan pindah ke Mengwi, Bali.

Kedatangan Pangeran Wilis disambut baik oleh Raja Mengwi dan selama berada di Mengwi Pangeran Wilis banyak mendapat nasehat dan bimbingan tentang kehidupan dari bhagawanta atau pendeta Kerajaan Mengwi.

Artikel ini telah tayang di detikTravel dengan judul Oleh Hidayah Maka dibangunlah Musala di tengah-tengah sebuah pura di Bali

(enak enak)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button