Ketepatan polisi meningkatkan simpati, menghilangkan kebencian - WisataHits
Yogyakarta

Ketepatan polisi meningkatkan simpati, menghilangkan kebencian

NOMOR Anggota Polda DI Yogyakarta ini sangat memahami aksi nyata jargon polisi presisi yang dilontarkan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Ia menjadi figur ayah bagi ratusan anak yatim. Ketulusannya membantu orang lain meluluhkan hati mantan teroris dari kebencian menjadi simpati kepada polisi.

Namanya Nur Ali Suwandi. Kini pria asli Jombang yang lahir pada 17 Agustus 1978 ini adalah perwira berpangkat Inspektur Dua (Ipda). Pada Oktober 2022, ia baru saja lulus dari sekolah perwira dan kini mengabdi di Ditlantas Polda DIY. Sekolah tersebut merupakan pemberian Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo atas ketekunan dan komitmennya kepada masyarakat.

Di rumahnya yang terletak di Gang Janoko, Purbayan, Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta, Ipda Ali mengasuh ratusan anak yatim. Di pinggiran kota pelajar itu, ia mendirikan sebuah shelter bernama Yayasan Bumi Damai. Tindakan humanisme sejati, perwujudan polisi presisi.

“Tidak hanya anak yatim, kami juga mengasuh anak-anak kurang mampu di sini,” kata Ipda Ali saat diwawancarai tribunjogja.com. Di bumi yang damai ini, ia menjelma dari seorang polisi menjadi sosok ayah, bahkan mungkin seorang ibu yang memberikan kasih sayang kepada anak yatim.

Ketika seseorang menangis, Ipda Ali menjadi tenang. Bukan hal yang aneh baginya untuk memberi mereka makan saat mereka makan bersama. Dan saat hari raya, dia juga menyempatkan diri untuk mengajak orang piknik. “Saya memperlakukan semuanya seperti anak saya sendiri,” jelas polisi yang menimba ilmu di Pondok Pesantren Bahrul Umul Tambakberas, Jombang ini.

Ipda Ali Suwandi, Anggota Kapolres Yogyakarta, memberi makan anak yatimIpda Ali Suwandi, anggota Polda DI Yogyakarta, saat memberi makan anak yatim piatu yang diasuhnya di Shelter Bumi Damai, Kotagede, Kota Yogyakarta

Niat baik pasti ada jalan

Ipda Ali memenuhi semua kebutuhan anak yatim ini mulai dari sandang, pangan, papan hingga pendidikan. “Kamu harus pergi ke sekolah. Baik itu SD, SMP, SMA, atau perguruan tinggi, kami membayarnya,” katanya.

Pemandangan anak-anak ini mengantri untuk mendapatkan uang jajan dari Ipda Ali sebelum berangkat sekolah kerap terlihat di Bumi Damai.

Sepulang sekolah, anak-anak ini tidak hanya bisa bermain, tetapi juga mendapat pendidikan tambahan dari Bumi Damai. Mereka belajar membaca dan menghafal Al-Qur’an. Semua fasilitas tersebut diberikan secara cuma-cuma atau free of charge.

Bagaimana Ipda Ali bisa membiayai semua kebutuhan ratusan anak ini? Saat ditanya soal ini, Bon Ali, begitu ia disapa, mengaku bingung juga.

“Kalau dipikir-pikir, kadang saya bingung. Darimana. Saya percaya dengan niat baik pasti ada jalan. Tuhan selalu memudahkan,” jelasnya. Berkat komitmen sosialnya, ada masyarakat yang bersimpati dan mendonasikan hartanya untuk membantu Bumi Damai.

Bayi Tito Karnavian

Sejak didirikan sekitar tahun 2008, jumlah anak yang tinggal di Bumi Damai terus bertambah. Awalnya hanya selusin, kemudian menjadi puluhan, dan sekarang menjadi ratusan anak-anak.

Pada 2018, selama menjabat Kapolri, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengunjungi anak-anak dan meresmikan gedung baru di Bumi Damai.

Bahkan saat itu ada seorang bayi bernama Tito Karnavian yang dititipkan dan diasuh oleh Bumi Damai. Tito Karnavian pun sempat mencium kening bayi tersebut. “Sekarang Tito di PAUD,” kata Ipda Ali.

Tito Karnavian selama di bumi damaiFoto Jendral Tito Karnavian yang saat itu menjabat Kapolri saat mencium kening bayi bernama Tito Karnavian di Bumi Damai

Ipda Ali juga menyampaikan keprihatinan berupa sikap tanggap dari kepolisian presisi di masyarakat. Jika ada orang miskin yang membutuhkan bantuan, dia datang untuk mengambil kebutuhan pokok. Atau orang miskin yang sakit membutuhkan pengobatan, ia membantu biaya pengobatan.

Blusukan di pelosok daerah memberikan bantuan kepada para lansia, meski hanya berupa paket sembako, yang merupakan makanan sehari-hari Ipda Ali. “Sebenarnya hanya sebatas silaturahmi dengan masyarakat,” ujarnya merendah.

Ipda Ali juga memberikan bantuan fisik. Ia membangun sumur untuk masyarakat yang kesulitan air bersih. Warga yang terisolir, dia membangun jembatan. Dan bagi yang tidak memiliki tempat ibadah, dia membangun masjid.

“Kami bekerja sama dengan masyarakat. Kami menyediakan bahannya, masyarakat menyumbangkan tenaganya untuk membangunnya,” ujarnya.

Peluk Mantan Napiter

Ipda Ali tidak hanya mengasuh anak yatim dan membantu masyarakat, tetapi juga merangkul mantan narapidana teroris (napiter) yang dibebaskan dari penjara. Tujuannya agar mereka bisa berbaur kembali dengan masyarakat dan tentunya mencintai NKRI.

Maryanto, mantan napi yang ditangkap Densus 88 di Bantul karena terlibat jaringan teror, tak menyangka sikapnya akan berubah 180 derajat.

Dulu, pria asal Bantul yang pernah mendekam di Nusakambangan ini membenci dan memusuhi polisi. Tapi semuanya berubah setelah saya bertemu Ipda Ali.

Semuanya berawal pada tahun 2021 setelah Maryanto menjalani hukumannya atas kasus terorisme. Saat itu ia dijemput langsung oleh Ipda Ali.

“Saya satu mobil dengan Pak Ali, waktu itu masih ada kebencian terhadap polisi. Tapi secara internal, saya sudah berniat untuk bertaubat dan keluar dari kelompok (teroris),” jelasnya.

Usai pertemuan, Maryanto mendapat undangan ke rumah Ipda Ali. Di sana, pria yang kini menggeluti bisnis bakso ini melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana Ipda Ali mengasuh ratusan anak yatim di Bumi Damai.

Dia kagum. Ipda Ali yang hanya dikenalnya sebagai polisi, ternyata mengasuh begitu banyak anak yatim. Hatinya semakin tersentuh ketika mendengar anak-anak ini melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an untuk belajar Al-Qur’an di Bumi Damai.

“Hati saya mengatakan ‘Pak Ali jauh lebih baik dari saya’. Saya belum tentu bisa melakukan apa yang Pak Ali lakukan,” katanya. Dari sinilah persepsi buruk dan kebenciannya terhadap polisi mulai memudar.

Kini Maryanto kerap bergabung dengan Blusukan bersama Ipda Ali untuk melakukan kegiatan sosial di masyarakat. Dia menggunakan keterampilan pijatnya untuk menawarkan perawatan gratis.

Baru-baru ini, Kamis 13 Oktober 2022 lalu, Maryanto turun tangan dalam aksi perbaikan lubang di tanjakan jalur Cinomati, Pleret, Bantul. Jalur alternatif masyarakat menuju Gunungkidul dan kawasan wisata Pegunungan Imogiri banyak terdapat lubang.

Maryanto (kiri, topi diturunkan), mantan narapidana teroris (Napiter) yang antusias menambal lubang di lereng Cinomati, BantulMaryanto (kiri, memakai topi busur), mantan narapidana teroris (Napiter) yang hobi menambal lubang di Lereng Cinomati, Bantul (is)

“Saya percaya bahwa menambal jalan ini adalah bentuk jihad. Hanya menghilangkan duri di jalan ibadah, ditambah menambal lubang yang bisa menyelamatkan orang,” ujarnya tegas.

Ubah kebencian menjadi simpati

Maryanto juga belajar dari Ipda Ali bahwa berbuat baik tidak harus membeda-bedakan agama, golongan, golongan atau apapun. Selama orang ini membutuhkan pertolongan, apapun agama dan kepercayaannya, mereka harus dibantu sebagai sesama manusia.

Suatu ketika, Ipda Ali mengajak Maryanto untuk melakukan bakti sosial dengan membagikan sembako, pengobatan, dan pengecatan di sebuah pura. Dia tidak keberatan sama sekali dan melakukannya dengan senang hati.

“Sebagai sesama manusia yang tinggal di Indonesia, kita harus membantu mereka yang membutuhkan. Soal beda keyakinan (agama), itu hak setiap orang,” ujarnya.

Ternyata, Bumi Damai juga menjadi surganya para mantan narapidana. Bripka Ali sengaja menampung mereka setelah mereka turun dari tanah. Karena sebagian dari mereka belum siap sandang, pangan dan papan saat kembali ke masyarakat. Semua kebutuhannya terpenuhi.

Dari sini Ipda Ali mendekat bahwa polisi tidak seperti yang mereka bayangkan. Aparat kepolisian juga merupakan orang-orang yang memiliki rasa kemanusiaan, kepedulian dan dukungan, sebagaimana tercermin dalam semboyan Polisi Presisi.

“Mereka (para narapidana) saya ajak juga untuk mengarahkan kegiatan sosial di masyarakat. Dari sini mereka terbuka untuk polisi, jadi tidak ada lagi kebencian,” katanya. (*/Ikrob angkat Iran)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button