Kisah Afrida, Aremania Ponorogo yang Terinjak Tragedi di Stadion Kanjuruhan - WisataHits
Jawa Timur

Kisah Afrida, Aremania Ponorogo yang Terinjak Tragedi di Stadion Kanjuruhan

TIMESINDONESIA, PONOROGO – Meski sudah hampir sebulan tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang masih menyisakan trauma bagi Afrida, Aremanita (pendukung Arema) Tumpak Pelem Sawoo Ponorogo. Bagaimana tidak, gadis berusia 23 tahun itu seolah menjadi saksi hidup dari peristiwa mengerikan yang menelan ratusan orang tewas usai laga Arema FC vs Persebaya.

Afrida mengaku sering mengalami mimpi buruk saat tidur di malam hari, seolah-olah masih berada di TKP, di mana banyak jeritan dan mayat. Selain trauma mental, ia juga mengalami trauma fisik, yakni tangan kirinya sulit digerakkan karena saraf terjepit. Belum lagi matanya masih merah dan perih akibat gas air mata.

Afrida mengatakan jika ia pergi ke Stadion Kanjuruhan Malang bersama 8 temannya dengan mobil pribadi pada 1 Oktober 2022. Ia ingin melihat langsung pertandingan sepak bola tim kesayangannya Arema FC vs Persebaya Surabaya.

“Saya sudah menjadi Aremanita sejak 2015 dan baru berkesempatan menontonnya secara langsung kemarin karena selama ini saya hanya bisa melihatnya di TV,” ujarnya, Kamis (27/10/2022).

Dia tidak pernah berpikir permainan akan berakhir dengan kematian. Suasana di stadion memanas saat Aremania turun untuk memotivasi tim Arema yang saat itu kalah. Saya tidak tahu apa yang menyebabkan kegemparan tiba-tiba sehingga para penggemar turun ke lapangan dan gas air mata ditembakkan.

“Saya di tribun nomor 10, teman-teman langsung mengajak saya. Dan saat saya sampai di pintu keluar, ribuan penonton sudah mendorong saya, saya terpisah dari rombongan dan jatuh di bawah tangga,” kata Afrida.

Setelah itu, dia merasakan sakit yang luar biasa di beberapa bagian tubuhnya karena ditendang oleh orang-orang yang panik.

“Saya tidak berdaya dan hanya bisa menyerah. Akhirnya ada yang menarik tangan saya ke belakang dan mengangkat saya ke mobil, yang ternyata teman satu rombongan dan membawa saya ke rumah sakit,” jelas Afrida.

Untungnya, menurut hasil penyelidikan, luka yang diderita tidak parah, sehingga diperbolehkan pulang.

Hanya saja hingga saat ini, Afrida harus rajin memeriksakan diri ke ahli saraf untuk memulihkan tangannya yang lemas dan lemas. “Meskipun tahun ini saya berencana untuk pergi ke Taiwan untuk bekerjatertunda Pertama, karena kondisi saya belum pulih,” kata Afrida.

Tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang meninggalkan duka yang mendalam bagi dunia sepak bola Indonesia. Sebanyak 135 orang tewas akibat tragedi tersebut. Untuk menyelamatkan sepak bola nasional, para pemangku kepentingan PSSI kini harus mempercepat Kongres atau mengadakan Kongres Luar Biasa (KLB) untuk melahirkan kepemimpinan dan manajemen PSSI yang berintegritas, profesional, akuntabel dan bebas dari konflik kepentingan.

Selain itu, menyusul tragedi Stadion Kanjuruhan, pemerintah tidak akan memberikan izin untuk memainkan liga sepak bola profesional di bawah PSSI, yaitu Liga 1, Liga 2 dan Liga 3, sampai ada perubahan dan kemauan yang signifikan dari PSSI dalam mengelola dan menyelenggarakan kompetisi sepak bola di air lantai.

**)

Dapatkan update informasi harian terpilih dari TIMES Indonesia dengan bergabung di Grup Telegram TI Update. Suka, klik tautan ini dan bergabung. Pastikan Anda telah menginstal aplikasi Telegram di ponsel Anda.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button